Virus Corona di Kediri

Pesan Terakhir Dokter Sebelum Wafat Akibat Covid-19, Ingatkan Rekan Sejawat Berperang Lawan Corona

Pesan terakhir dokter Machmud sebelum mengembuskan napas terakhir karena positif virus corona Covid-19.

Penulis: Didik Mashudi | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
ISTIMEWA dan www.freepik.com
dokter Machmud yang meninggal karena covid-19 - Pesan Terakhir Dokter Sebelum Wafat Akibat Covid-19, Ingatkan Rekan Sejawat Berperang Lawan Corona 

TRIBUNMADURA.COM, KEDIRI - Dokter Machmud menambah panjang daftar dokter di Jawa Timur yang meninggal dunia karena positif virus corona Covid-19.

Dokter yang bertugas di RSUD Gambiran, Kota Kediri itu, meninggal dunia saat bertugas merawat pasien Covid-19.

Sebelum meninggal dunia, dr Machmud sempat memberikan pesan kepada para sejawat dokter.

Total Jumlah Covid-19 di Ponorogo Tembus 303 Kasus, Tambahan Didominasi dari Klaster Zona Merah

Kenali Gejala Ringan, Sedang, hingga Berat Penderita Virus Corona, Waspada Jika Alami Sakit Kepala

Konser Ari Lasso di Jawa Timur Dipastikan Batal, Gubernur Khofifah Sebut Alasan di Baliknya

Pesan itu disampaikan dr Machmud melalui pesan grup WhatsApp.

Dalam pesannya, dr Machmud mengingatkan para dokter agar disiplin memakai alat pelindung diri (APD) lengkap.

Dengan memakai APD, diharapkan tidak ada dokter yang terpapar Covid-19.

"Ayo rek dokter harus taat pake APD lengkap ben nggak kena covid, jangan sampai awake dewe kena covid," ungkap dr Fauzan Adima, Direktur RSUD Gambiran mengutip pesan sejawatnya, Kamis (10/9/2020).

Dokter Machmud sudah sekitar 3 pekan dirawat akibat terpapar Covid-19 di RSUD Dr Sutomo Surabaya.

Almarhum dinyatakan positif terjangkit Covid-19 pada 20 Agustus 2020 tercatat sebagai kasus ke-131 di Kota Kediri.

Ia meninggal di Rumah Sakit Dr Soetomo Surabaya pada Rabu (9/9/2020) pukul 20.40 WIB.

Pemakaman almarhum dokter spesialis bedah syaraf telah dilakukan dengan protokol Covid-19 di TPU Kelurahan Mojoroto, Kota Kediri, Kamis (10/9/2020) pukul 2.00 WIB.

Bupati Faida Disanksi Tak Gajian 6 Bulan, Warga Jember Gelar Aksi Cukur Gundul sebagai Bentuk Syukur

Remaja Tewas Tenggelam saat Mandi Sore di Sungai Galok Ponorogo, Sempat Berontak Ketika Ditolong

"Almarhum langsung dibawa dari RS Soetomo ke pemakaman," jelasnya.

Dokter Fauzan mengaku, telah kehilangan salah satu dokter terbaik yang ada di Kota Kediri.

"Kami mengingatkan kepada masyarakat jangan pernah meremehkan Covid-19,” ungkapnya.

Apalagi perilaku warga Kota Kediri saat ini yang mulai longgar terhadap protokol kesehatan.

Padahal pandemi Covid-19 belum berakhir dan terus mengancam keselamatan warga.

Ramainya tempat umum maupun lokasi nongkrong menjadi perhatian serius pemerintah daerah.

“Jika tidak ada kepentingan mendesak, jangan keluar rumah,” tegasnya.(dim)

3 Warga Bondowoso Terancam Dipenjara 7 Tahun, Buron Dua Bulan setelah Mencuri Sapi Betina Bunting

Jumlah Dokter yang Gugur

Pandemi virus corona belum berakhir di Indonesia, termasuk Jawa Timur.

Virus corona atau Covid-19 mampu menelan korban jiwa hingga kalangan dokter.

Sejak Maret 2020 saat pandemi mulai merebak, hingga kini, sudah sebanyak 27 tenaga medis berprofesi sebagai dokter yang meninggal dunia akibat terpapar Covid-19.

Ketua Tim Kuratif Satgas Covid-19 Jatim Joni Wahyuhadi menuturkan, bahwa dari 27 dokter yang meninggal tersebut sebanyak 18 orang dokter yang sudah diketahui positif Covid-19.

Sedangkan sisanya masih suspect atau kasus probable dengan gejala berat Covid-19.

“Dari data kami dari total 27 dokter yang meninggal dunia tersebut 19 diantaranya adalah dokter umum. Lalu 6 dokter adalah dokter spesialis. Dan 2 dokter adalah PPDS,” kata Joni pada TribunMadura.com, Jumat (4/9/2020).

Berdasarkan pemetaan wilayah, dokter yang terbanyak meninggal ada dari Kota Surabaya sebanyak 10 orang, Kabupaten Sidoarjo 4 orang, Malang Raya 3 orang dan Kabupaten Gresik 2 orang.

Joni yang juga Dirut RSUD Dr Soetomo mengatakan bahwa dokter yang meninggal dunia 88 persen tidak dalam tugas menangani langsung pasien Covid-19 di ICU.

Mereka kebanyakan tertular di luar bangsal-bangsal perawatan khusus Covid-19.

“Mungkin tertular di UGD, kena di luar atau mereka ternyata merawat pasien yang OTG. Jadi bukan tertular saat merawat pasien Covid-19,” tegas Joni.

Sebab di ruang khusus perawatan pasien Covid-19 risikonya memang lebih besar, akan tetapi sekuritasnya jauh lebih terjaga.

Penggunaan APD lengkap, ruang isolasi yang menggunakan tekanan negatif, sehingga keamanann nakes relatif terjaga.

Ditegaskan Joni, dari 6 dokter spesialis yang meninggal dunia di Jatim, yang paling banyak meninggal dunia adalah spesialis penyakit dalam, kemudian psikiatri.

Kemudian disusul dengan dokter spesialis bedah umum, paru, obgyn, dan THT. Serta anastesi, neurologi, pediatri, dan radiologi.

“Angka dokter yang meninggal secara nasional saat ini sudah 101 orang dokter. Maka ini harapannya menjadi pengingat kita bersama, Covid-19 ini bukan konspirasi, coba lihat banyak dokter kita yang meninggal dunia, masyarakat harusnya lebih aware agar menurunkan penyebaran Covid-19 bersama-sama,” tegas Joni.

Sebab hulu dari pandemi ini adalah penyebaran, hilirnya adalah sistem kuratif. Jika hulunya tidak teratasi, kasus makin bertambah, bed perawatan dalam jumlah berapun tidak akan cukup.

Dan dokter bersama nakes yang berjuang menyembuhkan pasien Covid-19 tidak akan pernah istirahat selama pertambahan kasus Covid-19 terus terjadi.

“Maka tak lelah kami mengajak empati warga masyarakat agar jaga protokol kesehatan. Pakai masker, sederhana sekali tapi sangat berarti. Hindari kerumunan, jangan lupa cuci tangan dengan sabun, pandemi ini berakhir jika kasus tidak bertambah,” tegas Joni.

Di sisi lain, selain dokter, yang juga banyak meninggal dunia adalah tenaga kesehatan. Total ada sebanyak 499 tenaga kesehatan di Jatim yang terjangkit Covid-19. Dari ratusan nakes tersebut yang meninggal dunia karena Covid-19 ada sebanyak 40 orang.

Yang paling bahyak adalah perawat, yaitu sebanyak 14 orang. Kemudian juga ada bidaj sebanyak 5 orang, serta analis laboratorium, sebanyak 1 orang, radiografer 1 orang, lalu terapis gigi dan mulut 1 orang, dan sisanya adalah dokter sebagaimana dijelaskan di atas.

Di sisi lain Ketua Tim Tracing Satgas Covid-19 Jatim Kohar Hari Santoso mengatakan tim bergerak cepat dalam menangani tracing nakes yang terpapar Covid-19.

“Kita bekerja sama dengan rumah sakit dan puskesmas. Tracing dilakukan menyeluruh pada yang kontak erat hingga keluarga yang terpapar. Tidak hanya nakes tapi semua profesi yang terpapar Covid-19,” tegas Kohar.

Terpisah, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyampaikan bahwa menekan angka kematian menjadi prioritas dalam penanganan Covid-19 di Jawa Timur.

Sebagaimana diketahui per malam ini kasus Covid-19 Jatim tembus di angka 35.005 kasus. Dimana ada sebanyak 350 orang tambahan kasus baru dalam hari ini.

Sedangkan angka kematian kasus di Jatim diketahui 2.488 orang atau 7,11 persen. Sedangkan angka kesembuhan mencapai 78,28 persen, dengan jumlah pasien sembuh mencapai 27.401 orang.

“Dalam penanganan pasien Covid-19 yang saat ini kita lakukan adalah mengupayakan pasien Covid-19 tidak sampai terjadi kekuranagn oksigen atau hypoxia. Maka dari itu kunci penanganan adalah cepat dan tepat. Jangan sampai pasien harus menggunakan ventilator, maka kita berupaya memperbanyak HFNC atau High Flow Nassal Cannule,” kata Khofifah.

Pasalnya dari penelitian yang dilakukan satgas Covid-19 Jatim seratus persen pasien Covid-19 yang tertangani dini dengan terapi HFNC dinyatakan sembuh atau berhasil. Berbeda jika sudah menggunakan ventilator, yang memberikan hasil sebaliknya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved