Berita Madura
Kelompok UMKM NTT Belajar Mengayam Kerajinan Tali Agel di Bangkalan, Sinyal Ekonomi Bangkit
Mereka mendapatkan pembekalan secara teori dan praktek membuat dan menganyam kerajinan Tali Agel langsung ke Desa Kelbung
Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Samsul Arifin
TRIBUNMADURA.COM, BANGKALAN – Geliat pertumbuhan ekonomi mikro dan menengah setelah berakhirnya pandemi Covid-19 menjadi perhatian serius Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Kabupaten Bangkalan. Pekan lalu, sebanyak 25 orang perwakilan kelompok UMKM dari Nusa Tenggara Timur (NTT) datang ke Bangkalan untuk belajar menganyam kerajinan tali agel.
Selama 4 hari terhitung Jumat (28/10/2022) hingga Senin (31/10/2022), rombongan para pelaku UMKM asal NTT itu difasilitasi Kementerian Koperasi dan UMKM. Mereka mendapatkan pembekalan secara teori dan praktek membuat dan menganyam kerajinan Tali Agel langsung ke Desa Kelbung, Kecamatan Sepulu, Kabupaten Bangkalan.
“Di NTT kebetulan ada bahan baku agel namun mereka belum tahu bahwa pohon itu bermanfaat dan bisa diolah menjadi kerajinan bernilai ekonomis tinggi. Jadi mereka datang ke Bangkalan untuk magang, belajar, dilatih menganyam hingga memproduksi agel menjadi produk-produk seperti tas dan topi,” ungkap Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bangkalan, Iskandar Ahadiyat kepada Surya, Kamis (3/11/2022).
Sekedar diketahui, Tali Agel berbahan baku daun kobel. Bentuk daunnya menyerupai daun pandan, tidak begitu lebar namun memanjang. Penghasil daun kobel ini adalah Desa Dupok, Kecamatan Kokop, Bangkalan.
Daun Kobel direndam dengan air beberapa menit lantas dipelintir untuk dijadikan tali. Kuatnya Tali Agel ini tidak hanya bisa dijadikan benang layangan, tali pengikat anak tangga, hingga dijadikan tali tambatan kapal.
Warga Desa Dupok menjualnya per kilo dalam bentuk gulungan tali. Sedangkan produk Tali Agel seperti tas dan topi dilakukan warga Dusun Sambas, Desa Kelbung, Kecamatan Sepulu, Bangkalan.
Kendati penjualan produk Tali Agel belum semasif Batik Tanjung Bumi, Kabupaten Bangkalan, namun pangsa pasar Tas Tali Agel sudah merambah pasar negara lain, yakni Jepang dalam beberapa tahun terakhir.
Catatan Surya di awal tahun 2000, pesanan dari Jepang mencapai sebanyak 1.463 buah. Dengan rincian, order pertama sebanyak 1.191 buah dan order kedua sebanyak 272 buah. Hingga tahun 2018, total perajin Tali Agel di Desa Kelbung mencapai sekitar 70 orang yang terbagi dalam enam kelompok.
“Kehadiran para pelaku UMKM asal NTT itu seiring dengan kembali gencarnya upaya pemasaran dalam rangka meningkatkan kegiatan pengembangan produk-produk lokal Bangkalan selepas masa pandemi Covid-19. UMKM Tali Agel sudah mulai menggeliat, termasuk sentra-sentra batik juga mulai berkembang dengan baik,” jelas Ahadiyat.
Baca juga: Bapenda Desak Camat Koordinasi dengan Kades, Imbas Realisasi PBB Bangkalan Jauh dari Target
Informasi lengkap dan menarik lainnya Berita Madura dan Berita Bangkalan hanya di GoogleNews TribunMadura.com
Tidak hanya kembali menggenjot pemasaran, lanjutnya, Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bangkalan juga memanfaatkan para pengrajin Tali Agel sebagai penyedia yang telah didaftarkan dalam E-Katalog lokal,
E-Katalog atau Katalog Elektronik adalah sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga barang dan jasa tertentu dari berbagai Penyedia Barang/Jasa Pemerintah.
“Nah seperti Tali Agel, memudahkan kami ketika ada pelatihan-pelatihan menggunakan produk tas berbahan agel. Produk Tali Agel merupakan salah satu contoh dalam memanfaatkan pengembangan UMKM yang kami miliki,” pungkasnya.