Durasi kembang api sebagai penanda pergantian Tahun Baru di Kota Madiun diusulkan agar diperpendek
TRIBUNMADURA.COM, MADIUN - Ketua MUI Kota Madiun, Muhammad Sutoyo mengusulkan agar durasi kembang api yang dinyalakan sebagai penanda pergantian Tahun Baru diperpendek.
Muhammad Sutoyo berharap, penanda pergantian Tahun Baru pada tahun ini tidak menggunakan kembang api atau petasan.
"Saya mengusulkan kalau bisa kembang api itu durasinya diperpendek," kata Muhammad Sutoyo, Kamis (12/12/2019) kemarin.
• Pura-Pura Mencari Kamar Kos, Pria ini Melihat Pintu Kamar Kos yang Terbuka, Lalu Muncul Niat Jahat
• Bermula dari WhatsApp, Kisah Tragis Tangan Anak Dipanggang Ibu Tirinya Terbongkar: Saya Gak Bandel
• Ujian Nasional Dihapus Mendikbud, Guru dan Wali Murid di Pamekasan Dukung Kebijakan Nadiem Makarim
"Paling lama ya lima menit lah. Bu Wakil Wali Kota dan Pak Wakapolres juga setuju," sambung dia.
Dia menuturkan, seharusnya bila Kota Madiun tidak ingin membawa budaya dari luar negeri, budaya perayaan Tahun Baru yang ditandai dengan menyalakan petasan dan kembang api dihilangkan.
Muhammad Sutoyo mengatakan, acara pergantian Tahun Baru dapat diganti dengan kebudayaan Indonesia.
Ia mencontohkan, petasan dapat diganti dengan membunyikan suara kentongan, bedug, atau alat-alat musik tradisional asli Indonesia.
"Kalau kita komitmen tidak membawa budaya luar, kan bisa ditandai dengan apa gitu lah," kata Muhammad Sutoyo
• Lonjakan Penumpang di Terminal Ronggosukowati Pamekasan Diprediksi Terjadi Jelang Natal & Tahun Baru
• Jelang Libur Natal dan Tahun Baru, Tiket KA Brantas dan KA Kahuripan Ludes Terjual di Stasiun Blitar
"Misalnya, diganti dengan bedug atau kentongan. Itu kan budaya asli Jawa," tambah dia.
Menurutnya, menyalakan petasan itu identik dengan hura-hura, sehingga menyalakan petasan dan kembang api sudah bukan lagi hal yang perlu dilakukan.
Muhammad Sutoyo juga mengusulkan kepada Pemkot Madiun agar membuat imbauan kepada pengurus musala maupun masjid untuk menyelenggarakan kegiatan saat malam Tahun Baru.
Hal ini, dikatakan Sutoyo, bertujuan untuk mencegah supaya anak-anak tidak keluar merayakan malam Tahun Baru di luar rumah.
Selain itu, juga dapat mencegah terjadinya kepadatan arus lalu lintas.
• Jumlah Penumpang Kereta Api selama Libur Natal dan Tahun Baru Diprediksi Mencapai 5,9 Juta Orang
"Biar yang masuk ke Kota Madiun itu orang luar Madiun. Kalau orang Kota Madiun sendiri ya berkegiatan di dalam masjid atau musala," ungkap Muhammad Sutoyo.
"Bisa sholawatan, tahlil, baca Alquran, baca yasin, atau doa bersama," imbuhnya.
Tidak hanya itu saja, Sutoyo selaku meminta kepada pihak keolisian agar menertibkan pengguna motor dengan knalpot brong bisa ditertibkan, karena dapat mengganggu warga lain.
"Terakhir, saya minta pasukan pengamanan harus dari semua ormas. Ini untuk menunjukkan kerukunan di Kota Madiun," imbuhnya.
• Jelang Natal dan Tahun Baru, Satlantas Polres Pamekasan Gelar Razia Kendaraan di Jalan Agus Salim
Sementara itu, Wakil Wali Kota Madiun, Inda Raya mengaku, akan mempertimbangkan usulan dari Ketua MUI tersebut.
Ia mengaku setuju dengan rencana memperpendek penyalaan kembang api penanda tahun telah berganti.
Jika biasanya durasi kembang api berlangsung sekitar 10 menit, maka paada perayaan tahun baru ini akan diperpendek menjadi tiga hingga lima menit.
"Tahun baru itu kan identik dengan kembang api, tetap ada, tapi mungkin durasinya yang akan diperpendek," kata Inda Raya usai mengikuti rakor.
Rencananya, perayaan Tahun Baru di Kota Madiun akan dilaksanakan di tiga titik, yakni di Balai Kota, Alun-alun Madiun, dan Taman Lalu Lintas Bantaran. (rbp)
• Gerhana Matahari Cincin Diprediksi Terjadi pada Akhir Desember, Warga Jawa Timur Bisa Lihat Langsung