Berita Tulungagung

Wisata Pantai di Tulungagung Jadi Sepi Gara-gara Kajian Potensi Tsunami 20 Meter di Selatan Jawa

Penulis: David Yohanes
Editor: Elma Gloria Stevani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Nelayan jaring tarik, salah satu daya tarik wisata di Pantai Bayem yang satu rangkaian dengan Pantai Gemah Tulungagung, 2020.

TRIBUNMADURA.COM - Pariwisata pantai di Tulungagung terpengaruh dengan kajian Institut Teknologi Bandung (ITB), terkait potensi tsunami 20 meter di selatan Jawa.

Isu yang bergulir di masyarakat ini membuat kunjungan wisatawan turun drastis.

Salah satu yang paling terpengaruh adalah Pantai Gemah di Desa Keboireng, Kecamatan Besuki, Tulungagung.

"Masyarakat sepertinya menjadi takut datang ke pantai setelah mendengar kajian itu," ujar Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pantai Gemah, Imam Rojikin, Minggu (11/10/2020).

Jaring 444 Pelanggar Operasi Yustisi Protokol Kesehatan di Lamongan, Denda Capai Lebih Rp 21 Juta

Katalog Promo Alfamart Minggu 11 Oktober 2020, Diskon Rinso Rp 16.900, Minyak Goreng 2L Rp 25.300

Lesty Kejora Tahu Titik Kelemahan Rizky Billar, Sang Model Singgung Soal Jenjang Serius: Doakan Saja

Tanggal Pernikahan Nathalie Holscher dan Sule Bocor, Andre Taulany Tawarkan Diri Jadi Saksi: Bahagia

Lanjutnya, kajian itu juga berkembang menjadi isu yang menyesatkan.

Menurutnya, beredar kabar jika Pantai Gemah ditutup karena mengantisipasi bahaya tsunami.

Akibatnya pengunjung turun secara drastis sejak minggu lalu.

"Pantai Gemah tetap beroperasi dengan protokol kesehatan Covid-19. Pantai ini juga sudah dilengkapi dengan jalur evakuasi saat datang bahaya tsunami," sambung Rojikin.

Rojikin mengungkapkan, hari Minggu (4/10/2020) lalu jumlah pengunjung 6000 orang lebih.

Padahal biasanya selama masa pandemi, kunjungan di hari Minggu mencapai minimal 10.000 orang.

Penurunan dratis terjadi pada Sabtu (10/10/2020) kemarin.

Jumlah pengunjung hanya sekitar 500 orang.

Padahal dalam kondisi normal sekurangnya ada 2000 wisatawan di hari Sabtu.

Sedangkan hari ini, Minggu (11/10/2020) pengunjung kurang dari 2000 orang.

"Hari ini mencapai 2000 orang saja sepertinya susah. Sepi sekali, jauh dari hari-hari sebelumnya," keluh Rojikin.

Keluhan yang sama juga disampaikan pengelola usaha wisata di Pantai Sine, di Dusun Sine, Desa Kalibatur, Kecamatan kalidawir.

Menurut salah satu pemilik usaha kuliner, Sutaji (61), penurunan wisatawan mulai terjadi minggu lalu.

Ia mengungkapkan, warung makan miliknya hanya mendapatkan penghasilan Rp 150.000.

Padahal dalam kondisi normal, di hari Minggu bisa mendapatkan untung sekurangnya Rp 1.000.000.

Demikian juga penghasilan enam toilet umum miliknya juga turun drastis.

Jika dalam kondisi normal, dari enam toilet ini bisa menghasilkan Rp 500.000, namun minggu kemarin hanya mendapat Rp 60.000.

Pembelaan Rocky Gerung saat Nikita Mirzani Diserang Pendukung Puan Maharani: Dia Ngerti Pancasila

Libra Nikmati Kencan Romantis, Scorpio Jaga Emosi, Simak Ramalan Zodiak Cinta Minggu 11 Oktober 2020

Jadwal Acara TV Minggu 11 Oktober 2020 di Trans 7 GTV RCTI, Ada Siaran Langsung MotoGP Prancis 2020

Seperti Inilah Kronologi Penangkapan Dua Spesialis Pencuri Hewan Ternak yang Beraksi Antar Kabupaten

"Penyampaian kajian soal tusnami itu menimbulkan ketakutan. Masyarakat jadi khawatir melakukan wisata pantai," ujar Sutaji.

Kajian soal tsunami juga menimbulkan kepanikan warga Dusun Sine, pada Rabu (7/10/2020) malam.

Mereka sebelumnya telah menerima informasi soal potensi tsunami besar di selatan Jawa dari media.

Pada Rabu malam itu, terjadi fenomena alam air laut surut diikuti dengan ikan yang terdampar di pantai.

Melihat itu warga ketakutan karena mengira akan terjadi tsunami.

Berbondong-bondong warga mengosongkan permukiman, menuju ke tempat evakuasi di daerah pengunungan.

Berita Terkini