Berita Bangkalan

Kapolda dan Gubernur Jatim Deklarasikan Madura Produktif Tanpa Narkoba di Universitas Trunojoyo

Khofifah berharap para rektor, para bupati, dan stakeholder yang ada di Madura menyediakan forum khusus kepada para Duta Anti Narkoba

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Aqwamit Torik
TribunMadura.com/Ahmad Faisol
Madura Produktif Tanpa Narkoba di Universitas Trunojoyo Madura, Kamis (19/5/2022), menjadi deklarasi yang kesekian kali sebagai upaya pemerintah menghindarkan generasi bangsa dari pengaruh buruk narkoba. 

TRIBUNMADURA.COM, BANGKALAN – Tindakan preemtif dan preventif dari penyalahgunaan narkoba melalui beragam imbauan, pendekatan kepada masyarakat, gelar forum hingga deklarasi-deklarasi bebas narkoba terus dilakukan jajaran pemerintah daerah. Namun hingga saat ini api peredaran dan penyalahgunaan narkoba tak kunjung padam.

Madura Produktif Tanpa Narkoba di Universitas Trunojoyo Madura, Kamis (19/5/2022), menjadi deklarasi yang kesekian kali sebagai upaya pemerintah menghindarkan generasi bangsa dari pengaruh buruk narkoba.

Hadir sejumlah pimpinan pemerintahan daerah di empat kabupaten di Madura, tokoh ulama, tokoh masyarakat. Serta para siswa, mahasiswa, hingga dari berbagai forum berbasis pesantren  yang disiapkan sebagai Duta Anti Narkoba.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan, berbagai latar belakang telah dijadikan sebagai referensi tentang dorongan seseorang mengkonsumsi narkoba. Mulai dari perasaan tidak percaya diri, galau, hingga frustasi.

“Di sini ada anak-anak SMP, SMA, ada juga mahasiswa. Kalau ini basisnya santri, ketika galau resepnya adalah dzikrullah, jangan curhat kanan-kiri apalagi curhat melalui sosmed (sosial media),” ungkap Khofifah dalam sambutannya.  

Ia menjelaskan, sasaran yang dirusak ketika seseorang menggunakan narkoba secara terus menerus adalah saraf otak, hati, hingga merusak pikiran. Apabila hati dan pikiran sudah rusak maka yang tampak hanya fisiknya saja.

“Ia hidup tetapi pada dasarnya yang ada adalah fisiknya, karena ruh religiusitasnya sudah mengalami proses penurunan dari derajat konsentrasi, rasa sosial, dan solidaritas. Karena ketika hati rusak, sensitifitas sosialnya juga rusak. Itu artinya bahwa narkoba juga berdampak pada proses bangunan ketahanan nasional, ” jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Khofifah mengenang beberapa pembahasan di forum dunia tentang narkotika yang pernah diikutinya bersama beberapa menteri kesehatan dari beberapa negara Eropa di tahun 1997. Saat itu, terpetakan dan terkonfirmasi dalam peta bahwa pabrik ekstasi ada di Indonesia.

Khofifah memaparkan, kala itu dirinya hadir bersama Direktur Narkotika Mabes Polri, Brigjen Pol Tanjung yang juga didapuk sebagai nara sumber. Terkuak dalam forum tersebut bahwa ekstasi produksi dari Indonesia di kala itu paling disukai para pemuda dari Prancis dan Belanda.

“Menarik sekali diskusinya, kenapa ekstasi dari Indonesia disukai. Pertama karena harga murah dan kedua karena reaksinya cepat. Waktu itu hanya ekstasi, heroin, sabu, dan ganja. Sekarang ini kokain, jadi metamorfosis jenis narkotika luar biasa cepatnya,” paparnya.

Forum diskusi tersebut disampaikan Khofifah belum menghasilkan sebuah kesimpulan, kenapa ekstasi produksi Indonesia sangat disukai? Barulah, pada forum diskusi berikutnya di tahun yang yang sama di Bangkok, ditemukanlah jawaban tentang pertanyaan itu. 

“Menteri Kesehatan Perancis dan Belanda hadari waktu itu, mereka ikut mendiskusikan. Ternyata diketahui bahwa ekstasi Indonesia ada kandungan racun tikus dan kaca yang digerus. Itu akan cepat menggerus usus dan cepat bereaksi terhadap saraf otak. Betapa ini memiliki daya rusak yang luar biasa,” tegasnya.

Melalui Deklarasi Madura Produktif Tanpa Narkoba, Khofifah berharap para rektor, para bupati, dan stakeholder yang ada di Madura menyediakan forum khusus kepada para Duta Anti Narkoba yang ada di hadapannya.   

“Saya akan ikut bersama melakukan proses preventif dan mitigatif secara lebih komprehensif. Karena kultur dan tingkat religiusitas masyarakat Madura sangat tinggi, jangan sampai redup karena pengaruh narkoba,” pungkasnya.

Sementara Kapolda Jatim, Irjen Pol Nico Afianta menegaskan, gelar semacam ini tidak hanya sebatas digelar di Madura namun juga akan dilaksanakan di beberapa kabupaten/kota lain di Jawa Timur bersama stakeholder. Seperti Kodam, BNN Provinsi, serta melibatkan para alim ulama dan tokoh masyarakat. 

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved