10 Tahun Kepemimpinan Joko Widodo

Kadin Jatim Paparkan Nilai Positif Pengembangan Infrastruktur dan Ekonomi Selama Kepemimpinan Jokowi

DPD Kadin Jatim memberikan nilai positif dalam 10 tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo terkait pengembangan infrastruktur dan ekonomi di Jatim

Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: Taufiq Rochman
Tribun Jatim Network/Habibur Rohman
Ketua Kadin Jawa Timur, Adik Dwi Putranto di Kantor Kadin Jatim, Kamis (10/10/2024). 

Laporan Wartawan Tribun jatim Network, Sri handi Lestari

TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Dewan Pengurus Daerah Kamar Dagang dan Industri Jawa Timur (DPD Kadin Jatim) memberikan nilai positif dalam 10 tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo terkait pengembangan infrastruktur dan ekonomi di wilayah Jatim.

"Secara umum cukup positif dan sesuai ekspektasi. Hal ini kami paparkan dalam berbagai bidang yang tampak dan mampu menjadi pendorong peningkatan ekonomi di Jatim," kata Adik Dwi Putranto, Ketua Umum DPD Kadin Jatim, Kamis (10/10/2024).

Pertama terkait pengembangan infrastruktur jalan tol di wilayah Jatim. Kadin mencatat ada peningkatan konektivitas, yang meliputi panjang jalan tol di Jatim meningkat dari 273 km pada 2014 menjadi sekitar 600 km pada 2024.

"Jalan Tol Surabaya-Mojokerto (36,27 km) dan Surabaya-Gempol (37,1 km) telah mengurangi waktu tempuh hingga 50 persen," jelas Adik.

Hal tersebut mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dari beberapa sektor.

Diantaranya kontribusi sektor konstruksi terhadap PDRB Jawa Timur meningkat dari 9,49 persen pada 2014 menjadi sekitar 11,5 persen pada 2024.

"Nilai investasi di kawasan industri sepanjang koridor tol meningkat rata-rata 15 persen per tahun sejak 2014," ungkap Adik.

Kemudian pemerataan pembangunan, tercatat pertumbuhan ekonomi kawasan Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan (Gerbangkertosusila) meningkat dari 6,41 persen pada 2014 menjadi rata-rata 7,2 persen per tahun pada periode 2019-2024.

"Dan dampak dari keberadaan jalan tol ini mampu mengurangi kemacetan, dimana kami mencatat Indeks Waktu Tempuh Kendaraan (IWTK) di Surabaya membaik dari 1,68 pada 2014 menjadi 1,42 pada 2024. Semakin mendekati 1 berarti semakin lancar," beber Adik.

Kemudian peningkatan investasi, bisa dilihat dari realisasi investasi di Jatim yangmeningkat dari Rp 51,14 triliun pada 2014 menjadi Rp 98,45 triliun pada 2024.

Selanjutnya terkait revitalisasi Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Adik menyebut, dalam 10 tahun terakhir ini telah terjadi peningkatan kapasitas pelabuhan dari 3,1 juta TEUs pada 2014 menjadi 4,8 juta TEUs pada 2024.

"Kedalaman alur pelayaran ditingkatkan dari -9 meter LWS menjadi -14 meter LWS, memungkinkan kapal berukuran hingga 100.000 DWT untuk bersandar," papar Adik. 

Efisiensi operasional juga terlihat dari Dwelling time berkurang dari rata-rata 5,7 hari pada 2014 menjadi 2,8 hari pada 2024.

Produktivitas bongkar muat meningkat dari 22 box/crane/jam pada 2014 menjadi 32 box/crane/jam pada 2024.

"Hal-hal diatas menjadi pendorong peningkatan perdagangan dengan tercatat volume ekspor-impor melalui Tanjung Perak meningkat dari 12,3 juta ton pada 2014 menjadi 16,9 juta ton pada 2024," terang Adik.

Ditambah dengan perkembangan industri pendukung, dimana jumlah perusahaan di sektor maritim di Jatim meningkat 25 persen dalam periode 2014-2024.

Peningkatan daya saing yang bisa dilihat dari peringkat Pelabuhan Tanjung Perak dalam Lloyd's List of Top 100 Container Ports naik dari posisi 55 pada 2014 menjadi 42 pada 2024.

"Selanjutnya untuk transformasi digital, di Jatim kami mencatat adanya peningkatan konektivitas internet yang penetrasinya meningkat dari 36,9 persen pada 2014 menjadi 84,5 persen pada 2024."

"Kecepatan internet rata-rata di Surabaya meningkat dari 5,4 Mbps pada 2014 menjadi 45,2 Mbps pada 2024," ujar Adik.

Hal itu dibarengi dengan pertumbuhan ekosistem startup, dengan adanya peningkatan jumlah startup di Surabaya dari sekitar 50 pada 2014 menjadi lebih dari 300 pada 2024.

Juga nilai investasi ke startup Surabaya mencapai US$ 450 juta pada 2024, meningkat dari hanya US$ 20 juta pada 2014.

Terkait digitalisasi UKM, Kadin mencatat persentase UKM di Surabaya yang memiliki presence online meningkat dari 18 persen pada 2014 menjadi 75 persen pada 2024.

Kontribusi ekonomi digital terhadap PDRB Surabaya mencapai 8,5 persen pada 2024, naik dari 2,1 persen pada 2014.

Kemudian untuk inovasi layanan publik, Pemkot Surabaya telah melakukan umplementasi 25 aplikasi e-government di tahun 2024, meningkat dari hanya 5 aplikasi pada 2014.

Indeks Kota Cerdas Indonesia menempatkan Surabaya di posisi kedua nasional pada 2024.

Selanjutnya catatan untuk hilirisasi industri di Jatim, Adik melihat adanya diversifikasi produk.

"Sehingga nilai ekspor produk olahan pertanian Jatim meningkat dari US$ 2,3 miliar pada 2014 menjadi US$ 4,1 miliar pada 2024. Kapasitas produksi petrokimia di Jawa Timur meningkat 40 persen dalam periode 2014-2024," jelas Adik.

Hal ini mampu meningkatkan nilai tambah kontribusi sektor manufaktur terhadap PDRB Jawa Timur meningkat dari 29,3 persen pada 2014 menjadi 34,7 persen pada 2024.

"Nilai ekspor produk manufaktur Jatim juga meningkat dari US$ 12,4 miliar pada 2014 menjadi US$ 18,2 miliar pada 2024," imbuh Adik.

Pengembangan klaster industri juga mampu menolong peningkatan investasi. Diantaranya investasi di klaster industri otomotif Jatim mencapai Rp 25 triliun dalam periode 2014-2024.

Kawasan Industri JIIPE Gresik menarik investasi sebesar Rp 83 triliun sejak beroperasi pada 2015 hingga 2024.

Kemudian jumlah perusahaan manufaktur di Jatim yang mengadopsi teknologi Industri 4.0 meningkat dari 5 persen pada 2014 menjadi 35 persen pada 2024.

"Dan yang tak kalah penting, anggaran riset dan pengembangan industri-akademisi di Jawa Timur meningkat 300 persen dalam periode 2014-2024," pungkas Adik.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved