Berita Kediri
Pemilik Toko Oleh Oleh dan Perlengkapan Haji di Kediri Ikut Terimbas Pembatalan Ibadah Haji 2021
Sejumlah pemilik oleh-oleh dan perlengkapan haji di Kabupaten Kediri juga merasakan dampak akibat pembatalan keberangkatan ibadah haji 2021.
TRIBUNMADURA.COM, KEDIRI – Imbas pembatalan keberangkatan ibadah haji 2021 tidak hanya dirasakan para Calon Jemaah Haji.
Sejumlah pemilik toko oleh-oleh dan perlengkapan haji di Kabupaten Kediri juga merasakan dampak akibat pembatalan keberangkatan ibadah haji 2021.
Mereka mengaku merugi akibat kebijakan pembatalan ibadah haji 2021 tersebut
Seperti yang dialami oleh Suhairi Maghfur, pemilik toko perlengkapan haji di Jalan Pemenang, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri.
“Kita mengantisisipasi dengan mempertahankan barang atau stok yang dulu masih ada,” ujarnya kepada SURYA ( grup TribunMadura.com ), Senin (7/6/2021).
Baca juga: Pasca-Pembatalan Keberangkatan Haji 2021, Kemenag se-Jatim Gelar Rapat dengan Komisi 8 DPR RI Besok
Maghfur mengatakan bahwa dengan kebijakan ini, tak sedikit barangnya atau produknya yang terpaksa dibuang karena kedarluasa.
“Jika dibilang mengalami kerugian ia, seperti makanan kacang arab, krim (sejenis sabun). dan pelembab itu ada masa kadarluasanya" tutur dia.
"Itu sudah tidak bisa dipakai dan kita buang,” imbuhnya.
Sementara itu untuk produk lainnya seperti baju atau pakaian ihram dan sepatu haji, Maghfur mengusahakan untuk menjaganya.
“Kita jaga (Baju dan Sepatu Haji) semoga tahun depan atau berikutnya sudah bisa berangkat dan dipakai kembali,” tuturnya.
Baca juga: Kecewa Batal Berangkat Ibadah Haji 2021, Sejumlah CJH asal Bondowoso Ajukan Penarikan Dana Haji
Maghfur menjelaskan, secara umum dengan adanya kebijakan ini yang dirasakan sejak tahun lalu, omset yang didapatkan berkurang hingga 60 persen.
“Namun kita berupaya mempertahankan agar tetap mendapat penghasilan dari berjualan pakaian muslim seperti sarung, kopiyah hingga mukenah. Untuk makanan yang masih tetap jalan ini ada kurma” ungkapnya.
Selanjutya tak hanya dalam masalah produk yang tak laku, Maghfur juga terpaksa memberhentikan sebanyak 17 pegawainya dari total 27 orang.
“Dulu ada tiga tokoh, sekarang bertahan menjadi 2 tokoh aja. Sebelumnya ada 27 orang sekerang tinggal 10 saja,” jelasnya.
Mahgfur berharap tahun selanjutnya tak ada kebijakan larangan ibadah haji. Tujuannya agar usahanya tetep bisa berjalan.