Pimpinan Ponpes Cabuli Santri di Kamar saat Malam Hari, Lancarkan Modus Beri Uang, Santri: Syok

oknum pimpinan tersebut berinisial F. Ia dilaporkan ke polisi terkait kasus pencabulan terhadap seorang santrinya.

Editor: Aqwamit Torik
shutterstock
Ilustrasi pencabulan - Seorang santri diduga menjadi korban pencabulan oleh pimpinan pondok pesantren 

TRIBUNMADURA.COM, POLMAN - Dugaan aksi bejat yang dilakukan seorang pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Provinsi Sulawesi Barat kini dilaporkan ke polisi.

Diketahui oknum pimpinan tersebut berinisial F.

Ia dilaporkan terkait kasus pencabulan terhadap seorang santrinya.

Yang melaporkan kasus ini adalah orang tua korban sendiri.

Baca juga: Aksi Bejat Pimpinan Pondok Lampiaskan Nafsu ke Sejumlah Santri, Modus Masuk Surga: Dua Kali Seminggu

Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunMadura.com

Orang tua korban melaporkan kasus ini ke Polres Polman pada Rabu (5/7/2023).

Terungkap juga kronologi dari dugaan kasus tersebut.

Pendamping keluarga korban menuturkan jika 

"Keluarga korban minta pendampingan dan mengadukan kasus ini ke Polres Polman pada tanggal 5 Juli 2023, kemarin saya dampingi melapor," kata pendamping korban Dwi Bintang Fajar dari divisi perlindungan anak YAYASAN PEKA saat dihubungi Tribun-Sulbar.com, Sabtu (8/7/2023).

Dwi menyebutkan, menurut cerita korban, awal kejadian ketika korban (santri) bersama sepupunya hendak berbelanja di kantin pondok sekitar pukul 10.00 Wita malam.

Usai belanja, korban kemudian dipanggil oleh terduga pelaku inisial F ke dalam kamar.

Lokasi kamar memang tak jauh dari kantin.

"Santri ini dipanggil terduga pelaku saat ia melintas di depan kamarnya, lalu santri diajak masuk ke kamar dan langsung dikunci, kemudian satu orang disuruh berjaga di depan kamar," ujar Dwi mengutip dari keterangan korban.

Saat di dalam kamar terduga pelaku ini mengajak korbannya ngobrol, setelah itu korban diberi uang Rp 100 ribu.

Setelah memberi uang, terduga pelaku ini melepas pakaian dan meminta kepada korban untuk memijatnya.

"Lalu terduga pelaku menjalankan aksinya, dan korban disuruh berbaring di samping terduga pelaku inisial F itu, lalu terduga pelaku meminta korbannya memegang alat vitalnya," ujarnya.

Korban mengaku sempat menolak ajakan tersebut, namun dia tak berdaya kerena sudah berada di bawah tekanan terduga pelaku.

"Usai kejadian itu keesokan harinya (pagi-pagi) korban kabur dari pondok dengan berjalan kaki beberapa kilometer. Dia pulang ke rumahnya dalam keadaan merasa syok," sebutnya.

Saat tiba di rumah, korban langsung melaporkan kejadian dialaminya kepada keluarga hingga kasus ini dilaporkan ke polisi.

Dwi menyebutkan kasus ini sudah dilaporkan ke Polres Polman pada tanggal 5 Juli 2023.

Namun Dwi mengaku, aduan tersebut belum ada tindak lanjut dari pihak kepolisian terkait perkembangan kasus tersebut.

"Laporan atau aduan kami dari pihak kepolisian belum ada tindak lanjut," bebernya.

Disclaimer: Sementara itu Polres Polman hingga berita ini diturunkan belum berhasil dikonfirmasi Tribun.

Kasus serupa: pimpinan Ponpes setubuhi sejumlah santrinya

Aksi bejat pimpinan pondok pesantren (Ponpes) di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat setubuhi sejumlah santrinya.

Pimpinan itu berinisial LMI (40) yang memperkosa santrinya dengan iming-iming surga.

Bahkan jika santrinya tak mau menuruti, pelaku menyatakan korban akan masuk neraka bersama keluarga.

Benar saja, hal ini membuat santrinya tak berkutik.

Tak hanya itu, pelaku juga mengajak korban menonton film dewasa sebelum melancarkan aksinya.

Baca juga: Sidang Perdana Kiai Cabul di Jember Ditunda, Jaksa Sebut Kuasa Hukum Tak Bawa Berkas Eksepsi

Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunMadura.com

Saat ini, LMI telah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di sel Mapolres Lombok Timur.

Hal itu disampaikan oleh Kasat Reskrim Polres Lombok Timur AKP Hilmi Manosson Prayogo.

"Modus tersangka ini meyakinkan korban anak, bahwa hubungan mereka telah direstui oleh nabi."

"Kemudian korban termakan bujuk rayu tersangka sehingga terjadilah pemerkosaan tersebut," ujarnya kepada Kompas.com, Sabtu (6/5/2023).

Menurut Hilmi, perbuatan asusila itu dilakukan sejak 2022 hingga Maret 2023.

Namun, sementara baru dua santriwati yang melaporkan kejadian tersebut ke polisi.

Dikutip dari TribunLombok.com, keluarga korban, Rohil, mengungkapkan rata-rata korban dirudapaksa sebanyak dua kali dalam seminggu.

Fakta itu didapat setelah korban menceritakan kejadian yang dialaminya selama mondok di ponpes tersebut.

"Korban dibawa masuk ke salah satu ruangan di lantai dua."

"Kemudian sang ustaz memberi wejangan pada calon korbannya apabila tidak mengikuti ajarannya, korban dan keluarganya akan masuk neraka."

"Sebaliknya, jika mau menuruti keinginannya akan masuk surga," ujar Rohil.

Dalam praktiknya, kata Rohil, pelaku memiliki sejumlah ajudan untuk menggaet para santriwati.

Mereka diharuskan mendapatkan santriwati minimal dua untuk diasramakan di ponpes tersebut.

"Modus inilah yang dijalankan ustaz ini untuk menggaet calon korbannya."

"Dengan alasan dapat diterima di yayasannya setelah memberikan surat kepada keluarga calon santriwati," terangnya.

Sebelum melancarkan aksinya, pelaku memaksa korbannya untuk menonton film dewasa dalam satu ruangan besar.

Sementara pelaku melihat korban yang sedang menyaksikan film dewasa tersebut.

Baca juga: Nasib Kepala Sekolah Usai Tak Mau Bayar Paket COD Hingga Tak Gubris Omongan Kurir, Bikin Video

Baca juga: Wanita Ahli Ibadah Akan Masuk Neraka Jika Lakukan Satu Hal Meski Tak Sengaja, Buya Yahya: MasyaAllah

Baca juga: AC Milan Segera Umumkan Perpanjangan Kontrak Rafael Leao, Otomatis Bikin Klub Lain Gigit Jari

Kondisi Ponpes

Dari penuturan warga sekitar, ponpes tersebut tidak nampak aktivitas belajar mengajar pada umumnya.

Pasalnya, santri kebanyakan berasal dari luar daerah.

Warga bahkan mengira bangunan itu hanya sebagai rumah singgah, asrama atau lokasi untuk menampung para santri dan santriwati dari luar daerah.

Setahu warga, LMI konon bisa mengobati penyakit sekaligus mengajar mengaji kepada santrinya yang kebetulan tinggal di asrama.

Para santri bersekolah di tempat lain, dan kembali ke asrama setelahnya untuk mengaji di sore hari.

Situasi dan kondisi di ponpes itu pun tertutup, tidak sembarang orang bisa masuk.

Artikel ini telah tayang di Tribunsulbar.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved