Berita Bangkalan
Dulu Ditanami Jagung, Lahan Demplot di Bangkalan ini Disulap Jadi Lahan Subur Tanaman Sayur dan Buah
Lahan yang sebelumnya hanya bisa ditanami kacang panjang dan jagung itu kini mampu mendongkrak perekonomian warga Desa Bandang Dajah Bangkalan.
Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
Pasalnya, saat ini total luas lahan tidur dan tadah hujan yang belum tergarap mencapai 80 persen.
"Ada tiga warga mendatangi saya untuk bergabung, berikut lahannya telah disiapkan," tuturnya.
Ia menambakan, saat ini Kelompok Tani Sangga Buana binaan PHE WMO masih beranggotakan sebanyak 15 orang.
"Sementara ini, kami berencana menjual hasil panen beragam tanaman holtikultura ini ke pasar-pasar kecil di Bangkalan," pungkasnya.
Panen perdana di lahan demplot itu mendapat perhatian dari Ketua Kelompok Bisnis Hortikultura Indonesia, Mohammad Maulid.
"Ini bagus, mudah, dan menjanjikan. Semacam trigger bagi masyarakat agar semangat dalam bercocok tanaman holtikultura," ungkap Maulid yang sengaja datang langsung dari Malang.
Ia menyarankan, para petani holtikultura lebih fokus pada satu tanaman saja. Semisal concern pada tanaman tomat.
Ketika nantinya berkembang, lanjut, Desa Bandang Dajah bisa menjadi kawasan atau sentra penghasil tomat.
"Satu desa bisa jadi sentra tomat atau tanaman lainnya. Kami akan membantu dari segi market," pungkasnya.
Pendamping Program Eco Edufarming, Nurudin mengungkapkan, tujuan awal pihaknya yakni memanfaatkan lahan tidur dengan melakukan intensifikasi pertanian biaya murah.
Menurutnya, masyarakat Desa Bandang Dajah enggan bercocok tanam karena tingginya biaya pertanian.
"Karena itu kami pangkas semua hingga 90,99 persen, tanpa pola obat obatan. Sehingga cost-nya turun," ungkapnya.
Keputusan tersebut ditempuh bersama PHE WMO setelah menampung beragam keluhan masyarakat.
Selain karena terbatasnya ketersediaan air, masyarakat Desa Bandang Dajah enggan mengelola lahan pertanian disebabkan faktor mahalnya biaya.
Sehingga, lanjut Nurudin, masyarakat melihat sektor pertanian di Desa Bandang Dajah tidak bernilai ekonomis.