Berita Pamekasan

Kesaksian Korban Selamat Longsor di Pamekasan, Dengar Sahabat Menjerit Tak Kuat Menahan Reruntuhan

Kesaksian korban tebing longsor di asrama santriwati Pondok Pesantren An-Nidhomiyah Pamekasan.

Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
TRIBUNMADURA.COM/KUSWANTO FERDIAN
Tia Muharramah, santriwati Pondok Pesantren An-Nidhomiyah Pamekasan yang selamat dari tanah longsor, Kamis (25/2/2021). 

Kata Tia, ia dan sahabatnya yang patah tulang itu bisa diselamatkan karena masih bisa bernapas dan bisa bergerak.

Kala itu, ia mengaku langsung berteriak minta tolong untuk segera dikeluarkan dari himpitan lemari yang berisi tumpukan pakaian.

Seingat Tia, pertolongan pertama datang dari warga setempat yang langsung memindahkan lemari yang menghimpit tubuhnya.

Sedangkan, dua sahabatnya yang tertimbun longsoran tanah dan meninggal dunia itu, digali menggunakan tangan oleh warga setempat.

"Yang meninggal dunia Robiatul Adawiyah dan Siti Komariyah. Sedangkan Nurul Komariyah mengalami patah tulang di bagian kaki," ujar Tia.

Baca juga: Tak Mau Ditangkap, Maling Motor asal Pasuruan Bacok Polisi di Kota Malang, Berakhir Kakinya Ditembak

Baca juga: Gelagat Aneh Pengendara Motor setelah Kecelakaan Terendus Polisi, Panik hingga Buka Paving Gang

Sebelum kejadian tanah longsor, Tia bersama tiga sahabatnya tersebut sempat saling curhat di kamar mereka.

Kata dia, dua sahabatnya yang meninggal dunia itu bercerita kepada dirinya kalau ingin segera merasakan di Wisuda.

"Kok lama wisuda ya. Gimana ya rasanya kalau wisuda. Happy enggak?" ungkap Tia menirukan percakapan salah satu sahabatnya sebelum meninggal dunia.

Tia mengaku dadanya sesak ketika mengingat kejadian tanah longsor pada dini hari itu.

Sebab, ia bersama tiga sahabatnya, dini hari itu, tubuhnya saling terhimpit, tertimbun lemari dan berdesak-desakan untuk berusaha keluar dari reruntuhan material bangunan.

"Untung saya masih selamat, karena ada lemari yang menghalangi tubuh saya sehingga tidak terkena reruntuhan meterial bangunan," syukurnya.

Hingga hari ini, Tia mengaku masih tak menyangka akan mengalami kejadian sengeri itu.

Ketika ia mengingat kata terakhir yang diutarakan oleh dua sahabatnya itu saat hendak menghembuskan napas terakhirnya, Tia mengaku ingin menangis dan menutup telinga.

Sebab, suara sahabatnya masih terngiang-ngiang di telinganya hingga hari ini.

"Dua sahabat saya yang meninggal dunia itu sempat bilang gak kuat nahan reruntuhan material bangunan yang menimbun tubuh mereka," ucap Tia sembari menyeka air matanya.

Tia mengaku rindu dan ingin merasakan suasana saling curhat lagi dengan dua sahabatnya yang sudah dikebumikan itu.

Menurut dia, dua sahabatnya, di Ponpes An-Nidhomiyah dikenal sebagai santriwati yang rajin, baik dan suka membantu memasak.

"Ya kalau ingat mereka, dua sahabat saya itu. Pengin nangis. Ingat momen saat kami makan bareng, tidur bareng, nyuci bareng dan belajar bareng," pungkasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved