Setelah 24 Tahun 'Menghilang', Gamelan Kuno Kerajaan Majapahit Tiba-tiba 'Muncul' Kembali

Setelah 24 tahun 'menghilang', gamelan kuno Kerajaan Majapahit yang dibuat tahun 1200-an tiba-tiba 'muncul' kembali

Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNMADURA/SULVI SOFIANA
Ketua Yayasan Universitas Wijaya Kusuma Surabaya ( UWKS ), Soedijatmiko saat mencoba memainkan gamelan kuno era Kerajaan Majapahit untuk perayaan dikukuhkan UWKS sebagai Kampus dengan Aksen Budaya Kemajapahitan, Senin (6/1/2020). 

TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Universitas Wijaya Kusuma Surabaya ( UWKS ) meraih Rekor MURI dengan Tetenger Candi Angka Tahun Penataran terbanyak di Indonesia.

Perolehan Rekor MURI terbaru ini sekaligus mengukuhkan UWKS sebagai kampus dengan budaya Kemajapahitan.

Untuk merayakannya, UWKS memboyong gamelan era Kerajaan Majapahit untuk ditampilkan bersama gelaran seni budaya Majapahit lainnya.

Ketua Yayasan UWKS, Soedijatmiko mengatakan, Rekor MURI kali ini merupakan ketiga kalinya yang didapat UWKS.

Setelah sebelumnya, di bulan Agustus pihaknya juga menerima rekor MURI untuk pemrakarsa dan pembuatan pagar replikasi pintu gerbang Ratu Boko.

Sedangkan untuk Rekor MURI yang kedua didapat untuk pemrakarsa dan pengolah minyak jelanta terbanyak menjadi sabun.

"Ini rekor MURI ketiga yang kami dapatkan sebagai kampus budaya Kemajapahitan," tuturnya di sela persiapan penganugerahan rekor MURI di kampus UWKS, Senin (6/12/2019).

Menurut Soedijatmiko, diraihnya rekor MURI ini tidak luput dari rekomendasi dari Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Ristek dan Dikti karena dinilai sebagai kampus berwawasan budaya Kemajapahitan.

Pasalnya, ada sebanyak 10 bangunan empat dimensi yang merupakan replika Candi angka Penataran terbanyak di Indonesia,

Lalu, relief dua dimensi sebanyak 100 buah,  foto dan gambar satu dimensi sebanyak 300 buah dan gambar yang menempel di almamater dan topi sebanyak 10.000 buah.  

"Dalam penyerahan rekor MURI ini, kami juga mendatangkan gamelan kuno asli Kerajaan Majapahit  yang dibuat kira-kira tahun 1200-an.

Ada 16 alat gamelan yang didatangkan yang terdiri dari bonang barung bonang panembung, kenong, gendang dan juga gong," paparnya.

Ke depan pihaknya berharap, diperolehnya rekor MURI tersebut akan semakin menjadikan UWKS sebagai kampus yang berwawasan budaya dengan melestarikan nilai-nilai Kemajapahitan.

Sementara itu, kolektor benda seni dari Surabaya, Yohanes Wong yang merupakan pemilik gamelan kuno era Kerajaan Majapahit mengungkapkan, kali ini merupakan kesempatan langka yang dimanfaatkan UWKS dengan mendatangkan gamelan kuno asli Kerajaan Majapahit.

Sebab, gamelan kuno tersebut terakhir digunakan di tahun 1995 pada perayaan hari jadi TNI di Kodam V Brawijaya ketika Era Orde Baru, alias setelah sekitar 24 tahun.

Untuk itu, pihaknya sangat mendukung kebudayaan Majapahit dengan mengeluarkan kembali dalam penyerahan sertifikat rekor MURI yang diterima UWKS.  

"Kami mendukung kebudayaan Majapahit sangat memberikan arti bagi kebudayaan Indonesia, agar bangsa ini mencintai kebudayaan dan bisa di tularkan ke generasi muda.

Karena kebudayaan ini sangat bernilai untuk kemajuan dan pendidikan bagi generasi muda," tegas Yohanes Wong.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved