Berita Pamekasan

Kisah Mahasiswa Terbaik Universitas Islam Madura, Yatim & Ditinggal Sang Ibu Menjadi TKW

Linda, panggilan sehari-hari Linda Wati dinyatakan lulus terbaik dengan IPK 3.47 yang masa kuliahnya ditempuh selama 4 tahun

Penulis: Muchsin Rasjid | Editor: Samsul Arifin
ISTIMEWA/TRIBUNMADURA.COM
Linda Wati, mahasiswa Fakultas Teknik, UIM, saat menerima sertifikat dari dosen dan dekan, sebagai lulusan terbaik. 

TRIBUNMADURA.COM, PAMEKASAN – Meski di tengah keterbatasan biaya, namun bagi Linda Wati bukan halangan untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Dan kini Linda Wati patut berbangga hati, karena dirinya dinyatakan sebagai mahasiswa lulusan terbaik di program studi (Prodi) Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Islam Madura (UIM) Pamekasan.

Linda, panggilan sehari-hari Linda Wati, putri pasangan suami istri, (Alm) Juza dan Busana, warga Desa Sotabar, Kecamatan Pasean, Pamekasan, dinyatakan lulus terbaik dengan IPK 3.47 yang masa kuliahnya ditempuh selama 4 tahun.

Pengumumannya, diungkap saat Yudisium Fakultas Teknik, UIM Pamekasan, Sabtu (6/11/2021).

Dara manis kelahiran, 28 Desember 1999 lalu itu, hampir tidak percaya ketika dirinya dinobatkan sebagai mahasiswa lulusan terbaik. Dengan predikat itu, Linda senang dan bersyukur.

Karena perjuangannya selama ini untuk memberikan yang terbaik bagi keluarganya tidak sia-sia. Apalagi, setelah selesai wisuda nanti, Linda sudah dapat pekerjaan. Hanya saja Linda belum mau menyebutkan pekerjaan yang sudah di depan matanya itu.

Menurut Linda, awalnya begitu lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bustanul  Ulum, di Kecamatan Waru, Pamekasan, ia minta izin pada ibunya.

Baca juga: Momen Haru Selimuti Pelepasan Komandan Sub Denpom V/4-3 Pamekasan

Namun saat itu Linda sempat bersedih, lantaran ibunya keberatan jika dirinya melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Alasanya, tidak ada biaya untuk kuliah, termasuk uang kos.

Maklum, jarak dari rumah ke kampus UIM sekitar 52 KM, sehingga mau tidak mau harus kos di lokasi sekitar  kampus. Sementara ayahnya sudah lama meninggal. Sedang ibunya berada di Malaysia, menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di sana.

Namun berkat keinginan kuat dirinya untuk kuliah dan dorongan, kakak kandungnya Zaini Wer Wer, sebagai LSM di Presiden Markas Besar (Mabes) Non-Governmental Organization (NGO), akhirnya Linda bertekat kuliah. “Untuk biaya kuliah dan lain-lainnya itu, saya hanya mengandalkan uang kiriman ibu dan bantuan dari kakak Zaini,” kata Linda.

Linda menceritakan, ketika awal kuliah merasa minder. Karena sebagai anak desa dengan uang yang hanya pas-pasan itu, apakah aktivitas perkuliahannya berlanjut atau terhenti di tengah jalan. Namun karena semangatnya tinggi diimbangi dengan belajar yang tekun, Linda mampu melewati semua kecemasan yang pernah menghantuinya itu.

Gadis yang dikenal pendiam dan sedikit bicara ini, tidak lupa bersyukur kepada Allah dan Rosulullah, yang telah melapangkan dan memudahkan selama dirinya kuliah hingga lulus.

“Terima kasih kepada ibu dan kakak. Karena berkat keduanya, saya bisa menyelesaikan kuliah dengan baik. Begitu juga kepada dosen pembimbing, keluarga dan teman-teman, terima kasih,” ujar Linda.

Sedang Zaini Wer Wer, mengaku turut senang, adiknya lulus dengan prestasi yang membanggakan. Walau sejak awal kuliah mendapat banyak rintangan dan bisa melewatinya dengan baik. Ia berharap dengan predikat ini, Linda tetap rendah hati dan tetap semangat untuk terus belajar.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved