Jazz Gunung Bromo 2019 Digelar Selama Dua Hari, Berikut Deretan Musisi Jazz Ternama yang Akan Tampil
TRIBUNMADURA.COM, PROBOLINGGO - Para penggemar musik jazz, khususnya Jazz Gunung Bromo harus bersiap-siap nih.
Pasalnya, tidak lama lagi, even Jazz Gunung Bromo yang merupakan event tahunan yang dilaksanakan di atas ketinggian itu akan segera digelar kembali seperti tahun-tahun sebelumnya.
Rencananya, sesuai siaran tertulis ke Surya (Grup Tribunmadura.com), Jazz Gunung Bromo 2019, siap digelar selama dua hari yaitu 26-27 Juli 2019 mendatang di Amfiteater terbuka dengan sistem tata suara kelas dunia, di Jiwa Jawa Resort Bromo, Sukapura, Probolinggo, Jawa Timur.
Jazz Gunung Bromo 2019 ini, sudah menginjak tahun ke-11 sejak pertama kalinya digelar tahun 2008.
Jazz Gunung Bromo kembali hadir dengan menjanjikan pengalaman luar biasa nan autentik menyaksikan pergelaran musik jazz bernuansa etnik dari musisi-musisi ternama dan legenda.
Tak hanya itu, jazz ini diadakan di atas ketinggian 2000 meter dari permukaan laut dengan berlatarkan pegunungan, berdinding cemara dan beratapkan langit.
Selain itu, pengunjung pun diajak bergoyang di tengah dinginnya suhu yang bisa mencapai 0 derajat celcius.
Tahun ini, sederet musisi-musisi kawakan akan menghibur ribuan pecinta musik jazz.
Dimulai Tompi, Debu, Yuri Mahatma Quartet, Gugun Blues Shelter, Jazz Malang community, hingga Idang Rasjidi feat Mus Mujiono.
Selain itu, ada Djaduk Ferianto’s Ring of fire Projects feat Didi Kempot & Ricard Hutapea, Candra Darusman Projects, dan Sierra Soetedjo.
Lalu, Geliga, S4 dari MLD Jazz Project, dan Nita Aartsen Kwartet with special guest Rene Calvin, Antonio Marcos & Pablo Calzado.
Selain menyajikan musisi dalam negeri, di tahun ini Jazz Gunung Bromo turut menampilkan kuartet jazz muda berbakat asal Prancis Voyager 4.
Ini semua terlaksana berkat dukungan kerjasama dengan Institut Français Indonesia (IFI).
Tak hanya itu, hadir pula Tristan yang merupakan band bernuansa acid-jazz, soul, dan funk dengan sentuhan kancah british era 80an dan 90an asal Belanda yang merupakan persembahan atas terjalinnya kerjasama dengan Erasmus Huis.
Dengan hadirnya kedua musisi internasional tersebut, harapannya tercipta persilangan budaya musik terhadap penikmat jazz di Indonesia.
Jazz bagai sebuah simbol kebebasan berekspresi, menyuarakan perlawanan, hingga semangat perubahan.
Dan, musik jazz juga hadir sebagai harmonisasi dari segala perbedaan yang ada.
Sigit Pramono selaku founder Jazz Gunung mengatakan, pagelaran Jazz Gunung Bromo tahun ini sedikit berbeda dengan pagelaran jazz sebelumnya.
Kata dia, jazz tahun ini hadir di saat Indonesia sedang melaksanakan pesta demokrasi untuk memilih pemimpin Indonesia.
Maka dari itu, ia sengaja membuat konsep Jazz Gunung akan bersaksi untuk Ibu Pertiwi. Kata dia, itu memiliki makna yang dalam.
Di tengah terpecah-belahnya persatuan bangsa Indonesia pasca hiruk-pikuk dunia politik nasional, Jazz Gunung hadir untuk merayakan kegembiraan.
"Di tengah perbedaan yang ada, harmonisasi akan membalut suasana menjadi persatuan dan kesatuan. Kami Indonesia dan kami satu, bangsa Indonesia. NKRI harga mati," katanya.
Ia pun mengajak semua orang yang cinta Indonesia untuk menikmati sajian persembahan untuk ibu pertiwi.
Dikatakan, menonton jazz gunung kini semakin murah dan terjangkau.
"Sekarang sudah ada tol baru yang menyambungkan Surabaya – Probolinggo (Bromo) serta tol Malang – Probolinggo (Bromo) yang dapat mempersingkat waktu dan jarak tempuh menuju kawasan Bromo. Dulunya 4 jam, sekarang hanya 1-2 jam saja," tambahnya.