TRIBUNMADURA.COM, TUBAN - Projek Kordinator New Grass Root Refinery (NGRR) Tuban, Kadek Ambara Jaya, memantau betul perkembangan kilang minyak Pertamina-Rosneft yang akan dibangun di Desa Wadung, Kaliuntu dan Sumurgeneng di Kecamatan Jenu.
Pembangunan kilang melibatkan dua negara yakni Indonesia dan Rusia itu masih mendapat penolakan dari warga sekitar.
Alasannya beragam, ada yang terkait keamanan kilang, dan tak kalah penting keberlangsungan kehidupan petani setempat saat kilang beroperasi.
• Usai Dari Ngawi dan Magetan, Sandi Uno Dijadwalkan Safari Politik ke Madiun Hari Ini
"Saya siap mengajak warga studi ke Cilacap, biar tahu kondisi masyarakat di sana yang juga terdapat kilang minyak," Kata Kadek dikonfirmasi terkait progres NGRR Tuban, Rabu (6/2/2019).
Dia menyatakan, keberadaan kilang masih banyak manfaatnya, meskipun dampaknya juga tentu ada.
Penyerapan tenaga kerja tentu ada, usaha lain di sekitar tentu juga ikut berkembang. Seperti warung, kos-kosan, catering, laundry dan sarana unit lainnya juga pasti mengikuti.
• Angin Puting Beliung Terjang Istighotsah Pemenangan Jokowi-Maruf, Jamaah: Tanda Doa Mustajabah
Hal inilah yang disebut multi player effect, atau berdampak positif bagi lingkungan sekitar.
"Mungkin warga takut ini dan itu, bagaimana nanti jika tanah dijual, bagaimana keberlangsungan hidupnya. Makanya kita siap mengajak warga untuk studi banding di kilang minyak cilacap, kapanpun jika mau. Agar tau bagaimana kehidupan warga di kilang minyak Cilacap," Pungkasnya.
Sekadar diketahui, pembangunan kilang minyak Pertamina-Rosneft awalnya ditempatkan di Desa Remen dan Mentoso, Kecamatan Jenu.
Namun, karena pembebasan lahan alot kini dialihkan di tiga desa, yaitu Wadung, Kaliuntu, dan Sumurgeneng, yang juga di kecamatan setempat.
Rencana awal, lahan yang dibutuhkan sekitar 548 hektare, meliputi lahan 348 hektare milik KLHK dan 200 hektare milik warga Remen dan Mentoso.
Namun, pada rencana yang baru ini, lahan yang dibutuhkan 841 hektare, terdiri milik KLHK 348 hektare, tanah Perhutani 109 hektare dan 384 hektare milik warga tiga desa. (Mochamad Sudarsono)