Kapal Tenggelam di Selat Bali

Nelayan Bergidik Tetiba Dengar Suara Minta Tolong di Laut, Lama-lama Ramai, Ternyata Korban KMP Tunu

Nelayan ini mengira rintihan minta tolong di tengah laut yang didengarnya adalah hantu, ternyata korban KMP Tunu Pratama Jaya.

Editor: Mardianita Olga
Tribun Bali/I MadePrasetia Aryawan
KAPAL TENGGELAM - Nelayan bernama Lukman (44) tak menyangka bahwa teriakan minta tolong yang didengarnya ternyata berasal dari korban KMP Tunu Pratama Jaya yang tenggelam di Selat Bali, Kamis (3/7/2025). 

Saat hendak menyelamatkan warga itu, Lukman kesulitan mendekat karena gelombang tinggi. Namun, karena rasa kemanusiaan yang tinggi, dia tak menyerah dan melakukan pertolongan bersama rekannya.

"Pertama kita menemukan korban yang selamat, menggunakan pelampung. Saya menemukan satu orang dan teman saya juga satu orang," tutur Lukman Hakim setelah menerima apresiasi dan penghargaan.

Setelah itu, ia dan rekannya menyisir perairan ke arah barat. Di perjalanan, dia melihat banyak buah nanas yang mengapung diduga berasal dari salah satu mobil yang ikut tenggelam pada peristiwa nahas tersebut.

Baca juga: Gelar Sembahyang, Keluarga Berharap ABK KMP Tunu Pratama Jaya Segera Ditemukan dalam Kondisi Apapun

SEMBAHYANG - Keluarga salah seorang ABK KMP Tunu Pratama Jaya yang belum ditemukan, menggelar sembahyang bersama di pinggir pantai, Pelabuhan Ketapang Banyuwangi, pada hari ke tiga pencarian Sabtu (5/7/2025).
SEMBAHYANG - Keluarga salah seorang ABK KMP Tunu Pratama Jaya yang belum ditemukan, menggelar sembahyang bersama di pinggir pantai, Pelabuhan Ketapang Banyuwangi, pada hari ke tiga pencarian Sabtu (5/7/2025). (Tribun Jatim Network/Achmad Zaimul Haq)
Dari sana, rasa penasarannya terus menguat untuk mencari keberadaan korban. Hingga akhirnya, dia menemukan satu korban lagi, tetapi kondisinya sudah meninggal dunia.

Namun begitu, ketika hendak mengevakuasi jenazah tersebut, ia kembali mendengar teriakan minta tolong dari tengah lautan.

Ia memutuskan mencari sumber suara karena di tengah lautan, ada korban yang masih hidup. Ia bergegas ke lokasi titik suara itu dan menemukan korban lainnya.

"Saya tinggal dulu yang itu (meninggal dunia), untuk menyelamatkan korban yang masih hidup," ucap dia. 

Lukman akhirnya menemukan seorang pria yang sedang merangkul ayahnya. Ternyata, ayah korban tersebut sudah meninggal dunia.

Tangan pria itu masuk ke kaus ayahnya karena tidak ingin jenazah ayahnya hilang dihantam gelombang.

"Anaknya menggunakan pelampung, ayahnya tidak dan kondisinya sudah meninggal dunia," kata dia.

Tak sampai di sana, Lukman kembali melihat cahaya kelap-kelip yang kemungkinan jadi tanda korban.

Dia balik memutar dan menemukan empat orang lainnya. Kondisinya, tiga orang di antaranya sedang mengitari satu orang yang sudah meninggal dunia.

"Saat itu situasinya gelap, hanya terlihat yang kena senter. Gelap gulita, hanya kelihatan yang di samping," kata dia. 

Lukman menyebutkan, selama 2,5 jam menyisir perairan Pebuahan, ia lantas menuju pesisir.

Baca juga: Fitri dan Balitanya Meninggal dalam Tragedi Tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali

Di pesisir pantai, ia dibantu nelayan lainnya melakukan evakuasi pertama para korban selamat untuk diarahkan ke rumah warga.

Korban meninggal dunia dievakuasi ke daratan, untuk selanjutnya diidentifikasi dan dievakuasi menuju RSU Negara.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved