Berita Terkini

11 Hari Terombang-ambing di Laut, Nyawa 3 Nelayan Selamat, Kopi Instan Jadi Penyelamat

Inilah nasib 3 orang nelayan Aceh. Mereka terombang-ambing di laut selama 11 hari.

Editor: Januar
Istimewa/ Tribunnews.com
Kapal Motor atau KM Sultan Meulaboh ternyata tenggelam akibat mengalami kebocoran, akibatnya tiga nelayan terombang-ambing di tengah laut selama 11 hari. Ketiga nelayan Aceh itu berhasil dievakuasi oleh Tim SAR ke Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh, Jumat (12/1/2024) dini hari pukul 01:40 WIB. 

Musibah itu terjadi ketika ketiga nelayan tersebut sedang dalam perjalanan pulang ke daratan Aceh.

Mereka pulang dengan tangkapan melimpah dan bagian palka berisi penuh dengan ikan. Namun nahas, papan kayu dinding kapal pecah.

Akhirnya air pun dengan cepat masuk ke dalam lambung kapal hingga kapal pun tenggelam.

Bertahan denga kopi instan dan air hujan

Rinal Junaidi menuturkan, dia terombang-ambing di lautan selama 11 hari setelah lambung depan kapal yang terbuat dari papan, pecah.

Saat pecah, ombak di perairan tidak terlalu besar.

"Kami berupaya menutupi lambung kapal yang pecah tersebut dengan kain, namun tidak berhasil, akhirnya kapal karam sampai di bagian atap. Kami bertahan di atas atap rumah kapal tersebut," kata Rinal.

Saat berlayar dari Banda Aceh, mereka sempat berlindung di Kepulauan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar, karena cuaca buruk.

Dari Kepulauan Pulo Aceh, mereka menuju ke perairan barat Pulau Weh, Kota Sabang untuk menangkap ikan.

Demi bertahan hidup, mereka memakan kopi instan dalam kemasan dan meminum air laut. Sedangkan air tawar, mereka dapatkan saat gerimis.

Begitu juga saat tidur, mereka tidur seadanya yang dibalut dengan terpal dari parasut untuk mencegah kedinginan.

"Selama terombang-ambing di lautan, kami sempat meminta tolong kepada sejumlah kapal yang melintas."

"Kapal yang menolong kami merupakan kapal kelima (yang melintas). Saat itu, kami sempat pasrah," kata dia.

Rinal mengaku, dia bersama dua rekannya sempat berpikir apabila kapal tanker tersebut tidak menolong, maka mereka akan meninggalkan kapal menggunakan rakit yang dibuat dari tong ikan.

"Saat itu, kami sudah siap menggunakan rakit dan terserah mau dibawa ke mana. Kami bersyukur dan berterima kasih ada kapal tanker menyelamatkan. Ketika itu, kami juga berpikir terserah dibawa ke mana oleh kapal tanker itu, yang penting kami selamat," kata Rinal.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved