Berita Madura

Ketua TP PKK Sumenep Nia Kurnia Fauzi : Pernikahan Dini Sebabkan Terjadinya Stunting Pada Anak

Hal itu disampaikannya saat membuka acara 'Pencegahan Stunting dan Pernikahan Anak Dalam Perspektif Islam' yang digelar Gabungan Organisasi Wanita (

Penulis: Ali Hafidz Syahbana | Editor: Samsul Arifin
TribunMadura.com/Ali Hafidz Syahbana
Ketua TP. PKK Kabupaten Sumenep Nia Kurnia Fauzi saat memberikan sambutan di acara Pencegahan Stunting dan Pernikahan Anak Dalam Perspektif Islam yang digelar Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Sumenep Tahun 2022 pada Kamis (22/12/2022). 

Laporan Wartawan TribunMadura.com, Ali Hafidz Syahbana

TRIBUNMADURA.COM, SUMENEP - Ketua TP PKK Kabupaten Sumenep Nia Kurnia Fauzi mengingatkan dengan serius bahwa pernikahan dini menjadi salah satu penyebab permasalahan 'stunting' pada anak.

Hal itu disampaikannya saat membuka acara 'Pencegahan Stunting dan Pernikahan Anak Dalam Perspektif Islam' yang digelar Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Sumenep Tahun 2022.

"Salah satu yang menjadi indikasi kenapa terjadinya stunting, adalah masih maraknya pernikahan anak," terang Nia Kurnia Fauzi didepan para Ibu-Ibu yang berlangsung di Sekretariat TP PKK Kabupaten Sumenep pada hari Kamis (22/12/2022).

Menurut kader sekaligus politisi Partai PDI Perjuangan ini tidak hanya stunting, namun pernikahannya yang masih belum matang itu yang paling penting selalu disosialisasikan.

Sebab lanjutnya, perempuan dan laki-laki usia anak yang melakukan pernikahan sebenarnya belum matang secara psikologis. Pengetahuan dan pemahamannya dalam kehamilan dan pola asuh anak juga belum tentu mumpuni dan benar.

Baca juga: Momentum Hari Ibu, Ketua TP PKK Sumenep Komitmen Turunkan Angka Kematian Ibu Melahirkan dan Stunting

"Padahal sudah sering sekali disosialisasikan tentang pencegahan pernikahan usia di bawah anak, namun realita di bawah masih banyak karena budaya dan kultur," paparnya.

Dalam kesempatan itu pula Nia Kurnia Fauzi bercerita, saat memberikan asupan makanan tambahan pada Ibu hamil pernah bertemu langsung dengan seorang Ibu hamil usianya 14 Tahun.

Ia dengan tersenyum tidak bisa membayangkaan usia muda tersebut, dan menggambarkan usia tua saja pernikahan bukan tanpa masalah dan fase demi fase sudah dilewati.

"Bukan hanya berpacu pada sinetron ikatan cinta, setelah menikah lalu bahagia. Punya rumah, mobil lalu jalan-jalan. Karena pernikahan bukanlah sebuah cerpen, tapi pernikahan ini buku tebal, sejarah. Jadi kita tidak bisa membayagkan diusia 14 Tahun sudah hamil," katanya.

Maka dari semua itu katanya, pihanya berharap dan meminta secara bersama-sama dalam upaya mencegah perkawinan anak yang menjadinsalah satu indikasi terjadinya stunting pada anak.

"Ini menjadi PR kita bersama, bukan hanya tugas dari pemerintaha. Karena pemerintah tidak bisa bekerja sendiri tanpa adanya kerjasama dari lintas sektor, elemen dan termasuk dari organisasi," terangnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved