Berita Madura

Universitas Trunojoyo Madura Bakal Punya Rektor Asli Kampus Sendiri, Lulusan dari Angkatan Pertama

Safi’ tercatat sebagai rektor pertama yang lahir dari ‘rahim’ UTM, ia menggantikan rektor sebelumnya, Dr Drs EC H Muh Syarif, MSi.

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Aqwamit Torik
TribunMadura.com/Ahmad Faisol
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI akan melangsungkan pelantikan Dr Safi’ SH MH sebagai Rektor Universitas Trunojoyo Madura (UTM) di Plaza Insan Berprestasi Gedung Ki Hajar Dewantara pada Rabu (20/12/2022) siang 

TRIBUNMADURA.COM - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI akan melangsungkan pelantikan Dr Safi’ SH MH sebagai Rektor Universitas Trunojoyo Madura (UTM) di Plaza Insan Berprestasi Gedung Ki Hajar Dewantara pada Rabu (21/12/2022) siang.

Safi’ tercatat sebagai rektor pertama yang lahir dari ‘rahim’ UTM, ia menggantikan rektor sebelumnya, Dr Drs EC H Muh Syarif, MSi.

Terpilihnya Safi’ dalam Pemilihan Calon Rektor di Lantai X Gedung Rektorat UTM, Selasa (15/11/2022) ternyata menjadi siklus 20 tahunan bagi pria berusia 48 tahun kelahiran Desa/Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep itu.

Maret 2002 silam, Safi’ bersama sejumlah mahasiswa lainnya menjadi wisudawan UTM angkatan pertama bergelar Sarjana Hukum.

Ia mendaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum di tahun 1997, kala itu nama kampus masih Universitas Bangkalan (Unibang) dan belum berstatus negeri.

“Pada tahun 2002 saya menjabat Presma (Presiden Mahasiswi) Unibang (Universitas Bangkalan). Berselang 20 tahun kemudian, saya diberi amanah menjadi Rektor UTM,” ungkap Safi’ kepada Tribun Madura, Selasa (20/12/2022).

Baca juga: Universitas Trunojoyo Madura Jadi Pelopor Smart Farming, Dinas Pertanian Sangat Ditunggu

Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunMadura.com

Bukan hanya sebagai Presma Unibang, Safi’ di tahun 2002 juga menjadi bagian dari kegiatan wisuda angkatan pertama dengan raihan Sarjana Hukum. Wisuda yang sejatinya digelar September 2001, harus mundur pada Maret 2002 karena saat itu masa transisi dari swasta ke negeri. Ia pun tercatat sebagai rektor pertama alumnus UTM.

“Betul, saya lahir dari ‘rahim’ UTM. Lulusan pertama, masuk swasta keluar negeri. Ini sebuah kebetulan, saya adalah Rektor Kebetulan. Karena terus terang, memang dari awal tidak ada niatan mencalonkan diri,” ungkap Dekan Fakultas Hukum itu.

Ia menjelaskan, jabatan dekan yang diembannya sejak 2018 itu tidak lain juga karena ‘dipaksa’ para dosen senior maupun dosen muda di Fakultas Hukum. Begitu pula dalam kesempatan pemilihan calon rektor. Safi  tidak punya alasan untuk menolak meskipun secara pribadi tidak ada presensi mengikuti pemilihan rektor.

“Teman-teman beralasan, saya adalah satu-satunya alumni yang memenuhi persyaratan, ini harus dianggap sebagai panggilan almamater, dan saya tidak bisa menolak. Namun saya tegaskan saat itu, jangan paksa saya harus jadi rektor. Terpenting saya sudah memenuhi keinginan teman-teman untuk mendaftar,” papar anak sulung dari tiga bersaudara itu.

Kalimat ‘jangan paksa saya harus jadi rektor’ sengaja dilontarkan Safi’ sebagai sebuah sinyalemen tegas kepada ‘para pendukungnya’. Magister Hukum Unair Surabaya itu menginginkan cara-cara yang baik dan fair dalam seluruh tahapan proses Pemilihan Calon Rektor UTM.   

“Mungkin Allah berkehendak melalui teman-teman dosen, saya penuhi semua persyaratan administratifnya karena itu bagian dari ikhtiar sebagaimana kewajiban manusia. Tetapi tetap harus dengan cara-cara yang baik dan fair, hasilnya kita serahkan saja kepada Yang Maha Kuasa,” tegas Doktor Ilmu Hukum Universitas Brawijaya Malang itu.

Hingga beberapa jam menjelang pelantikannya sebagai Rektor UTM periode 2022-2026, Safi’ tetap merasakan passion sebagaimana seorang tenaga pendidik. Ia menganggap jabatan yang diperolehnya merupakan sebuah amanah yang harus dijalani dan kelak harus dipertanggung jawabkan.   

“Saya berprinsip hidup itu mengalir saja sesuai takdir Allah, terpenting berikhtiar sebaik mungkin agar bisa menjadi manusia yang bermanfaat. Apa yang terjadi dan diamanahkan, ya harus dijalankan dengan baik,” paparnya.

Sebagai pemegang tongkat estafet para pendahulunya yang telah menancapkan pondasi UTM sebagai Menari Air bagi masyarakat luas, Safi’ harus mampu menjaga bahkan hingga air terus mengalir sejauh mungkin.

Seperti dalam visi-misinya, Safi’ bertekad menjadikan UTM benar-benar sebagai kampus Unggul, Tangguh, dan Mandiri (UTM). Sehingga di masa mendatang, UTM menjelma sebagai bagian dari World Class University.  

“Artinya UTM harus benar\-benar mengalirkan kebaikan dan kemanfaatan yang bisa dirasakan tidak hanya masyarakat sekitar, khususnya bangsa dan negara. Tetapi juga akan dirasakan masyarakat dunia,” ujar Safi’.  

Kalimat ‘Kampus UTM bukanlah sebagai Menara Gading melainkan Menari Air’ memang selalu digelorakan Muh Syarif sejak 2014 atau selama dua periode dirinya menjabat sebagai Rektor UTM.

Bahkan usai gelar Pemilihan Calon Rektor, Muh Syarif berpesan agar Kampus UTM di masa mendatang tidak hanya semakin baik dari sisi pelayanan, keterbukaan, dan kesejahteraan karyawan namun juga manfaatnya dapat lebih dirasakan masyarakat luas di luar kampus.

“Saya sebagai penerus Beliau (Muh Syarif) kan berkewajiban untuk melanjutkan apa yang sudah diletakkan, apa yang sudah dilakukan para rektor terdahulu,” pungkasnya. (edo/ahmad faisol)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved