Breaking News:

Satu Abad Nahdlatul Ulama

NAPAK TILAS Ziarah Makam 3 Pendiri Nahdlatul Ulama di Jombang : 'Ngalap Berkah' di Satu Abad NU

Napak tilas dan ziarah tiga muassis Nahdlatul Ulama dilakukan Rabu (15/2/2023) malam, dipimpin oleh Mujib Anwar, Manajer Editor TribunJatim.com

Penulis: Aqwamit Torik | Editor: Aqwamit Torik
TribunMadura.com
Napak tilas dan ziarah tiga muassis Nahdlatul Ulama dilakukan Rabu (15/2/2023) malam, dipimpin oleh Mujib Anwar, Manajer Editor sekaligus Penanggung Jawab TribunJatim.com. 

TRIBUNJATIM.COM, JOMBANG - Organisasi masyarakat (Ormas) terbesar di dunia, Jamiyah Nahdlatul Ulama (NU) yang didirikan para Ulama, kini telah genap berusia 100 tahun atau satu abad di tahun 1444 Hijriyah.

Puncak resepsi peringatan 1 Abad NU telah digelar Minggu lalu, di GOR Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (7/2/2023) dan dihadiri oleh sekitar 5 juta jamaah, baik dari Nusantara maupun negara lain.

Semangat perjuangan para Ulama yang mendirikan Nahdlatul Ulama patut diteladani. Karenanya, momentum 1 Abad NU dimanfaatkan oleh kru Tribun Jatim Network untuk napak tilas perjuangan dan ziarah ke makam tiga muassis atau pendiri NU di Jombang. Yakni, Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari, KH Wahab Chasbullah dan KH Bisri Syansuri .

Napak tilas dan ziarah tiga muassis Nahdlatul Ulama dilakukan Rabu (15/2/2023) malam, dipimpin oleh Mujib Anwar, Manajer Editor sekaligus Penanggung Jawab TribunJatim.com.

Di maqbaroh tiga muassis Jamiyah yang didirikan pada tanggal 16 Rajab 1344 Hijriyah atau 31 Januari 1926 M, kru Tribun Jatim Network melantunkan tahlil dan doa.

Baca juga: Momentum Satu Abad NU, PWNU Jatim Gelar Ziarah Muassis Nahdlatul Ulama

Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunMadura.com

Manajer Editor sekaligus Penanggung Jawab Tribun Jatim, Mujib Anwar berharap, napak tilas ini sekaligus menjadi momentum untuk mencecap saripati perjuangan dan nilai-nilai luhur yang disebarkan dan dicontohkan para muassis NU, untuk bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sosial bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

"Ini sangat penting, untuk 'ngalap berkah' sekaligus demi meneguhkan pentingnya sanad perjuangan sesuai dengan bidang masing-masing," tegasnya.
Napak tilas dan ziarah muassis Nahdlatul Ulama, Rabu malam di Jombang, dimulai dari makam salah satu pendiri NU yakni KH Wahab Hasbullah, tepatnya di Tambakberas.

KH Wahab Hasbullah merupakan ulama pengarang syair Ya Lal Wathon yang dahulu selalu dilantangkan sebelum memulai kegiatan belajar para santri. Hingga kini Ya Lal Wathon jadi syair yang membangkitkan semangat jemaah Nahdlatul Ulama ketika melantunkannya.

Beliau juga merupakan seorang ulama fiqih yang luwes dan punya pemikiran yang luas. Perjuangan KH Wahab Hasbullah selain di bidang agama Islam, juga pernah jadi Panglima Laskar Mujahidin atau Hizbullah ketika melawan penjajahan Jepang.

Seusai dari Tambakberas, perjalanan dilanjutkan menuju ke Denanyar, untuk berziarah ke makam KH Bisri Syansuri, seorang ulama dan tokoh NU yang berpengaruh.

KH Bisri Syansuri juga dikenal sebagai kakek dari Presiden keempat Indonesia, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Sempat mendalami pendidikan di Makkah, KH Bisri Syansuri pulang ke Indonesia untuk mendirikan Pondok Pesantren Mambaul Maarif di Denanyar.

Perjalanan napak tilas muassis NU diakhiri di Pondok Pesantren Tebuireng untuk ziarah ke maqbaroh Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari. Makam pendiri sekaligus Rais Akbar Nahdlatul Ulama ini bersebelahan dengan makam putra dan cucunya, yaitu KH Wahid Hasyim (Pahlawan Nasional) dan Presiden ke-4 Indonesia, KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

Di tempat yang banyak dikunjungi para peziarah ini, kru Tribun Jatim Network membaca tahlil dan doa.
Peranan ketiga tokoh tersebut sangat besar bagi Indonesia dan Nahdlatul Ulama, terutama sosok KH Hasyim Asyari yang menjadi pendiri NU.

KH Hasyim Asyari merupakan Pahlawan Nasional yang memiliki julukan Hadratussyaikh yang berarti Maha Guru dan juga Syaikhul Masyayikh yang berarti Gurunya Para Guru.

Sementara putranya KH Wahid Hasyim adalah tokoh nasional yang menggagas sila ‘Ketuhanan yang Maha Esa’ dan pernah menjabat sebagai Menteri Agama.

Berlanjut ke KH Abdurrahman Wahid yang dikenal sebagai sosok plural, tokoh Islam yang merangkul semua agama dan kalangan berbeda lainnya.

Jargon khasnya ‘Gitu aja kok repot’ membuat Presiden keempat Indonesia ini dikenal sebagai sosok yang dicintai rakyatnya.
Akhirnya, menjelang tengah malam, sekitar pukul 23.00 WIB, napak tilas ziarah muassis Nahdlatul Ulama yang kami lakukan usai. Selamat Harlah 1 Abad NU.

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved