Buku Harian Gadis Gambarkan Perjuangan Keluarganya Idap Virus Corona, Tak Punya Waktu untuk Berduka
Kisah perjuangan sebuah keluarga melawan virus corona di Wuhan, China, ditulis dalam sebuah buku harian.
Penulis: Ani Susanti | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
"Sebelum hasilnya kembali, dia tidak bisa bertahan lagi dan menutup matanya untuk yang terakhir kali," kata Liu.
Serangan virus corona terhadap keluarga ini tak berhenti di situ.
Seolah virus ini tak mengijinkan Liu dan orang-orang terdekatnya berduka, justru giliran sang ayah yang berada di masa-masa kritis.
Sang ibu memberitahu LIu jika paru-paru ayahnya sudah berhenti bekerja setelah melewati perjuangan panjang untuk bisa masuk ke rumah sakit.
Ya, seperti sang kakek yang kesulitan mendapat perawatan dari tim medis, sang ayah pun demikian.
Sang ayah sempat ditolak dari rumah sakit karena sudha tak ada lagi tempat untuk menampung pasien.
Bahkan ayah Liu dipulangkan, yang tak ayal membuat keluarga ketar-ketir jika akan ada anggota lainnya yang terinfeksi dan memperpanjang penderitaan.
Pria berusia 54 tahun tersebut kini ditopang oleh mesin yang memompa dan mengoksigenasi darahnya di unit perawatan intensif.
Bahkan, sang ibu diminta rumah sakit untuk menandatangani formulir yang menkonfirmasi keadaan kritisnya.
Meski berhasil membuat kakek dan ayahnya mendapatkan perawatan dengan meminta bantuan secara online, namun awal bulan ini, akun WeChat milik Liu telah diblokir, yang dicurigainya karena ia memposting tentang virus corona.
"Aku bahkan tidak bisa meminta bantuan," tulisnya di buku harian.
Liu juga tidak bisa menghubungi ponsel ayahnya karena kemungkinan telah diambil dari sang ayah.
Kini Liu hanya bisa berharap bahwa ayahnya akan segera pulih dan memenuhi impiannya untuk mengajak sang ayah jalan-jalan ke Eropa. (Khaerunisa)
Artikel pernah tayang di Intisari.
Ahli Temukan Plasma Darah Pasien Virus Corona yang Sembuh Bisa Jadi Obat, Masih dalam Pengujian