Isu Gojek dan Grab Bergabung, Analis Keuangan Berikan Pandangan, Buah Simalakama untuk Grab

Isu Gojek dan Grab bakal bergabung kini sudah banyak diperbincangkan. Pertimbangan merjer antara keduanya berpotensi menjadi buah simalakama bagi Grab

Editor: Aqwamit Torik
TRIBUNMADURA.COM/M TOVIC
Driver ojek online menunggu penumpang, Kamis (9/7/2020). 

TRIBUNMADURA.COM - Isu Gojek dan Grab bakal bergabung kini sudah banyak diperbincangkan.

Hal ini tentu menarik untuk dibahas sebab Gojek dan Grab merupakan penyedia jasa transportasi online terbesar di Indonesia.

Tapi ternyata, pertimbangan merjer antara keduanya berpotensi menjadi buah simalakama bagi Grab.

Jika tetap maju, Grab masih terganjal komitmen dengan Uber.

Tapi jika tidak, pemegang saham mayoritas Grab saat ini sedang tertekan.

Benda Kuno yang Ditemukan Abdul Ghani di Dalam Sumur Kemungkinan Peninggalan Kerajaan Majapahit

Kekesalan Thari Lihat Sikap Dory Harsa dan Bawa Anak Pergi dari Rumah, Mantan Istri Beberkan Nafkah

Katalog Promo Superindo Periode 21 - 24 September 2020, Diskon Harga Minyak Goreng 2L Cuma Rp 22.900

Gojek dan Grab dikabarkan akan merger.

Kabar ini diulas di sejumlah media luar negeri seperti Financial Times.

Kabar merger ini menyeruak, diduga karena kondisi SoftBank sebagai pemegang saham mayoritas Grab, kini sedang tertekan.

Investasi SoftBank di banyak startup rugi besar mencapai USD 17,7 miliar selama tahun fiskal 2019.

Analis Keuangan sekaligus Business Development Advisor Bursa Efek Indonesia Poltak Hotradero mengatakan, kerugian itu diderita Vision Fund, venture capital milik SoftBank, setelah melakukan hapus buku nilai investasi di WeWork dan termasuk Uber Technologies Inc.

"Kegagalan investasi di WeWork paling fatal," ujar Poltak kepada wartawan, Senin (21/9/2020).

Menurutnya, laju bisnis perusahaan investasi milik Softbank mengalami banyak tekanan.

Sebagian besar investasi SoftBank berada di sektor jasa transportasi dan logistik yang terkena imbas langsung Covid-19.

Situasi semakin rumit lantaran adanya komitmen Grab terkait akuisisi saham Uber di Asia beberapa waktu lalu.

Poltak menerangkan Uber memiliki hak untuk menukarkan 23,2 persen kepemilikan sahamnya di Grab dengan uang tunai jika Grab tidak melangsungkan IPO hingga 25 Maret 2023.

Sumber: Tribunnews.com
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved