Berita Tulungagung

Koleksi Binatang Pendopo Tulungagung Banyak Berubah, Hampir 2 Tahun Lamanya Tanpa Pengunjung

Koleksi hewan Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso Tulungagung sudah banyak berubah.

Penulis: David Yohanes | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
TRIBUNMADURA.COM/DAVID YOHANES
Rusa hewan koleksi Pendopo Tulungagung, Senin (11/10/2021). 

TRIBUNMADURA.COM, TULUNGAGUNG - Sejak awal masa pandemi, Pemkab Tulungagung menutup kunjungan para pelajar ke Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso.

Sebelumnya, siswa PAUD maupun TK bisa melihat koleksi binatang di Pendopo Tulungagung setiap Sabtu dan Minggu.

Kini, Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso hampir dua tahun tanpa kunjungan

Koleksi hewan sebagai bahan pembelajaran anak-anak ini pun banyak berubah.

Seperti burung rangkok yang kini tidak ada lagi karena sudah terlalu tua, kemudian mati.

Demikian burung kakatua hitam atau kakatua raja yang digantikan dengan hewan lain.

Baca juga: Sudah Kembali Dibuka, Kebun Binatang Surabaya (KBS) Menarik Minat Pengunjung Meski Ada Pembatasan

Lalu koleksi landak yang lebih banyak dari sebelumnya.

Sementara koleksi andalannya adalah rusa yang berkembang biak dengan baik.

Kabag Umum Pemkab Tulungagung, Sony Welly Ahmadi mengatakan, belum ada kebijakan membuka kunjungan pelajar ke pendopo lagi sampai saat ini.

“Kami masih menunggu arahan dari Satgas (Percepatan Penanganan Covid-19). Karena sejauh ini belum ada izin,” terang Sony, Senin (11/10/2021).

Lanjut Sony, sebelumnya kunjungan ke koleksi hewan yang ada di pendopo menjadi satu paket wisata edukasi dari sekolah.

Biasanya sebelum ke pendopo, para siswa diajak ke alun-alun yang ada di depan pendopo.

Setelah pengenalan di area alun-alun, mereka dibawa ke dalam pendopo untuk belajar berbagai hewan koleksi.

“Sampai saat ini alun-alun juga belum dibuka secara resmi. Mungkin jika nanti sudah resmi dibuka, maka kunjungan ke pendopo juga akan dibuka,” sambung Sony.

Masih menurut Sony, meski tidak pernah ada kunjungan, seluruh koleksi hewan di pendopo terpelihara dengan baik.

Bahkan hewan-hewan ini tidak terpengaruh refocusing anggaran yang lazim banyak dilakukan untuk penanganan Covid-19.

Alasannya, semua koleksi ini adalah makhluk hidup yang perlu mendapat makan secara rutin.

“Kalau tidak dianggarkan koleksinya akan mati. Jadi tetap terpelihara, tidak terpengaruh refocusing,” tegas Sony.

Semua hewan koleksi ini mempunyai izin dari Badan Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA).

Rata-rata koleksi yang ada adalah hewan yang disita dari masyarakat dan gagal dilepasliarkan.

Atau binatang yang kondisinya sudah tua dan tidak memungkinkan untuk dilepasliarkan.

“Secara rutin kami juga melapor ke BKSDA. Misalnya ada yang sakit atau yang mati,” ungkap Sony.

Untuk perawatan seluruh koleksi, Sony menggandeng Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnak Keswan) Tulungagung.

Setiap bulan tim kesehatan dari Disnak Keswan memastikan kondisi kesehatan koleksi hewan yang ada.

Jika ada yang mati bangkainya harus dilakukan nekropsi (autopsi hewan) untuk memastikan penyebab kematiannya. (David Yohanes)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved