Cerita Penyanyi Ikke Nurjanah Tak Menyerah Hadapi Pandemi Covid-19, Kini Buka Sekolah Dangdut
Penyanyi dangdut Ikke Nurjanah berbagi pengalaman dalam pengelolaan keuangan dan berinovasi untuk mendapatkan penghasila
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sylvianita Widyawati
TRIBUNMADURA.COM, MALANG - Dharma Wanita Persatuan Universitas Negeri Malang (UM) mengadakan seminar nasional "Kebangkitan Ekonomi di Tangan Wanita Tangguh di Era New Normal", Kamis (9/12/2021) yang dilaksanakan secara hibrid. Keynote speaker acara ini adalah Ratih Sanggarwati, Ketua Komunitas Ibu Cerdas Indonesia. Acara dibuka oleh Rektor UM Prof Dr AH Rofi'uddin MPd.
Narasumber lainnya adalah Ikke Nurjanah, Dirut PT Suara Cemerlang dan Dr Puji Handayati SE MM, Ketua IAI Komisariat Malang Raya dengan moderator Hj Faridah Hayati AH Rofi'uddin.
Penyanyi dangdut Ikke Nurjanah berbagi pengalaman dalam pengelolaan keuangan dan berinovasi untuk mendapatkan penghasilan.
"Saya ingin sharing saja di acara ini. Ini gambaran versi saya dalam menghadapi pandemi. Bisa dibilang, dampaknya ya sama saja dengan yang lain. Sebelum pandemi, saya bisa ke seluruh Indonesia untuk menyanyi. Namun sekarang ada keterbatasan," jelas Ikke Nurjanah penyanyi yang melejit dengan lagu "Terlena" ini.
Menurutnya menyanyi adalah sumber pendapatan utamanya sejak ia di kelas 1 SMP. Dalam perjalanan hidupnya, ia merasakan naik turun. Termasuk usai perceraiannya ia juga bikin down. Namun ia harus bangkit dan bekerja sebagai karyawan di grup MNC Radio selama tiga tahun setelah bercerai dari Aldy Bragi.
"Untuk keuangan, konsep utama saya adalah menabung. Jangan terlalu percaya pada orang lain dalam hal finansial. Kita harus tahu uang kita kemana," katanya. Dari manajemennya waktu itu ia hanya diberi uang Rp 8 juta.
Usai bercerai, ia mulai dari titik nol keuangan, hati dan perasaan. Sekarang ia sudah memisahkan keuangan untuk pribadi dan manajemen profesi.
Baca juga: Lewat Aplikasi Job Fair, Warga Kota Malang yang Menganggur Bisa Cari Pekerjaan sesuai Kualifikasi
Tujuannya agar keuangan bisa sama-sama satttle. Kini ia berinovasi untuk keuangannya dengan membuat sekolah dangdut dimana ia jadi dirut. "Saya belajar dangdut juga otodidak. Karena ada sekolah ini, saya buat kurikulum. Soal cengkok dangdut juga diajarkan dan ditulis karena kurikulum," kata dia. Ia juga menata keuangannya dengan cara mengetahui overhead kebutuhan sebulan berapa.
Maka ia harus punya tabungan untuk enam bulan ke depan. Misalkan kebutuhan sebulan Rp 25 juta, maka perlu tabungan minimal enam bulan. Di sela itu juga harus mencari sesuatu agar dana yang jadi simpanan itu bisa diperpanjang. "Mengetahui overhead itu penting. Apalagi waktu itu saya masih single parent," jawabnya. Kini ia juga melirik endorse karena ada peluang pendapatan.
"Saya sebenarnya bukan kelompok yang suka digital. Tapi era ini saya ikuti. Ya 50:50 lah. Saya masih suka ke toko langsung melihat barangnya," jelas ibu satu anak ini.
Perubahan Perilaku
Sedang Puji Handayati, Dosen FE UM menjelaskan terjadi banyak perubahan perilaku saat pandemi Covid-19. Dimana banyak orang melakukan biasa melakukan pembelian tradisional, kini dipaksa melakukan transaksi online. Dalam satu genggaman HP sudah bisa menjalankan aktifitas semuanya.
Para guru juga beradaptasi dengan IT untuk pembelajaran. Sehingga kebutuhan terbesar adalah pulsa, wifi. Juga terjadi perubahan perubahan trend. Toko ritel besar banyak yang menutup gerai karena masyarakat biasa belaja di merchant. "Dulu gak terbanyangkan lewat aplikasi bisa memanggil Gojek ke rumah. Dalam sehari mungkin bisa berganti 10 mobil tanpa harus memiliki," tambah dia.
Dalam kondisi disrupsi saat ini ada yang kehilangan pekerjaan tapi tumbuh pekerjaan baru. Dikatakan, potensi digital Indonesia besar karena hampir 80 persen penduduk Indonesia memakai internet. UMKM juga sudah melek fintech. Sedang Ratih Sanggarwati, Ketua Komunitas Ibu Cerdas Indoensia menceritakan temannya seorang chef merasakan kenaikka omzet 300 persen saat pandemi.
"Itulah keberkahan. Kita kehilangan teman-teman saat pandemi, ada yang kehilangan pekerjaan karena diberhentikan sehingga keluarga merasa gamang menghadapi kehidupan. Tapi di sisi lain ada ada usaha-usaha yang diselamatkan oleh Allah karena musibah ini. "Maka sebagai perempuan menghadapi ini adalah its oke. Harus sama-sama bangkit," tandas mantan anggota DPR RI ini.