Berita Madiun

Viral Video Pasien Meninggal Dunia karena Ditolak Dirawat RSUD Caruban Madiun, Begini Faktanya

Video pasien meninggal dunia karena ditolak dirawat di RSUD Caruban Madiun, viral di media sosial. Kepala Bidang Pelayanan RSUD Caruban angkat suara.

Penulis: Rahadian Bagus | Editor: Elma Gloria Stevani
Istimewa
Tangkapan layar video viral pria meninggal karena tak dirawat RSUD Caruban Madiun. 

Laporan Wartawan TribunMadura.com Network, Rahadian Bagus

TRIBUNMADURA.COM, MADIUN - Dua cuplikan video berdurasi sekitar 16 detik dan 28 detik viral di media sosial.

Dalam video tersebut, tampak lima orang menaiki kendaraan roda tiga.

Tampak dua di antaranya memeluk satu orang  yang tergeletak di bak belakang. Terdengar suara orang yang merekam video, menyebut bahwa mereka ditolak dari RSUD Caruban.

"Iki dulur lanangku gaes, mulih seko panti (RSUD Caruban), arep di-swab gak oleh aku. Saiki dadi mayit. Elingo gaes, awak dewe wong ra gablek gaes. Iki lho rakyate ngene ki," teriak orang yang merekam. 

(Ini saudaraku, pulang dari RSUD Caruban, mau di-swab tidak saya izinkan. Sekarang jadi mayat. Ingat gaes, kita orang tidak punya gaes. Ini lho rakyatnya seperti ini)

"Gaes, rumah sakit panti (RSUD Caruban) ki ngene ki lho, wong loro ra dirumat. Tak gowo mulih, elingo gaes. Wong ra gablek dinggo peralat, tak viralno gaes," tambahnya. 

(Gaes, rumah sakit Caruban seperti ini lho, orang sakit tidak dirawat. Saya bawa pulang, ingat gaes. Orang tidak punya diperalat, saya viralkan gaes).

Orang yang merekam video tersebut, ingin menunjukan bahwa saudaranya baru saja meninggal dunia, setelah sempat dibawa ke IGD RSUD Caruban.

Namun, karena dokter meminta agar saudaranya dilakukan swab, ia memilih membawa saudaranya pulang. 

Kepala Bidang Pelayanan RSUD Caruban, dr. Ali Murtadlo ketika dikonfirmasi mengatakan, pasien dalam video tersebut berinisial T berusia 45 tahun, Desa Kenongo Rejo, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun.

Pasien berinisial T tersebut, memang sempat dibawa pihak keluarga pasien ke IGD, namun karena menolak untuk dilakukan tes swab, dokter tidak dapat mengambil tindakan.

"Kami melakukan tindakan protap di IGD, dari hasil pemeriksaan pasien ini harus dirawat inap. Ruangan rawat inap kami bedakan, untuk pasien umum dan untuk pasien isolasi," kata Ali.

Pada saat akan dilakukan tes swab, ada satu orang saudara pasien yang ikut mengantar ke rumah sakit menolak. Padahal, saat itu istri pasien sudah menyetujui untuk dilakukan swab.

"Istrinya menyetujui (tes swab), namun ada keluarga pasien menolak. Kami beri waktu 30 menit, tapi akhirnya mereka menolak dan memaksa untuk membawa pulang pasien," katanya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved