Berita Mojokerto
Tidur di Gubuk Reyot karena Penghasilan Rp 50 Sehari, Warga Mojokerto: Atap Sudah Ambrol, Kami Takut
Akibat pandemi Covid-19, warga kurang mampu di Dusun Kedawung Utara, Desa Bicak, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto harus tidur di gubuk reyot
Penulis: Mohammad Romadoni | Editor: Elma Gloria Stevani
Sebenarnya, Asfiyah ingin merenovasi rumahnya namun itu hanya sebatas angan-angan lantaran terbentur keterbatasan ekonomi keluarga. Penghasilan suaminya sebagai bekerja buruh yang tidak seberapa itu hanya cukup memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Penghasilan tidak pasti terkadang satu hari sekitar Rp 50 ribu hanya cukup untuk kebutuhan makan, belum bayar utang dan biaya sekolah anak dapat PKH," jelasnya.
Dia juga pernah mendapat bantuan dari Pemerintah Daerah namun tidak seberapa untuk memperbaiki rumah yang sudah sangat tidak layak huni tersebut.
"Saya dapat material bangunan seperti pasir, bata merah dan semen dari Desa pada 2019 lalu," paparnya.
Kepala Dusun Kedawung Utara, M. Zainuddin mengatakan keluarga tidak mampu yang bersangkutan mendapat bantuan dari Dana Desa (DD) yakni berupa material bangunan pada 2019.
"Desa menganggarkan rumah ini dari material semen, pasir, batu bata, namun dari keluarga sendiri belum bisa membangun lantaran terbentur anggaran," terangnya.
Baca juga: Pendekatan Sule pada Nathalie Holscher Dipertanyakan, Mpok Atiek: Nggak Percaya Bakal Jadi Bininya
Baca juga: Tiga Kendaraan Bus, Truk Box dan Motor Terlibat Kecelakaan Beruntun di Jalur Pantura Tuban
Baca juga: Scorpio Cerewet, Aries Gelisah hingga Aquarius Damai, Simak Ramalan Zodiak Jumat 13 November 2020
Menurut dia, keluarga bersangkutan sempat akan mendapat bantuan topeng rumah dari Koramil namun mereka menolak karena tidak mampu membangun secara mandiri.
"Solusi bantuan pembangunan rumah itu dari desa menganggarkan tahun 2021 lantaran anggaran tahun 2020 sudah difokuskan untuk penanganan Covid-19," pungkasnya.
Ditambahkannya, Pemdes akan melakukan musyawarah mengenai rencana pembangunan renovasi rumah tidak layak itu lantaran kemungkinan dana DD juga tidak sepenuhnya bisa membiayainya.
"Kami masih musyawarah bersama Pemdes, dan keluarga bersangkutan terkait pembangunan renovasi karena tidak mungkin seluruhnya dari desa, bisa dari keluarga dan warga maupun donatur membantu biaya tukang," tandasnya.