Profil Sahat Tua Simanjuntak, Politisi Golkar yang Menjabat Wakil Ketua DPRD Jatim
Sahat Tua Simanjuntak merupakan sekretaris DPD Partai Golkar Jawa Timur. Simak perjalanan karir politiknya hingga menjadi pimpinan DPRD Jawa Timur.
”Saat itu, saya menjabat di periode pertama. Kalau sekarang istilahnya Presiden BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa),” katanya.
Tak hanya aktif kegiatan kampus, Sahat juga mengaku telah bergabung dengan Golkar sejak 1990. Saat itu, ia masuk di DPD II Partai Golkar Surabaya menduduki Biro Hukum.
Tak hanya di Golkar, ia juga aktif di Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) yang juga Trikarya Golkar, hingga di Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).
”Pada tahun 1992, saya ikut mengampanyekan Pak Anton Prijatno yang saat itu nyaleg. Itu kali pertama saya turun di Pileg (Pemilu Legislatif), sekalipun baru sebagai tim kampanye,” katanya.
Barulah pada 1997, ia terjun sebagai Calon Anggota Legislatif (Caleg) Partai Golkar untuk DPRD Surabaya. Sayangnya, saat itu, ia gagal terpilih.
Pun demikian pada Pemilu 1999 (Caleg DPRD Jatim) dan Pemilu 2004 (Caleg DPR RI), Sahat juga belum berhasil menarik hati rakyat.
Gagal di tiga pemilu, Sahat tak lantas patah semangat. Berada di Partai Golkar, membuatnya optimistis suatu saat ia akan menduduki kursi Dewan.
”Sebab, partai yang paling besar saat ini, menurut saya adalah Golkar,” katanya.
Benar saja, Sahat akhirnya terpilih sebagai Anggota DPRD Jatim pada Pemilu 2009 dari dapil (daerah pemilihan) Jatim 1.
Pun demikian pada Pemilu 2014, bukan hanya lolos ke parlemen dari dapil yang sama, ia bahkan dipercaya menduduki posisi Ketua Fraksi DPRD Jatim periode 2014-2019.
Penugasan Partai
Bagi Sahat, menjalankan kaderisasi di Golkar menjadi kebanggaan tersendiri. Sebab, Golkar dinilai sebagai partai modern.
”Partai modern tak mengenal owner. Sebab, sahamnya dimiliki oleh seluruh kader,” katanya.
Sehingga, seluruh kader Golkar memang dididik untuk siap mengemban posisi apapun.
”Kami optimistis. Partai Golkar tidak bergantung pada figur seseorang. Seluruh kader Golkar siap untuk menjadi pemimpin,” katanya.
Sekalipun demikian, Sahat menjelaskan bahwa jabatan bukan sekadar prestasi namun penugasan yang dibebankan oleh partai. Sehingga, kader Golkar diminta pantang berbangga kala mendapat jabatan, sebab tugas besar telah menanti.