Berita Lumajang
Petani Tomat di Lumajang Buang Hasil Panennya ke Selokan, Kecewa Harga Anjlok sampai Rp 300 Perkilo
Petani tomat di Kabupaten Lumajang memilih untuk membuang hasil panennya ke parit atau selokan.
Penulis: Tony Hermawan | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
TRIBUNMADURA.COM, LUMAJANG - Petani tomat di Desa Tumpeng, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, membuang hasil panennya ke parit atau selokan.
Hal itu dilakukan para petani lantaran kecewa hasil panen tomatnya tidak terserap secara optimal.
Jika biasanya hasil panen bisa disalurkan ke swalayan atau restoran di kota-kota besar, tomatnya kini hanya bisa dijual di pasar sekitaran saja.
• Pelajar SMA selama 7 Tahun Jadi Korban Pencabulan Ayah Kandung, Tahan Derita Karena Ancaman Pelaku
• Listrik Padam Akibat Layang-Layang Tersangkut Capai 600 Kasus, Lebih dari 9 Juta Pelanggan Terdampak
• Mayat Wanita Ditemukan Mengambang di Bendungan Gerak Waruturi Kediri, Sempat Dilaporkan Menghilang
Ngatuli (60), warga Desa Tumpeng, mengatakan harga tomat sekarang Rp 300 perkilo.
"Ya dibuang aja, harganya tiga ratus rupiah dan tidak laku juga," kata Ngatuli, Senin (5/10/2020).
Ia menyebut, harga tomat terjun bebas tersebut sudah berlangsung dalam sebulan terakhir.
Padahal normalnya, harga tomat adalah Rp 3000 perkilo.
"Jelas rugi besar ini. Sudah jauh kelipatannya dari harga semula," keluhnya.
Kekesalan tersebut tidak hanya dialaminya seorang diri.
• Unik, Pengantin Gelar Pesta Pernikahan Drive In saat Pandemi, Mirip Konsep Beli Makanan Drive Thru
Hampir semua petani di daerahnya menggerutu hal yang sama.
Kasiah, yang juga petani tomat mengungkapkan, harga yang sudah terlampau murah bukan jadi jaminan hasilnya panennya diborong tengkulak.
Ia lantas membiarkan tomatnya tidak dipanen karena harganya kurang menguntungkan.
"Sebetulnya bulan-bulan ini kan panen raya," kata dia.
"Tapi gimana kalau dipaksa panen, jelas akan rugi," lanjutnya.
"Karena tidak sebanding dengan biaya produksi yang dikeluarkan," pungkasnya.