Sejarah

Deretan Hewan ini Sangat Dihormati Bagi Orang di Zaman Mesir Kuno, Kematiannya Bahkan ‘Diratapi’

Deretan hewan ini sangat dihormati di zaman Mesir kuno, bahkan kematiannya diratapi dengan cara ini. Kisahnya terukir di berbagai artefak

Editor: Aqwamit Torik
AFP/Mohamed El-Shahed
Penampakan Sphinx dan piramid wujud peradaban Mesir kuno 

Serigala dan ular seperti asp adalah simbol populer Mesir Kuno sementara kijang diburu untuk diambil dagingnya.

Hewan berbahaya seperti singa, buaya, dan kuda nil kadang-kadang bersentuhan dengan manusia dan Sungai Nil adalah rumah bagi satwa liar di tepi pantai seperti burung, amfibi, dan serangga.

Sungai Nil sangat penting bagi cara hidup orang Mesir dan buaya yang mematikan serta kuda nil yang agresif merupakan ancaman besar untuk melintasi jalur air tersebut, oleh karenanya kedua hewan itu sangat dihormati.

Bagi firaun, singa dan banteng mewakili kekuatan mereka.

Gambar banteng dengan kejam menginjak-injak orang lain, atau singa yang berhasil berburu mangsanya melambangkan kekuatan penguasa dan kerajaan yang mereka kuasai.

Hewan juga digunakan dalam peperangan, bak mesin perang Mesir Kuno yang didominasi pertempuran berbasis kereta.

Dengan didukung satu atau lebih kuda dari pemukiman yang ditaklukkan tentara Mesir menggunakan busur, pedang, dan tombak dari atas kereta menebas dan menginjak-injak pasukan musuh.

Kereta dengan dukungan kuda menjadi unit pasukan paling kuat di medan perang sebelum masuk kavaleri.

Kuda awalnya tidak asli Afrika Utara dan hanya tiba di Mesir setelah perbatasannya diperluas di bawah Kerajaan Baru.

Tidak seperti perang Yunani dan Romawi kuno, kuda sangat jarang ditunggangi dan hanya orang kaya yang mampu membeli kuda mereka sendiri.

Keledai dan bagal digunakan untuk mengangkut peralatan dan perbekalan baik dalam perang maupun damai saat mengerjakan tanah.

Hewan yang memainkan peran utama dalam tradisi kematian, seperti halnya manusia, sering kali dijadikan mumi, karena orang Mesir kuno percaya pada kehidupan setelah kematian, maka siapa pun yang meninggal ingin harta benda dibawa serta, termasuk hewan peliharaan.

Termasuk hewan sebesar sapi yang dikorbankan, dimumikan, dan dimasukkan ke dalam kubur, dengan harapan, mereka akan sekali lagi menemani mantan pemiliknya.

Tidak hanya dibunuh untuk mengantar pemiliknya ke alam baka, hewan juga dianggap menjadi makanan mereka dalam perjalanan ke Duat, alam kematian.

Yang ini biasanya ikan atau unggas, keduanya dimumikan dengan hati-hati sehingga terawetkan dengan benar.

Sumber: Intisari
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved