Berita Surabaya

Kota Surabaya Dinilai Layak Jadi Percontohan Menuju PTM Sekolah 100 Persen, Begini Tanggapan Pemkot

Kota Surabaya dinilai layak menjadi kota percontohan menuju Pembelajaran Tatap Muka 100 persen siswa.

Penulis: Bobby Koloway | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
TRIBUNMADURA.COM/HABIBUR ROHMAN
Kegiatan Pembelajaran Tatap Muka di salah satu SMP di Surabaya. 

TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Pemkot Surabaya berhati-hati melaksanakan kegiatan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) sekolah dengan 100 persen siswa.

Sekalipun pelaksanaan PTM sekolah di Kota Surabaya yang telah berlangsung saat ini berjalan cukup baik, Pemkot Surabaya masih terus berhati-hati.

"Sebenarnya, dari awal PTM, kami sudah memikirkan bagaimana PTM bisa secara normal atau (diikuti) 100 persen (siswa)," kata Kepala Dinas Pendidikan Surabaya, Supomo, Kamis (2/12/2021).

Bahkan, pemerintah pusat menyebut Kota Surabaya layak menjadi kota percontohan menuju PTM 100 persen.

Ini disampaikan tenaga ahli Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr Andani Eka Putra beberapa waktu lalu.

Namun, sebelum melakukan hal itu, Dispendik akan melakukan sejumlah persiapan. Di antaranya, evaluasi terhadap pelaksanaan PTM yang telah dijalankan Pemkot sejak September lalu.

Selain terbatas 50 persen dari kapasitas, ada sejumlah ketentuan yang harus dilakukan sekolah dalam PTM ini. Di antaranya, mengikuti asesmen protokol kesehatan, simulasi PTM, hingga menyertakan persetujuan wali murid.

"Hingga saat ini, sekolah di Surabaya yang telah menggelar PTM telah mencapai 95 persen dari total sekolah. Ini dari SD-SMP, baik negeri maupun swasta. Untuk SD, baru kelas 6," kata Supomo.

Dari evaluasi terhadap sekolah yang menggelar PTM, Supomo menyebut protokol kesehatan berjalan baik. Salah satu tolok ukurnya, klaster Covid-19 yang hingga saat ini tak ditemukan di sekolah.

"Meskipun ada siswa yang diketahui positif Covid-19, ternyata itu bukan karena klaster sekolah. Setelah kami lakukan tracing, ternyata siswa yang bersangkutan tertular dari keluarga hingga ada yang datang dari luar kota," katanya.

Selain evaluasi, pihaknya juga tetap akan meminta masukan sejumlah pakar kesehatan hingga epidemiologi. Termasuk, soal pembahasan teknis PTM ke depan.

"Prinsipnya, kami mengedepankan kehati-hatian. Kami tidak berdiri sendiri untuk memutuskan apakah PTM 100 Persen atau bagaimana. Namun, kami juga rutin bertemu dengan para pakar," katanya.

"Termasuk soal teknisnya. Apakah nanti 100 persen siswa akan dimasukkan dalam satu waktu atau sistem shift, itu juga yang juga akan dimatangkan bersama para pakar," katanya.

Berikutnya, juga dengan meminta persetujuan wali murid. "Salah satu persyaratan mutlak adalah persetujuan wali murid," katanya.

"Masih ada beberapa sekolah yang belum menggelar PTM juga karena belum ada izin dari wali murid. Kalau tak ada restu wali murid, termasuk tak mau mengantarkan/menjemput anak yang bersangkutan, maka tidak bisa PTM," katanya.

Sebelum menambah jumlah siswa, Dispendik rencananya akan terlebih dahulu menambah jam pelajaran PTM dalam waktu dekat. Dari yang awalnya 2 jam pelajaran menjadi 4 jam pelajaran.

"Kami sudah mendapat lampu hijau dari Kemendikbud untuk menambah jam pelajaran. Rencananya, akan ditambah dalam waktu dekat," katanya. (bob)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved