Berita Sampang
Kisah Sawah Keramat di Sampang ini Sarat Mistis Zaman Kerajaan Madura, Warga Tak Berani Lakukan ini
Warga percaya ada lahan sawah keramat di Sampang, zaman Kerajaan Madura jadi awal mula, konon menyimpan hal mistis
Penulis: Hanggara Pratama | Editor: Aqwamit Torik
Laporan Wartawan TribunMadura.com, Hanggara Pratama
TRIBUNMADURA.COM, SAMPANG - Sebuah lahan sawah di Sampang ini membuat warga sekitar tak berani macam-macam.
Lahan sawah itu tepatnya berada di Desa Plakaran, Kecamatan Jrengik, Kabupaten Sampang, Madura.
Warga percaya adanya hal mistis yang kental di wilayah tersebut.
Bahkan, warga juga tak berani menanami lahan sawah itu karena dikenal keramat.
Warga menamakan lahan tersebut yakni sawah kembar yang dipercaya bekas petilasan.
Salah Satu Sesepuh Desa Plakaran, Moh. Raji menceritakan, konon saat zaman Kerajaan Madura barat terdapat seorang guru bernama Bujuk (Buyut) Buker dan memiliki santri bernama Ke Lesap.
Di suatu ketika Ke Lesap di suruh membajak sawah di Desa Plakaran Kecamatan Jrengik, Kabupaten Sampang, malah langsung menjawab sudah dikerjakan.
Padahal Ke Lesap belum beranjak dari tempatnya yang pada kala itu sedang berada di Desa Buker, Jrengik.
"Sedangkan jarak dari Desa Buker ke Desa Plakaran kisaran 5 kilo," ujarnya.
Baca juga: Terkuak Misteri Pembunuhan Bocah di Tangan Kakak Ipar Sendiri, Dugaan ini Semasa Hidup Jadi Penyebab
Baca juga: Akhirnya Dukun Bongkar Aksi Sadis Satu Keluarga, Borok 4 Tahun Terkuak Sudah, Bermula Kerap Dihantui
Baca juga: Balas Dendam dari Ibrahimovic untuk Calhanoglu, Usai AC Milan Scudetto: Kirim Pesan ke Hakan!
Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunMadura.com
Bujuk Buker kaget atas jawaban dari Ke Lesap sehingga ia kembali menyuruh untuk menanami sawah tersebut, lagi-lagi jawaban Ke Lesap sama.
Bujuk Buker penasaran hingga mencoba ke lokasi sawah dengan menunggangi kuda seorang diri.
Saat tiba di lokasi sawah, Bujuk Buker kaget bukan kepalang lantaran sawah itu sudah tertanam rapi.
"Padahal Bujuk Buker melihat jika muridnya Ke Lesap tidak beranjak sedikitpun dari tempat duduknya saat mendapat perintah dari gurunya," terang Moh. Raji.
Atas dasar kekeramatan Ke Lesap itulah sawah kembar di Desa Plakaran juga dinilai keramat hingga saat ini.
Moh. Raji menambahkan, pada 1988, terdapat orang nyinden di dekat Sawah Kembar namun tak dapat berhenti hingga pulang ke kediamannya, bahkan berhari-hari hingga meninggal.
"Kemudian pada 1990, ada pekerja yang memberanikan diri untuk membajak sawah, akhirnya sapinya lari dan orangnya tersebut meninggal," ucapnya.
Moh. Raji melanjutkan, berselang beberapa tahun tepatnya pada 2005, datang seorang petani tembakau asal Kabupaten Pamekasan namanya Sahlan.
Ia dan istrinya membangun gubuk di dekat Sawah Kembar sehingga diingatkan oleh warga setempat atas kondisi sawah yang mistis.
"Padahal sudah sudah saya beritahu tentang kemisterian sawah dekat gubuknya tersebut, dia tidak percaya, akhirnya saat malam hari Sahlan teriak minta tolong," tuturnya.
"Saat di hampiri warga, Sahlan itu bilang bahwa dirinya melihat ular raksasa, lalu kami membantu memindahkan gubuknya ke dekat rumah warga, dan dari situlah Sahlan mempercayai apa yang warga percayai," imbuhnya.
Sementara, saat disinggung soal pemilik Sawah Kembar, Moh. Raji enggan mengungkapkannya yang jelas lahan tersebut saat ini tidak ditanami apapun, hanya terdapat rumput liar yang biasa dimanfaatkan oleh warga sebagai pakan hewan ternak.