Berita Pamekasan

Sejumlah Pasar Sapi di Pamekasan Kini Sepi Dampak Wabah Penyakit Mulut dan Kuku, Ini Curhat Pedagang

Penulis: Muchsin Rasjid
Editor: Samsul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kondisi pasar sapi di Desa Batumarmar, Kecamatan Batumarmar, Pamekasan, biasanya setiap pasaran sekitar 150 ekor sapi, namun kali ini, jumlah sapi yang diperjualbelikan tidak sampai 40 eko sapi.

TRIBUNMADURA.COM, PAMEKASAN – Merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK), terhadap hewan piaran sapi yang hingga kini belum juga berakhir, berdampak pada kondisi pasar sapi di Pamekasan. Sejak akhir Mei 2022 ini, hampir semua pasar sapi, baik milik Pemkab Pamekasan, maupun pasar sapi yang dikelola desa kondisinya kini memprihatinkan, lantaran sepi dari aktifitas jual beli sapi.

Dari sejumlah pasar sapi di Pamekasan, seperti pasar sapi di Desa Proppo, Kecamatan Proppo, pasar sapi di Desa Batumarmar, Kecamatan Batumarmar, Pasar Sapi di Keppo, di Desa Polagan, Kecamatan Galis, Pamekasan, lalu pasar sapi di Desa Pakong, Kecamatan Pakong Pamekasan, yang terparah dampak dari PMK ini pasar sapi di Desa Waru, Kecamatan Waru, Pamekasan.

Biasanya dalam setiap hari pasaran sapi di Waru, yang jatuh pada setiap Kamis, sapi yang diperjual belikan di pasar yang terletak di kawasan pantura ini, selalu ramai dipadati pengunjung. Baik pedagang sapi maupun calon pembeli. Dan rata-rata setiap hari pasaran, terdapat sekitar 100 ekor sapi yang diperjual belikan.

Namun, pada Kamis (9/6/2022), kondisi pasar sapi di lokasi itu kosong melompong. Yang terlihat hanya seorang pedagang sapi membawa satu ekor sapi untuk dijual. Sementara jumlah pengunjung hanya segelintir orang. Sehingga tidak sampai hitungan jam, pedagang sapi itu membawa pulang sapi, karena di pasar itu tidak ada aktifitas jual beli sapi.

Kepala Bidang Pasar, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Pamekasan, Agus Wijaya, kepad Surya, Kamis (9/6/2022) mengatakan, jika merebaknya PMK ini benar-benar berdampak pada aktifitas jual beli sapi di pasar hewan yang tersebar di sejumlah tempat di Pamekasan.

Baca juga: Pedagang Daging Sapi di Pamekasan Mengeluh Rugi Akibat Wabah PMK, Masyarakat Beralih Beli Ikan Laut

Kumpulan Berita Lainnya seputar Pamekasan

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com

“Saya baru saja dapat laporan dari kepala pasar sapi di waru, jika hari ini hanya ada satu ekor sapi yang masuk ke lokasi pasar sapi di sana. Padahal seminggu yang lalu, aktivitas jual beli sapi di pasar itu, masih agak ramai. Namun di hari pasaran sapi tadi yang kosong dari aktifitas jual beli sapi,” papar Agus Wijaya.

Agus menjelaskan, kondisi ini juga menimpa di pasar sapi Keppo. Pasar sapi terbesar di Pamekasan ini, pada hari pasaran kemarin, anjlok hingga 90 persen. Artinya aktivitas jual beli sapi di pasar itu, hanya sebesar 10 persen dari hari-hari pasaran sapi sebelumnya.

Diuraikan, sepinya aktifitas jual beli sapi di sejumlah pasar sapi yang tersebari di Pamekasan ini, karena pedagang dan calon pembeli sapi cemas dengan kondisi PMK sapi yang belum diketahui kapan berakhir dan pulih seperti sedia kala.

Ketakutan pedagang sapi ini, bila sapi yang dibawa ke pasar dan tidak terjual selain harus menanggung kerugian untuk ongkos angkut dan tip bagi yang mendampingi, juga khawatir sapi miliknya yang kondisinya sehat, bisa tertular PMK sapi lain. Begitu juga kekhawatiran yang dialami calon pembeli. Bila membeli sapi lalu dibawa pulang, pikirannya dilanda kecemasan, sapi yang dibeli tertular PMK.

Diakui, lumpuhnya aktivitas jual beli sapi ini selain berdampak pada pemasukan pendapata asli daerah (PAD), juga terhadap pedagang polowijo. “Pasar sapi ini kan biasanya lokasinya ada yang berdampingan dengan pasar polowijo. Biasanya, para pedagang sapi ini, setelah sapinya terjual lalu belanja ke pasar polowijo,” ungkap Agus.

Berita Terkini