Berita Madura
Ngambek Ponselnya Diambil Guru, Pelajar SMA Panjat Genting Sekolah, Polisi Beri Pengakuan Berbeda
Beruntung, siswa itu tak melompat dari atas genting sekolahnya setelah berhasil dievakuasi oleh anggota Polri dan BPBD Pamekasan.
Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Aqwamit Torik
Laporan Wartawan TribunMadura.com, Kuswanto Ferdian
TRIBUNMADURA.COM, PAMEKASAN - J (16), seorang siswa SMA di Pamekasan, Madura membuat heboh guru dan temannya yang tiba-tiba naik ke atas genting sekolahnya, Rabu (19/10/2022) pagi.
Siswa kelas X itu terlihat murung sembari duduk di atas pucuk genting sekolahnya.
Beruntung, J tak melompat dari atas genting sekolahnya setelah berhasil dievakuasi oleh anggota Polri dan BPBD Pamekasan.
Kapolsek Pademawu, Iptu D. Riawanto mengatakan, J naik ke atas genting sekolahnya tanpa kesadaran.
Baca juga: Baddrut Tamam Temui Mahasiswa Demo Soroti Empat Tahun Kinerja Bupati Pamekasan, ada yang Disampaikan
Informasi lengkap dan menarik lainnya Berita Madura dan Berita Pamekasan di GoogleNews TribunMadura.com
Pengakuan dia, tahu-tahu sudah berada di atas genting sekolahnya dan bingung yang hendak turun.
"Kejadian ini di luar nalar," kata Iptu D. Riawanto saat ditemui di lokasi.
Penuturan Iptu D Riawanto, J sebulan lalu mengalami kecelakaan yang bagian kepalanya terbentur.
Pasca kecelakaan itu, J diduga mengalami sedikit gangguan di bagian kepalanya.
"Kata anak tersebut saat dia naik tahu-tahu sudah ada di atas," ungkapnya.
Sementara di area sekolah J beredar kasak-kusuk yang menyebut alasan J naik ke atas genting sekolahnya gegara Hpnya dirampas gurunya.
Sehingga membuat J ngambek.
Namun hal itu dibantah oleh Polsek setempat.
Baca juga: Ayah Cabuli Anak Tiri Selama 4 Tahun saat Masih SMP, Janji Palsu akan Belikan Ponsel Pintar
Menurut Iptu D Riawanto, naiknya J ke atas genting sekolahnya tanpa kesadaran dan bukan karena masalah Hpnya yang dirampas.
"Anak tersebut di luar nalar dan kesadaran akibat dari kecelakaan, bukan karena HP, bukan karena masalah hp atau apapun. Tanpa kesadaran," tegasnya.
Iptu D Riawanto mengaku bersyukur, berkat kesigapan dari anggotanya dan tim BPBD Pamekasan, J bisa segera dievakuasi turun.
Saat ini J sedang dalam pengawasan guru BK setempat untuk terus dilakukan pemantauan dalam aktivitas sehari-harinya di sekolah.
"Secara umum tidak ada karena penyitaan hp, itu akibat dari kecelakaan," tutupnya.
Penjelasan Kepala Sekolah
Kepala Sekolah J mengatakan, setelah di konseling, siswa tersebut dimungkinkan kesadarannya terganggu .
Pengakuan J, saat berada di atas genting sekolahnya, ia langsung kebingungan.
"Kok tahu-tahu sudah di sini (di atas genting sekolah)," kata Kepala Sekolah J saat ditemui di lokasi.
Bahkan guru J mengaku bingung karena tidak seperti biasanya siswa tersebut melakukan hal aneh seperti itu.
Apalagi untuk naik ke atas genting sekolah lantai dua itu sangat susah.
"Alhamdulillah sekarang sudah pulih anaknya," syukurnya.
Kini pihak sekolah mengistirahatkan J dirumahnya selama dua hari.
Nantinya, setelah J berangsur pulih dari gangguan kesadarannya, bisa bersekolah kembali.
"Tentu dengan pengawasan orang tua dan pihak sekolah," ujar Kepala Sekolah J.
Bahkan Kepala Sekolah J mengaku heran, sebab kejadian seperti ini baru kali pertama terjadi di sekolah favorit tersebut.
Sementara, keseharian J di sekolahnya dikenal sebagai anak yang suka bergaul.
"Kata teman akrabnya yang sejak SMP, sebelum kecelakaan dan setelah kecelakaan itu mengalami perbedaan," ungkap Kepala Sekolah J.
Kepala Sekolah J juga membantah, jika naiknya J ke atas genting sekolah ini lantaran ngambek Hpnya dirampas oleh gurunya.
"Dia naik ke atas genting itu karena tidak sadar, tahu-tahu setelah di atas genting dia bingung," paparnya.
Penuturan Kepala Sekolah J, sewaktu siswa tersebut naik ke atas genting, di dalam kelasnya masih berlangsung pembelajaran.
Dimungkinkan J pamit keluar ke guru kelasnya untuk ke kamar mandi, namun justru naik ke atas genting sekolah.
"Menjelang istirahat itu yang naik. bisa saja di pamit keluar kelas mau ke kamar mandi. Kemungkinan dia naik dari tangga karena dua lantai," tutupnya .
Sementara itu, Bupati Pamekasan, Baddrut Tamam menyampaikan pesan penting kepada guru di daerahnya.
Pesan tersebut diungkapkan untuk mendorong kualitas sumber daya manusia (SDM) unggul masa depan.
Menurutnya, guru harus mempunyai niat tulus dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga pendidik, tugas pendidik tidak sekadar melakukan transfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik.
Melainkan yang lebih penting transfer ketauladanan melalui perkataan dan tindakan yang baik.
"Makanya, jangan main-main dalam urusan pendidikan, biar outputnya tidak menjadi generasi main-main. Kalau generasinya main-main, bisa jadi akhlaknya tidak ada, berpikir cepatnya tidak ada, mencintai Indonesia tidak ada, kalau generasinya begitu, maka Indonesia bisa saja tidak sehebat, senyaman, dan setenang hari ini," pesan Bupati Baddrut Tamam, Selasa (4/10/2022).
Penuturan dia, guru yang berpikir profesinya sebagai ladang pekerjaan akan menjadi bibit gagalnya proses pendidikan di Indonesia.
Sebab, guru yang orientasinya sebatas salary memungkinkan ketauladanan dan sambungan hatinya kepada peserta didiknya terputus.
Padahal, guru harus bisa menganggap siswa sebagai anak sendiri dengan memberikan perlakuan baik, doa terbaik, dan ketauladanan baik lainnya.
"Kita dorong siswa kita taat karena kita sendiri taat, jadi kalau ketemu siswa hati kita harus bersih, anggap ini anak saya, suatu saat akan menjadi generasi penerus saya dan penerus kepemimpinan bangsa dan negara kita, begitu," ucapnya.
Pendapat Bupati dengan sederet prestasi ini, negara telah memberikan salary yang besar kepada aparatur sipil negara (ASN) guru agar bisa menjalankan tugasnya membina para generasi bangsa Indonesia menjadi generasi unggul di masa yang akan datang.
"Makanya, jangan main-main. Karena negara telah membayar lunas kepada kita. Oleh karena itu, dorong anak-anak kita memiliki cita-cita yang tinggi, memiliki ilmu pengetahuan, memiliki akhlak dan iman yang bagus," ungkapnya.
Revolusi industri yang begitu pesat, lanjut dia, mewajibkan guru mendorong siswanya untuk kreatif, inovatif, kolaboratif, dan akseleratif supaya kelak mampu bersaing dengan generasi hebat lainnya di Indonesia.
"Saya berharap guru mampu menjalankan program prioritas kita di bidang pendidikan demi masa depan generasi kita," tegasnya .
Siswa Tuduh Teman Mencuri dan Mengeroyok Hingga Tewas
Tiga orang siswa Sekolah Insan Cendikia Mandiri di Sarirogo, Sidoarjo digelandang petugas Polresta Sidoarjo. Penyebabnya, mereka telah menganiayaan seorang siswa atau teman mereka hingga meninggal dunia.
Korban adalah MTF, remaja 17 tahun asal Sulawesi Selatan. Siswa Insan Cendikia Mandiri itu meninggal dunia setelah dianiaya oleh SJ (17) asal Gresik, MM (18) asal Yogyakarta, dan MKM (17) asal Tulungagung.
“Dari hasil visum, korban meninggal dunia karena pendarahan pada otak. Luka tersebut disebabkan kekerasan tumpul atau kerusakan organ vital bagian otak,” kata Kaporlesta Sidoarjo Kombes Pol Kusumo Wahyu Bintoro, Selasa (20/9/2022).
Terungkapnya peristiwa itu berawal pada Senin (12/9/2022) malam lalu. Saat itu korban yang dalam keadaan tidak sadarkan diri oleh petugas kesehatan sekolah dibawa ke RSUD Sidoarjo untuk mendapatkan tindakan medis.
Di rumah sakit, korban menjalani operasi pada kepala bagian belakang. Tapi nyawanya tidak tertolong, pada Selasa (13/9/2022) sekitar pukul 16.00 WIB korban dinyatakan meninggal dunia. Dari sana, Peristiwa ini kemudian dilaporkan oleh kakak korban ke Polresta Sidoarjo.
Dari laporan itu, petugas kemudian melakukan penyelidikan. Hasilnya, diketahui bahwa korban meninggal dunia akibat penganiayaan oleh teman-temannya sendiri sesama siswa di sekolah tersebut. Para pelaku pun diamankan oleh petugas.
Kepada polisi, tiga pelaku pun mengakui perbuatannya. Mereka melakukan pengeroyokan karena kesal.
Alasannya, korban diduga mengambil uang yang hilang di asrama sekolah, dan ketika diinterogasi oleh mereka, korban tidak mengaku.
“Dari keterangan salah satu pelaku, sempat mengetahui perbuatan yang dilakukan korban dan sudah melaporkannya ke pihak pengurus sekolah namun terlalu lambat merespon. Sehingga membuat ketiga pelaku kesal lalu mengajak ngobrol korban, hingga terjadilah perselisihan berupa kekerasan fisik yang menyebabkan korban meninggal dunia,” urai kapolres.
Informasi lengkap dan menarik Sidoarjo lainnya di Googlenews TribunMadura.com
Akibat perbuatannya, tiga siswa itupun harus berurusan dengan polisi. Mereka sudah jadi tersangka dan terancam hukuman penjara selama 15 tahun karena melakukan penganiayaan terhadap anak hingga mengakibatkan kematian.
Tiag siswa pelaku pengeroyokan itu dijerat pasal 80 ayat (3) Jo 76C UU RI No 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU RI No 23 Tahun 2022 tentang Perlindungan Anak, dan atau Pasal 170 ayat (2) ke tiga KUHP.