TRIBUNMADURA.COM, BANGKALAN – Pengurus Pusat dan Cabang Alumni dan Simpatisan Ponpes Syaikhona Kholil (Asschol) menggelar Musyawarah Bersama (Mubes) II Asschol di halaman ponpes, Minggu (25/9/2022).
Pada agenda rutin tiga tahunan itu, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Prof Dr Mahfud didapuk sebagai salah satu keynote speaker.
Bertemakan, ‘Melestarikan Warisan Syaikhona Moh Kholil Bangkalan untuk Peradaban Bangsa’, Mahfud MD menuturkan paparan Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disebut Gus Dur tentang arti pluralisme.
Pada masa Gus Dur menjabat presiden, Mahfud MD tergabung dalam Kabinet Persatuan Nasional sebagai Menteri Pertahanan. Selain tokoh muslim, Gus Dur juga disebut sebagai tokoh pluralisme.
Baca juga: Kitab Syaikhona Kholil Bangkalan Dikagumi Ulama Timur Tengah, Khofifah Siapkan Seminar di Arab Saudi
Informasi lengkap dan menarik lainnya Berita Bangkalan dan Berita Madura di GoogleNews TribunMadura.com
“Saat itu ada kritik ke Gus Dur. Pluralisme itu apa Gus?. Pluralisme tidak ada dalam agama, pluralisme itu haram,” ungkap Mahfud MD.
Gus Dur menerangkan, lanjut Mahfud MD, Indonesia itu diibaratkan sebagai sebuah rumah besar, negara kesatuan yang di dalamnya ada kamar Islam, kamar Katolik, Kristen, Hindu, Budha.
Setiap orang ketika sedang berada dalam kamar keagamaan masing-masing, dipersilahkan menjalani kehidupan masing-masing.
“Kalau shalat ya shalat, mau puasa ya puasa, mau tidak puasa juga boleh. Mereka yang mau ke gereja silahkan ketika berada dalam kamar masing-masing. Engkau boleh setel televisi apa saja, yang suka Kompas tv silahkan, yang suka Metro TV silahkan, yang suka tv-tv gossip silahkan, boleh saja silahkan, pakai baju sesukanya boleh,” kenang Mahfud.
Namun ketika berada di ruang tamu atau di ruang bersama keluarga, Gus Dur menekankan sebagai anak bangsa wajib menyetel satu chanel televisi.
Yakni chanel kebersatuan di dalam keberbedaan yang bernama ikatan ideologi negara Indonesia, Pancasila.
“Chanel televisinya adalah Pancasila ketika berada dalam ruang besar bersama. Tetapi ketika masuk kamar masing-masing, silahkan. Nah itulah gambaran pluralisme Indonesia. Itu Gus Dur cara menggambarkan (pluralisme) enak,” ujar pria kelahiran Sampang, Madura itu.
Ia menambahkan, nasionalisme Indonesia antara lain dibangun oleh Nahdlatul Ulama (NU) yang berguru kepada Syaikhona Kholil Bangkalan.
Sehingga muncul kata Negara Indonesia yang digambarkan dalam Mars NU, Hubbul Wathon Minal Iman.
“Mencintai tanah air, bangsa, dan negara bagian dari pelaksanaan iman. Yang dimaksud NU setelah berguru kepada Syaikhona Kholil, kalau ingin beriman dengan benar atas enam Rukun Iman, ya cintai tanah airmu, tanah air yang mengikat seluruh anak bangsa dalam kesatuan dalam keberagaman,” pungkasnya.