Berita Bangkalan

Kunjungan Warga ke Puskesmas di Bangkalan Meningkat, Imbas Cuaca tak Menentu Bikin Imun Turun

Hujan yang hingga saat ini masih terjadi meskipun tengah memasuki peralihan musim dari penghujan ke kemarau memang sesuai dengan rilis BMKG.

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Aqwamit Torik
TribunMadura.com/Ahmad Faisol
Awan mendung pekat kerap kali mendadak muncul menyelimuti langit cerah-panas di Kabupaten Bangkalan. Tidak jarang pula disusul hujan dengan intensitas sedang-lebat disertai angin, mewarnai perubahan cuaca secara ekstrim dalam sebulan terakhir. 

TRIBUNMADURA.COM, BANGKALAN – Awan mendung berwarna pekat kerap kali mendadak muncul menyelimuti langit cerah-panas di Kabupaten Bangkalan.

Tidak jarang pula disusul hujan dengan intensitas sedang-lebat disertai angin, mewarnai perubahan cuaca secara ekstrim dalam sebulan terakhir.  

 

Perubahan cuaca yang cenderung tidak menentu itu sangat rentan terhadap kondisi tubuh manusia.

Seperti yang dikemukakan Kepala Ruang Unit Gawat Darurat Puskesmas Desa Jaddih, Kecamatan Socah, dr Rifqi Eka Budianta.

 

“Cuaca tidak menentu mempengaruhi sistem imun tubuh. Paling sering batuk-pilek, kulit kering hingga berpotensi terserang gatal-gatal karena disebabkan virus atau kulit overheat karena panas. Apalagi muncul hawa dingin di pagi dan malam hari,” ungkap dr Rifqi kepada Surya, Minggu (17/72022).

 

Ia menyarankan masyarakat untuk berolahraga minimal 2-3 kali dalam seminggu dan lebih banyak mengkonsumsi air putih untuk menjaga suhu tubuh tetap optimal, melancarkan sistem pencernaan tubuh, menjaga kesehatan kulit, menjaga stabilitas tekanan darah, menjaga asupan oksigen dalam tubuh, menggantikan cairan yang keluar dari tubuh, hingga melancarkan peredaran darah.

 

“Kunjungan warga dengan keluhan batuk-pilek ke Puskesmas Jaddih pada bulan ini dibilang meningkat, tetapi tidak terlalu signifikan daripada bulan sebelumnya. Namun mayoritas warga beli obat sendiri tanpa berkunjung ke puskesmas,” pungkasnya.      

 

Sementara Plt Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bangkalan, Rizal Morris mengungkapkan, hujan yang hingga saat ini masih terjadi meskipun tengah memasuki peralihan musim dari penghujan ke kemarau memang sesuai dengan rilis BMKG.

 

“Penyebab perubahan kondisi cuaca saat ini karena aktifnya beberapa fenomena dinamika atmosfer skala global-regional yang cukup signifikan. Salah satu faktornya adalah fenomena La Nina yang pada Bulan Juli ini diidentifikasi masih cukup aktif dengan kategori lemah,” ungkap Rizal kepada Surya.

 

Kondisi tersebut, lanjut Rizal, tentunya berpengaruh terhadap penyediaan uap air secara umum di atmosfer Indonesia. Sedangkan dalam skala regional, terdapat beberapa fenomena gelombang atmosfer yang aktif meningkatkan aktivitas konvektif dan pembentukan awan hujan. 

 

“Meskipun saat ini sebagian besar wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau, namun karena adanya fenomena-fenomena atmosfer tersebut memicu terjadinya cuaca yang berdampak masih turunnya hujan di sebagian besar wilayah Indonesia. Termasuk wilayah di Jawa Timur,” jelasnya. 

 

BPBD Kabupaten Bangkalan memprediksi puncak terjadinya musim kemarau terjadi pada pertengahan Bulan Agustus 2022. Dipetakan, sejumlah 53 desa di 9 kecamatan berpotensi terdampak kekeringan.

 

Wilayah-wilayah terdampak kekeringan itu berdasarkan data realisasi droping air bersih di tahun 2021. Sehingga database tersebut digunakan BPBD Kabupaten Bangkalan sebagai dasar potensi awal wilayah yang berpotensi terdampak kekeringan.

 

“Smeoga data tersebut tahun ini berkurang. Kami menghimbau kepada masyarakat, untuk mewaspadai kemungkinan adanya potensi hujan yang dapat menimbulkan bencana hidrometeorologi. Seperti banjir, longsor, cuaca ekstrem, hingga angin kencang,” pungkas Rizal. (edo/ahmad faisol)

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved