Berita Blitar
Candi Gambar Wetan Miliki Cerita Lengkap Kearifan Lokal dalam Bentuk Relief, Satu-satunya di Jatim
Arkeolog Balai Pelestarian Kebudayaan (Bapelbud) Wilayah XI Jatim, Nugroho Harjo Lukito mengatakan relief di Candi Gambar Wetan relatif lengkap
Penulis: Samsul Hadi | Editor: Samsul Arifin
TRIBUNMADURA.COM, BLITAR - Komplek Candi Gambar Wetan, peninggalan Majapahit di Desa Sumberasri, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar menyimpan beragam cerita dalam bentuk relief di dindingnya.
Arkeolog Balai Pelestarian Kebudayaan (Bapelbud) Wilayah XI Jatim, Nugroho Harjo Lukito mengatakan relief di Candi Gambar Wetan relatif lengkap dari sisi ragam cerita.
"Kalau melihat relief candi di Jatim, ini (relief di Candi Gambar Wetan) termasuk lengkap dari ragam cerita seperti di Candi Penataran dan Candi Jago, ada lebih satu cerita. Kalau di candi lainnya hanya satu cerita," kata Nugroho saat melakukan pemugaran Candi Gambar Wetan, Kamis (24/8/2023).
Ragam cerita pada relief Candi Gambar Wetan terdapat di masing-masing bangunan candi. Ada empat bangunan candi di kompleks Candi Gambar Wetan.
Candi satu atau candi perwara berada di sisi paling selatan, lalu candi dua yang juga candi perwara berada paling utara, kemudian candi tiga yang merupakan candi induk berada di tengah dan candi empat atau sebagai altar.
Baca juga: Menguak Peninggalan Sejarah Candi Burung di Proppo, Dikenal Kota Pemerintahan Tertua di Pamekasan
Informasi lengkap dan menarik Berita Blitar lainnya di Googlenews TribunMadura.com
Nugroho menjelaskan, relief di candi satu berdasarkan sisa yang terpasang di dinding batur menunjukkan cerita Ramayana.
Hal itu terlihat dari bagian relief burung jatayu yang diutus Rama untuk mengunjungi Dewi Sinta.
"Dari posisi jatayu duduk dan di depannya ada dua orang kalau dilihat dari pakaiannya perempuan, mungkin itu Dewi Sinta dengan dayangnya," kata Nugroho.
Sedang relief di candi dua menceritakan kisah Bubuksah Gagangaking, yaitu cerita dua pendeta yang memiliki karakter berbeda baik dan buruk.
"Kalau di candi dua, yang sekarang dipugar, berisi relief Bubuksah Gagangaking, reliefnya cukup lengkap, ada beberapa bagian yang belum kami tarik dari museum," ujarnya.
Untuk candi tiga atau candi induk, kata Nugroho, terdapat relief kearifan lokal kehidupan sehari-hari masyarakat masa lalu.
Menurutnya, relief kearifan lokal kehidupan sehari-sehari di candi induk ini paling istimewa karena belum pernah ditemukan pada relief candi lain di Jawa Timur.
Relief kearifan lokal cerita tentang kehidupan sehari-hari masyarakat masa lalu dominan dengan aktivitas seorang petani.
"Relief ini diceritakan tentang bagaimana tata cara, kemudian tahapan-tahapan kegiatan bertani hingga aktivitas kehidupan sehari-hari masyarakat selama masa penantian panen," katanya.
"Termasuk ada romantisme pasangan suami istri, ada adegan berkelahi atau bersitegang antara suami istri yang menggambarkan kehidupan rumah tangga masa itu," lanjutnya.
Pada relief kearifan lokal kehidupan sehari-hari masyarakat di candi induk juga terdapat cerita petani setelah cocok tanam menghadapi tantangan hama, petani dikejar hewan liar seperti ular, bagaimana mereka menimbun atau menyimpan padi di lumbung sampai mereka menanak nasi.
"Ada juga sisipan cerita fabel tentang kejujuran dan tipu muslihat yang diceritakan lewat relief buaya dan kerbau. Relief itu mengingatkan kepada pada orang yang melihat agar tidak meniru sifat tipu muslihat dan sebaliknya meniru sifat kejujuran," katanya.
Dikatakannya, cerita rakyat pada relief di candi induk termasuk istimewa, karena belum pernah ditemukan relief cerita kehidupan bertani di candi lain.
"Relief cerita berani ini tidak ada kitabnya, kalau relief cerita Ramayana dan cerita Panji menyadur dari kitab," ujarnya.
Di luar beragam cerita itu, menurut Nugroho fungsi Candi Gambar Wetan sama seperti candi pada umumnya sebagai tempat peribadatan dengan orientasi Gunung Kelud.
"Cuma di sini (Candi Gambar Wetan) yang pasti Hindu dan Siwaistis, hal itu jelas karena ada Trimurti, sebagai simbol Siwa, Wisnu dan Brahma," katanya.
Seperti diketahui, kompleks Candi Gambar Wetan berada di lahan Perkebunan Gambar seluas 6.600 meter persegi di lereng Gunung Kelud.
Candi Gambar Wetan merupakan tempat pemujaan peninggalan era Kerajaan Majapahit.
Berdasarkan pahatan angka tahun pada lapik arca Dwarapala, bagian sisi kanan trap anak tangga menuju kompleks halaman candi tertulis 1360 Saka atau 1438 Masehi.
Angka tahun itu sezaman dengan pemerintahan Ratu Suhita, pemimpin keenam Kerajaan Majapahit pada 1429-1447 Masehi.
Lalu, di lapik arca Dwarapala yang berada di kanan kiri tangga menuju halaman satu candi juga terdapat pahatan angka tahun 1299 Saka atau 1377 Masehi.
Angka tahun ini sezaman dengan masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk, yang merupakan Raja keempat Majapahit yang memerintah pada 1351-1389 Masehi.
Kompleks Candi Gambar Wetan memilik tiga halaman. Sebelum masuk ke halaman pertama, ada tangga terbuat dari batu yang posisinya lumayan tinggi.
Di halaman satu terdapat bangunan pendapa teras yang ditemukan tinggal pondasi saja.
Lalu, di halaman dua juga terdapat bangunan pendapa yang ukurannya lebih kecil dibandingkan di halaman satu.
Sedang di halaman tiga atau halaman suci terdapat empat bangunan candi yang terdiri atas satu candi induk, dua candi perwara atau candi pendamping dan satu candi untuk altar atau tempat menaruh sesaji.
Dibonceng Pacarnya, Wanita di Blitar Jadi Korban Begal Payudara, Pelaku Ngaku Ingin Coba-coba |
![]() |
---|
Nasib Wisata Makam Bung Karno seusai Viral Video Tarif Parkir 3 Bus Rp 800 Ribu, Tukang Becak Merana |
![]() |
---|
Kades Sidomulyo Selorejo Blitar Ungkap Penyebab Puluhan Warganya yang Keracunan seusai Ikut Posyandu |
![]() |
---|
Jawaban Tak Terduga Manajemen Pembuat Video Kontroversi Lagu Iclik Cinta di Blitar: Waktu Mepet |
![]() |
---|
Terobos Lampu Merah, Bus Pariwisata Tabrak Suami Istri Pengendara Motor hingga Tewas di Blitar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.