Berita Bangkalan
Dokter Hewan Dinas Peternakan Bangkalan Minta Warga Tidak Takut, Virus PMK Tak Menular ke Manusia
Daging kurban sapi atau kambing yang sudah dipotong-potong tidak perlu dicuci atau dibilas dengan air.
Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Aqwamit Torik
TRIBUNMADURA.COM, BANGKALAN – Semakin mendekati perayaan Idul Adha atau Lebaran Kurban, komorbiditas atau penyebaran virus penyakit mulut dan kaki (PMK) di Kabupaten Bangkalan semakin masif. Dalam dua hari terakhir, 5-6 Juni 2022 telah terdata sejumlah 264 ekor sapi dinyatakan suspek dengan gejala klinis.
Kendati demikian, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Dinas Peternakan Kabupaten Bangkalan, Drh Siti Sumirah mengimbau masyarakat tidak perlu khawatir bahkan takut untuk memakan daging sapi ataupun kambing di tengah wabah virus PMK.
“Daging sapi aman dikonsumsi. Aman, aman, jangan khawatir dan jangan takut. Memakan daging sapi yang terinfeksi virus PMK sekalipun, tidak akan mempengaruhi kesehatan manusia. Karena virus PMK itu sifatnya bukan zoonosis atau tidak menular ke manusia,” ungkap Sumirah kepada Surya, Selasa (7/6/2022).
Meski aman untuk dikonsumsi, Sumirah meminta masyarakat turut andil dalam upaya menekan laju penyebaran virus PMK. Daging kurban sapi atau kambing yang sudah dipotong-potong tidak perlu dicuci atau dibilas dengan air.
Karena virus PMK, lanjutnya, banyak terdapat dalam darah, air liur, dan jeroan hewan berkuku belah seperti sapi, kambing, domba, kerbau, atau babi yang sakit. Karena air bekas cucian potongan daging atau sisa potongan jeroan sangat berpotensi menular ke hewan peka lain yang memakan dalam kondisi mentah.
“Daging langsung direbus saja dengan air hingga mendidih di angka 70 derajat celcius, virusnya sudah mati. Atau daging langsung disimpan dalam kulkas minimal 24 jam agar pH (keasaman) daging mencapai di bawah pH 6 yang dapat menginaktivasi virus PMK,” jelas Sumirah.
Ia menambahkan, bekas kemasan daging atau jeroan tidak langsung dibuang melainkan direndam terlebih dahulu dengan deterjen, pemutih pakaian, atau cuka dapur. Hal itu dimaksudkan untuk mencegah terjadinya pencemaran virus ke lingkungan.
“Penularan virus PMK terhadap hewan berkuku belah lebih cepat, nyaris di angka 100 persen. Tetapi mortalitasnya atau kematian di bawah 5 persen, asalkan peternak langsung melaporkan apabila hewan ternaknya menderita sakit,” pungkasnya. (edo/ahmad faisol)