Berita Mojokerto

Antisipasi Banjir dan Longsor, Pengelola Wisata Pemandian Air Panas Padusan Pacet Lakukan Mitigasi

Mitigasi bencana dilakukan Pengelola Wisata Pemandian Air Panas Padusan menyusul pancaroba musim penghujan.

Penulis: Mohammad Romadoni | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
TRIBUNMADURA.COM/MOHAMMAD ROMADONI
Wisata Pemandian Air Panas Padusan, Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto. 

TRIBUNMADURA.COM, MOJOKERTO - Pengelola Wisata Pemandian Air Panas Padusan, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, melakukan mitigasi guna mengantisipasi bencana banjir dan tanah longsor.

Mitigasi bencana dilakukan Pengelola Wisata Pemandian Air Panas Padusan menyusul pancaroba musim penghujan.

Koordinator Wisata Pemandian Air Panas Padusan Pacet, Heru Utomo mengatakan, mitigasi bencana alam terutama di sepanjang aliran sungai dalam hutan yang terhubung ke kawasan pariwisata.

Apalagi, banyak batu-batu besar dan pohon tumbang yang menyumbat aliran sungai tersebut.

"Penyebab banjir bandang karena adanya batu besar atau pohon-pohon tumbang yang menyumbat sungai dalam hutan, sehingga jika aliran terbendung maka saat terjadi hujan lebat dengan intensitas tinggi berpotensi terjadi bencana," ungkapnya kepada Surya.co.id ( grup TribunMadura.com ), Minggu (21/11/2021).

Kondisi kolam air panas wisata Air Panas Padusan, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto saat diguyur hujan lebat, Jumat (27/12/2019).
Kondisi kolam air panas wisata Air Panas Padusan, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto saat diguyur hujan lebat, Jumat (27/12/2019). (ISTIMEWA/TRIBUNMADURA.COM)

Baca juga: Asyik Foto di Tempat Wisata, Dua Remaja ini Tak Sadar dalam Bahaya, Terseret Arus hingga Meninggal

Heru menceritakan pengalamannya saat melakukan mitigasi, ada sebuah batu besar yang jatuh di tengah aliran sungai sehingga menyumbat dan membentuk seperti bendungan.

Kondisinya, menyerupai danau kecil di tengah sungai hutan. Apalagi banyak sumber mata air yang muncul bersamaan musim penghujan.

"Seumpama adanya batu besar yang menyumbat aliran sungai di dalam hutan tidak ketahuan maka berpotensi terjadi banjir bandang," ujarnya.

Dia menyebut mitigas dilakukan bersama Perhutani, BPBD, TNI/POLRI juga melibatkan masyarakat setempat dengan cara menyisir sungai dari bawah hingga ke atas masuk ke dalam hutan.

Disisi lain, warga ikut berkantor lantaran mereka rutin pergi ke dalam hutan satu pekan sekali. Mereka selalu melaporkan kondisi sungai hutan apabila berpotensi terjadi bencana.

"Saat terjadi curah hujan tinggi di kawasan pegunungan warga seringkali memberi informasi terakhir kondisi sungai hutan sebagai kewaspadaan bencana banjir bandang maupun tanah longsor," ucap Heru. (don/ Mohammad Romadoni).

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved