Berita Lumajang
Pulang Mencari Rumput, Suami Pergoki Istri Tak Pakai Baju Bareng Pria Lain, Lalu Terjadi Pembacokan
Tragedi berdarah baru saja terjadi di Desa Kabuaran, Kecamatan Kunir, Kabupaten Lumajang sekira pukul 09.30 WIB.
Penulis: Tony Hermawan | Editor: Elma Gloria Stevani
TRIBUNMADURA.COM, LUMAJANG - Tragedi berdarah baru saja terjadi di Desa Kabuaran, Kecamatan Kunir, Kabupaten Lumajang sekira pukul 09.30 WIB.
Pemicunya, saat AS yang baru saja pulang mencari rumput di sawah, tengah memergoki istrinya tak mengenakan busana dan berduaan bersama S di dalam kamar.
Akibat cemburu buta, AS yang saat itu masih memegang celurit langsung menyabit kepala S.
Sementara menurut cerita masyarakat, Desa Kabuaran merupakan bekas tempat lokalisasi.
Aktivitas prostitusi itu ditutup otoritas pemerintah setempat kurang lebih sekitar dua tahun lalu.
Namun rupanya, saat dilakukan pengecekan aktivitas pelacuran itu masih berjalan.
Saat berkunjung di desa itu sepasang mata akan sering melihat warung kopi remang-remang.
Bisa dipastikan saat melewati kawasan itu sapaan perempuan-perempuan centil meminta kesediaan pengunjung untuk mampir dan akrab di telinga.
Rata-rata perempuan itu duduk berjajar di warung kopi mengenakan pakaian minim dan saling melempar senyum kepada semua orang yang lewat.
LS salah satu pemilik warung remang-remamg yang tak ingin disebutkan namanya membenarkan, kegiatan prostitusi di kawasan tersebut pernah diobrak.
Namun, sudah setahun ini sudah kembali buka.
"Dua tahun lalu pernah diobrak waktu Bupati Lumajang baru menjabat," kata LS, Selasa (13/10/2020).
Terkait masalah pembacokan, kebetulan jarak antara warung kopi remang-remang milik LS dengan rumah AS tidak terlalu jauh.
Namun, saat disinggung mengenai kejadian pembacokan, LS mengaku tidak tahu-menahu.
Ia malahan menyebut dalam peristiwa ini tak ada saksi mata selain istri AS.
"Saya tadi pas kulakan di pasar, pulang-pulang tiba-tiba jalan sepi. Terus ada polisi sama Pak RT. Saya tanya Pak RT juga gak tahu," ucapnya.
Pengakuan ini rasanya juga perlu diamini.
Sebab kebanyakan bangunan rumah warga di Desa Kabuaran lokasinya rata-rata saling berjarak, dipisahkan lahan kosong yang belum digarap.
Selain itu, di kawasan Kabuaran mayoritas warga menjadikan halaman rumahnya sebagai warung kopi remang-remang.
Kondisi ini lah yang menurut LS, menyebabkan interaksi antara warga kurang begitu akrab.
Lebih lanjut, saat ditanya dugaan istri AS menjalin perselingkuhan dengan S, dirinya kembali menggelengkan kepala.
Yang ia ketahui, AS dan istrinya merupakan pasutri resmi. Dan status keduanya bukanlah orang asli Kabuaran, melainkan warga pendatang.
Selain itu diketahui, di rumah kontrakan tersebut AS bersama istrinya membuka usaha warung kopi.
Sama seperti kebanyakan warung kopi di Desa Kabuaran lainnya, di tempat itu
seorang perempuan juga sengaja dijadikan sebagai pelayan untuk menarik minat pengunjung.
"Ada satu cewek kayaknya. Itu kan ngontrak di rumah anak saya," ungkapnya.