Lumba-lumba tersebut melakukan pertunjukkan selama lima kali.
Mereka hanya diberi makan ikan kecil selama pertunjukan.
Lumba-lumba tersebut dilatih untuk melompat, menari dengan volume tinggi, beraksi melakukan rutinitas berulang.
Kampanye menutup sirkus lumba-lumba keliling dimulai sejak 2019.
Para aktivis melakukan berbagai cara seperti membuat petisi, kampanye, menghakiri pertemuan dengan pemerintah dan terlibat dengan penelitian lapangan.
“Ini adalah hari bersejarah bagi kita semua yang terlibat," ujar Femke den Haas, manajer Kampanye Indonesia Dolphin Project.
"Sejak 2009 ketika pertunjukan lumba-lumba keliling pertama kali dimulai, kami telah bekerja tanpa lelah, mengirimkan petisi, mengoordinasikan protes, menghadiri berbagai pertemuan, melobi pemerintah dan terlibat dalam penelitian lapangan yang komprehensif," sambung dia.
"Hari ini kami membuat sejarah dengan menutup salah satu sirkus keliling terakhir di dunia,” lanjutnya.
Kampanye dilakukan berbagai cara salah satunya grafiti bertuliskan #freebalidolphins, di Bali sebagai bentuk protes penutupan sirkus keliling.
• Animal Friends Jogja Kecam Sirkus Lumba-lumba di Lapangan Denggung
Tak hanya itu, aktivis di Bali membuat iklan digital di bandara Bali.
Iklan digital tersebut memperlihatkan gambar laut tempat tinggal asli lumba-lumba.
"Dolphins Belong in the wild (Lumba-lumba Milik di alam liar)" begitulah isi tulisan tersebut.
Melihat sirkus lumba-lumba keliling memang menyenangkan.
Apalagi sirkus ditonton bersama keluarga ketika liburan.
Namun, sirkus lumba-lumba keliling ini menyakiti hewan tersebut.