Berita Sampang

Kisah Penjual Pisang di Sampang, Rela Menginap di Pinggir Jalan dan Emperan Demi Hemat Ongkos Pulang

Sejumlah nenek rela menginap di pinggir jalan Kabupaten Sampang untuk menjual pisang.

Penulis: Hanggara Pratama | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
TRIBUNMADURA.COM/HANGGARA PRATAMA
pedagang pisang di pinggir jalan Kelurahan Dalpenang Kecamatan/Kabupaten Sampang, Senin (21/12/2020). 

Laporan Wartawan TribunMadura.com, Hanggara Pratama

TRIBUNMADURA.COM, SAMPANG – Terik panas matahari dan debu disertai polusi kendaraan bermotor tidak menyurutkan sejumlah nenek di trotoar Jalan Raya Kelurahan Dalpenang Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang, Madura.

Di usianya yang sudah senja, sejumlah nenek itu tetap semangat menjual pisang demi mendapatkan rezeki dari pembeli.

Hanya beralaskan karung beras, para pedagang itu meletakkan berbagai jenis pisang dagangannya di atas trotoar.

Baca juga: Tak Ditemukan Kotak Amal Diduga Danai Terorisme di Kabupaten Malang, Polres Tetap Siapkan Antisipasi

Baca juga: Tempat Wisata di Blitar Tutup saat Libur Tahun Baru, Warga Luar Kota Wajib Tunjukan Hasil Rapid Test

Bahkan, mereka rela bermalam di pinggir Jalan Raya Kelurahan Dalpenang bila dagangannya tidak kunjung laku.

Penjual pisang asal Desa Batoporo, Budakkir mengaku, sering menginap di pinggir jalan.

Ia mengaku bisa menginap di tempat itu setiap kali berjualan di Jalan Raya Kelurahan Dalpenang itu.

Hal itu dilakukan oleh nenek berusia 70 tahun itu karena minim mendapatkan keuntungan dari daganggannya.

Jika menginap, ia bisa lanjut berjualan kembali dengan berpindah tempat di Pasar Tradisional Srimangunan Sampang keesokan harinya.

pedagang pisang di pinggir jalan Kelurahan Dalpenang Kecamatan/Kabupaten Sampang, Senin (21/12/2020).
pedagang pisang di pinggir jalan Kelurahan Dalpenang Kecamatan/Kabupaten Sampang, Senin (21/12/2020). (TRIBUNMADURA.COM/HANGGARA PRATAMA)

“Kami memilih menginap karena jarak rumah kami juga jauh dan perlu uang ongkos untuk membayar angkutan umum,” ujarnya kepada TribunMadura.com, Senin (21/12/2020)

“Biasanya kami memilih pindah ke Pasar Srimangunan setelah adzan subuh, semua pisang saya masukkan ke dalam karung dan membawanya dengan becak, tentunya karena ongkos lebih murah,” imbuhnya.

Budakkir menyampaikan jika dirinya beserta rekan-rekan pedagang lain yang juga seumuran dengannya, sudah berjualan di trotoar setempat sudah puluhan tahun.

Sehingga, keluh kesah sudah dilaluinya, seperti adanya pengusiran dari Satpol PP dan pihak lainnya.

Namun, dirinya beserta pedagang yang lain lebih memilih membandel karena sudah menjadi lokasi rutinitas berjualan, termasuk tidak mau kehilangan para pelanggannya.

“Saya berjualan mulai dari usia anak-anak dan usia saya sekarang sudah kurang lebih 70 tahun, jadi kan sudah puluhan tahun,” terangnya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved