Berita Madura

Tekad UTM Membuka Fakultas Kedokteran, Rektor Safi’ : Masih Jauh Rasio Dokter dan Penduduk Madura

Tekad membuka Fakultas Kedokteran semakin menguat sebagai upaya pemenuhan hak-hak masyarakat Madura

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Samsul Arifin
TribunMadura.com/Ahmad Faisol
Rektor Universitas Trunojoyo Madura, Dr Safi’, SH MH (kanan) bersama Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD dalam Rangka Dies Natalis Ke-22 Universitas Trunojoyo Madura, Jumat (7/7/2023) 

TRIBUNMADURA.COM, BANGKALAN – Penguatan pelayanan kesehatan tengah diusung Universitas Trunojoyo Madura. Tekad membuka Fakultas Kedokteran semakin menguat sebagai upaya pemenuhan hak-hak masyarakat Madura dalam mendapatkan pelayanan kesehatan berkualitas dan merata.

UTM tidak ingin hanya dikenal sebagai Kampus Riset dan Perguruan Tinggi Negeri berbasis klaster, namun kampus negeri di Desa Telang, Kecamatan Kamal, Bangkalan itu terus beranjak menegaskan diri sebagai kampus ‘Menara Air’, memberikan percikan air kehidupan bagi masyarakat. Salah satu ‘Menara Air’ yang tengah dikaji pihak UTM saat ini, yakni membuka Fakultas Kedokteran.

Rektor Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Dr Safi’, SH MH mengungkapkan, keberadaan Fakultas Kedokteran sebagai hal yang urgen dari sisi jangkauan pelayanan kesehatan ke masyarakat. Seperti di kepulauan-kepulauan di Madura yang belum punya rumah sakit karena tidak ada ketersediaan dokter.

“Ada puskesmas tetapi tidak ada dokter. Karena memang dokter kita masih minim, masih jauh rasionya dengan jumlah penduduk Madura. Karena Madura belum ada satupun Fakultas Kedokteran dan masyarakat Madura tentu juga punya hak mendapatkan pelayanan kesehatan berkualitas dan merata,” ungkap Safi’ kepada Tribun Madura, Minggu (9/7/2023).

Baca juga: Daftar Beasiswa Universitas Trunojoyo Madura, Beasiswa Bidikmisi IPK Minimal 3, 700 Ribu Per Bulan

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com

Ia menjelaskan, saat ini pihak UTM telah melakukan kajian hingga melengkapi beberapa syarat khusus sesuai regulasi yang telah ditetapkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi serta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

“Kami masih tahap persiapan, sudah mengkaji regulasinya. Karena salah satu syarat khusus mendirikan Fakultas Kedokteran yakni memiliki RSP (Rumah Sakit Pendidikan) Utama, minimal tipe B,” jelas Safi’.  

Ia memaparkan, sejauh ini UTM telah berkomunikasi dengan pihak RSUD Syamrabu Bangkalan termasuk rumah-rumah sakit yang ada di kabupaten lain di Pulau Madura. Namun hingga 2025, RSUD Syamrabu Bangkalan telah menjadi RSP Utama atau tempat praktek dan magang mahasiswa kedokteran Kampus Unisma.

“Namun Syamrabu Bangkalan bersedia menjadi RSP Satelit atau mem-back up dari RSP Utama. Rumah sakit tipe B ada juga di Pamekasan, alhamdulillah sudah berkomunikasi dengan Bupati Pamekasan serta pimpinan rumah sakitnya dan menyatakan siap untuk menjadi RSP Utama. Artinya dari syarat khusus terkait RSP Utama, kami sudah ada,” papanya.

Ia menambahkan, selain memiliki RSP Utama syarat khusus lain diantaranya harus mempunyai Fakultas Kedokteran pendamping yang sudah terakreditasi unggul. Di Jawa Timur ada Unair, Universitas Brawijaya, dan Universitas Jember.

Fakultas Kedokteran Unair, lanjutnya, saat ini slotnya sudah penuh. Sementara di Universitas Brawijaya masih menyisakan satu slot. Karena itu, pihak UTM menjalin komunikasi dengan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

“Respon (Universitas Brawijaya) bagus, hanya kami diminta melengkapi proposal sebelum memutuskan untuk siap menjadi pendamping pengajuan Fakultas Kedokteran UTM. Prinsipnya lampu hijau, tinggal kita melengkapi proposal. Sambung doanya lah, rumah-rumah sakit di Madura mendukung,” pungkasnya. 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved