Berita Surabaya

Cerita Warga Jalan Kunti yang Kaget saat Didatangi Ratusan Polisi Bersenjata Lengkap Dini Hari

Belasan warga tampak keluar dari rumahnya dengan perangai wajah terheran-heran melihat ratusan orang aparat, tersebar di sejumlah gang permukiman

Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Samsul Arifin
TRIBUNMADURA.COM/LUHUR PAMBUDI
Ratusan aparat gabungan saat razia skala besar antisipasi peredaran narkotika di kawasan Jalan Kunti, Sidotopo, Semampir, Surabaya. 

TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Warga permukiman di kawasan Jalan Kunti, Sidotopo, Semampir, Surabaya mengaku kaget dengan adanya razia skala besar antisipasi peredaran narkotika yang digelar aparat gabungan, Rabu (6/10/2021) dini hari.

Belasan warga tampak keluar dari rumahnya dengan perangai wajah terheran-heran melihat ratusan orang aparat, tersebar di sejumlah gang permukiman tersebut. Apalagi sebagian kecil dari aparat itu, bersenjata lengkap.

Meski rasa penasaran mereka begitu besar atas kedatangan aparat di lingkungan permukiman mereka pada waktu istirahatnya malam hari.

Mereka juga tak bisa seenaknya mendekat ke pusat titik kumpul aparat yang sedang bersiaga dan bertanya dengan polosnya.

Satu diantara warga yang merasa kaget dengan kehadiran aparat pada dini hari itu, bernama Ahmad Suli.

Baca juga: Inilah Sarang Peredaran Narkotika di Jalan Kunti, Aparat Gabungan TNI Polri Temukan Alarm

Mengenakan setelan pakaian alakadarnya jaket dan sarung, pria itu tampak keluar dari rumahnya untuk sekadar melihat-lihat banyaknya aparat berpakaian dengan tulisan polisi, di gang rumahnya, Jalan Sumbo, RT 10, RW 8, Sidotopo, Semampir, Surabaya.

Ahmad mengaku kaget dengan keberadaan aparat tersebut hilir mudik di depan gang permukimannya. 

Apalagi sampai ada satu orang warga diborgol pergelangan tangannya kemudian dikeler ke memasuki sebuah rumah dua lantai yang disewakan pemiliknya, menjadi kosan.

"Makanya saya kaget kalau ada seperti ini (orang ditangkap polisi), kalau di situ sudah biasa," ujarnya saat ditemui TribunJatim.com, di depan rumahnya.

Setahu Ahmad, permukimannya itu, terbilang normal, dan memiliki karakter sosiologi masyarakat yang cenderung sehat.

Artinya, permukimannya itu jauh dari kesan aktivitas lancung seperti peredaran, jual beli, atau pengguna narkotika, yang telah menjadi stigma negatif selama bertahun-tahun.

"Kalau disini enggak ada. Kalau di sana (Jalan Kunti sisi Timur) mungkin. Karena di sana kan jauh. Jalan besar. Di sini permukiman resmi, warga asli sini," jelasnya.

Ahmad menduga, stigma negatif atas permukimannya yang dianggap sebagai 'sarang narkoba' itu, akibat maraknya praktik peredaran narkotika di kawasan lain permukimannya, tepat di Jalan Kunti sisi timur.

Kendati begitu ia memastikan, jika di kawasan gang permukimannya, RT 10, RW 8 itu, terbilang aman. Buktinya, hampir tidak pernah ada insiden kriminalitas jalanan, seperti pencurian motor di tempatnya.

"Motor punya saya ini, enggak pernah saya masukin, artinya ya aman aman saja. Sosialnya bagus satu sama lain.
Makanya kalau ada gerebekan itu, kan kaget kita," pungkasnya.

Hal serupa juga dirasakan oleh Samsul, pemilik depot makanan yang berada di ujung gang Jalan Kunti.

Samsul dan istrinya malah terbangun dari tidur dan memutuskan keluar rumah, setelah mendengar keramaian yang tak lazim muncul ditengah malam beberapa jam menjelang waktu ibadah Salat Subuh.

"Ya sempat bangun tidur ini. Enggak apa-apa. Udah biasa," tukas pria berkumis tipis itu.

Terkait dengan stigma negatif tentang kawasan Jalan Kunti menjadi lokasi yang marak terjadi peredaran narkotika. 

Samsul mengakui, jika anggapan semacam itu, sudah sejak lama diketahuinya, bahkan sebelum membuka warung makan di lokasi tersebut, dua tahun lalu.

"Saya enggak tahu (lihat transaksi narkotika di sini). Saya 2 tahun tinggal sini. (Stigma) ya tahu," pungkas Samsul.

Jangankan warga asli Surabaya, stigma negatif yang acap melingkupi permukiman Jalan Kunti, juga telah banyak diketahui oleh warga bukan asal Surabaya, seperti Emanilo (33) warga asal Lamongan.

Penjaga warung kopi (warkop) itu, mengaku, dirinya juga mengetahui adanya stigma tersebut.

Hanya saja, selama dirinya bekerja di warkop tersebut, sejak lima tahun lalu, dirinya tidak pernah mendapati adanya oknum warga yang bertransaksi narkotika, atau ditangkap oleh kepolisian karena penyalahgunaan narkotika, di kawasan jalan tersebut.

"(Stigma Jalan Kunti) ya ngerti, tapi saya kembali lagi, saya enggak pingin tahu," ungkap Emanilo di sela aktivitas berkemas menutup warkopnya.

Sementara itu, Kabag Bin Ops Ditresnarkoba Polda Jatim AKBP Samsul Makali mengungkapkan, alasan pihaknya melibatkan banyak personel dari unsur gabungan.

Karena cakupan wilayahnya terbilang padat penduduk, dan terdapat banyak permukiman sementara kosan di kawasan tersebut.

 "Karena memang disini padat penduduk, dan banyak kos-kosan kecil-kecil, dan pendatang dari mana mana, merupakan daerah yang rawan," lugasnya pada awak media di lokasi.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved