Konflik Suriah

Ratusan Ribu Pengungsi Kembali ke Suriah Setelah Jatuhnya Rezim Assad

Rombongan Pengungsi Suriah Pulang Kampung Sambut Era Pemerintahan Transisi Pasca Kejatuhan Rezim Assad

Penulis: Natahsya Maharani | Editor: Taufiq Rochman
Tribunnews
Pergantian bendera sebagai tanda pergantian Renzim di Suriah 

TRIBUNMADURA.COM – Wilayah perbatasan Suriah kini dipadati oleh gelombang pengungsi yang ingin kembali ke tanah air mereka setelah jatuhnya rezim Bashar al-Assad.

Ratusan ribu warga Suriah sebelumnya meninggalkan rumah mereka untuk menghindari penganiayaan atau mencari kehidupan yang lebih baik selama pemerintahan Assad.

Namun, setelah pemerintahan Bashar al-Assad tumbang akibat sabotase kelompok pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang dipimpin Abu Mohammad al-Julani, banyak warga Suriah mulai kembali ke kampung halaman mereka, termasuk ke Damaskus.

Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, terlihat para pengungsi menunggu di gerbang perbatasan Cilvegozu dan Oncupinar di perbatasan Turki. Beberapa dari mereka berkemah di dekat pembatas, menghangatkan diri dengan api sambil menunggu gerbang perbatasan dibuka.

Seorang pengungsi Suriah yang diwawancarai oleh media Turki mengungkapkan kegembiraannya karena akhirnya bisa kembali ke Suriah setelah rezim Bashar al-Assad runtuh. Ia juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Turki atas dukungannya selama menjadi pengungsi.

“Terima kasih Tuhan, jalan kami telah terbuka, Assad telah pergi, dan perang telah berakhir. Saya tinggal di Istanbul selama 10 tahun. Semoga Allah memberkahi Turki, mereka sangat membantu kami,” ucapnya, seperti dikutip dari Anadolu.

Hal serupa diungkapkan oleh Ali Hasiko, seorang pengungsi Suriah yang tinggal di Turki. Ia mengaku telah menunggu selama 12 tahun untuk kembali ke kampung halamannya di Hama.

"Alhamdulillah, perang telah berakhir. Turki memang luar biasa, tetapi tanah air kami adalah Suriah," ujarnya.

Sama seperti yang lainnya, Ala Jabeer turut menangis saat bersiap menyeberang dari Turki ke Suriah bersama putrinya yang berusia 10 tahun setelah perang memaksanya meninggalkan rumahnya.

Menyambut runtuhnya rezim Assad di ibu kota Suriah, Damaskus, bank-bank kembali dibuka untuk pertama kalinya sejak Suriah memanas akibat konflik antara rezim dan pemberontak.

Sementara toko-toko juga kembali dibuka, lalu lintas kembali lancar, petugas kebersihan menyapu jalan-jalan seiring dengan berkurangnya jumlah pria bersenjata.

Pemberontak Tunjuk PM Baru
Dua hari pasca Presiden Bashar al-Assad digulingkan kelompok pemberontak dan kabur ke Rusia meninggalkan ibu kota Damaskus.

Baca juga : Gus Miftah Ngaku-ngaku Keturunan Kiai Muhammad Ageng Besari? Ini Silsilah Keluarga Besar Tegalsari

Pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS) bersama fraksi-fraksi oposisi lain sepakat untuk menunjuk Mohammed al-Bashir perdana menteri sementara baru.

Dalam pidato singkat yang disiarkan televisi pemerintah, al-Bashir mengatakan bahwa ia akan memimpin pemerintahan sementara hingga 1 Maret 2025.

Selama masa jabatan itu, Al-Bashir akan menghadapi tantangan untuk menavigasi fase transisi Suriah, mengatasi ketidakstabilan politik dan rekonstruksi daerah-daerah yang sebelumnya berada di bawah kendali HTS.

"Kami telah mengadakan rapat kabinet melibatkan pemerintahan Salvation di Idlib dan pemerintahan rezim yang digulingkan untuk membahas pemindahan berkas dan lembaga pemerintahan," ujarnya.  

"Kini saatnya bagi rakyat ini untuk menikmati stabilitas dan ketenangan," tambah Bashir.

Penunjukan uni bukan tanpa alasan, Bashir sendiri telah menjadi kepala Pemerintah Keselamatan milik pemberontak di barat laut Suriah dan pernah juga menjabat sebagai Menteri Pembangunan.

 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com 

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved