TRIBUNMADURA.COM- Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY pernah menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia ke-6 selama dua periode.
Tepatnya, SBY menjadi presiden selama 10 tahun.
Periode pertama dijalani SBY pada tahun 2004 hingga 2009.
Saat itu, SBY berpasangan dengan Jusuf Kalla yang merupakan wakil presidennya.
SBY-Jusuf Kalla saat itu memenangi Pilpres 2004 setelah mengalahkan empat pasangan calon (paslon) lainnya.
Di antaranya Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi, Hamzah Haz-Agum Gumelar, Wiranto-Solahudin Wahid, dan Amien Rais-Siswono Yudo Husodo.
Lalu, pada periode kedua SBY memimpin bersama Boediono pada tahun 2009 hingga 2014.
Kala itu, SBY-Boediono berhasil menang pilpres setelah mengalahkan dua paslon lainnya.
Di antaranya Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto, dan Jusuf Kalla-Wiranto.
Baca juga: Cerita Pengakuan SBY Soal Capres yang Menggebu-gebu Obral Janji, Berharap Rakyat Tak Terkecoh
Selama menjadi presiden, SBY memiliki sejumlah cerita soal kiprahnya.
Termasuk soal berbagai penyadapan yang dialaminya.
Penyadapan itu dialaminya saat dirinya sedang berbicara di telepon.
SBY mengungkapkan, sebenarnya penyadapan sudah pernah dialaminya jauh sebelum dirinya menjadi presiden.
Saat itu, dia sedang menjadai Kaster TNI antara 1998-1999.
"Tiba-tiba ada semacam transkripsi pembicaraan telepon saya yang disadap oleh 'kerja intelijen' itu", ungkap SBY dalam bukunya yang berjudul "SBY Selalu Ada Pilihan", terbitan Kompas tahun 2014 lalu.
Dalam buku itu, SBY mengaku tidak tahu apa yang dilaporkan kepada atasannya.
"Serta seperti apa transkripsi percakapan saya itu - ditambah atau dikurangi," terang SBY.
Oleh karena itu, SBY pun menjadi sangat hemat saat berbicara di telepon.
"Bisa satu menit, atau paling banyak tiga menit. Kalau lebih dari itu, biasanya saya memilih untuk bertemu secara langsung," ungkap SBY.
SBY berpendapat, seharusnya praktik semacam itu sudah ditinggalkan.
Alasannya, menyadap pembicaraan orang yang bukan penjahat, adalah sebuah tindak kejahatan.
Tidak hanya itu, SBY juga mengaku sebenarnya dia sudah tahu siapa yang menyadapnya.
"Sebenarnya saya mengerti siapa yang melakukan penyadapan telepon saya itu, tetapi biarlah sejarah yang mengadabikannya," tandas SBY.
Cerita Pengakuan SBY Soal Capres yang Menggebu-gebu Obral Janji, Berharap Rakyat Tak Terkecoh
Sosok Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY memang agak sulit dilepaskan sama sekali dari dunia politik.
Sebab, SBY sudah dua kali maju dalam pemilu presiden atau pilpres.
Pertama kali, SBY maju pada Pilpres 2004.
Pada tahun 2004 tersebut SBY berhasil menang bersama pasangannya Jusuf Kalla sebagai wakil presiden.
Saat itu, SBY-Jusuf Kalla berhasil mengalahkan empat pasangan lainnya.
Di antaranya Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi, Hamzah Haz-Agum Gumelar, Amien Rais-Siswono Yudo Husodo, dan Wiranto-Solahudin Wahid.
Lalu, pada periode berikutnya, yaitu pada Pilpres 2009 SBY kembali menang.
Kali ini yang menjadi pasangannya sebagai wakil presiden adalah Boediono.
SBY saat itu berhasil mengalahkan pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto, dan Jusuf Kalla-Wiranto.
Selama menjabat sebagai presiden dari tahun 2004 hingga 2014, SBY bertemu banyak tokoh penting.
Ada sejumlah tokoh yang tampaknya cukup berkesan bagi SBY.
Termasuk tokoh-tokoh yang yang maju dalam pilpres.
Terkait hal itu, SBY menuliskannya dalam bukunya yang berjudul "SBY Selalu Ada Pilihan" terbitan Kompas tahun 2014 lalu.
Menurutnya, menjelang pemilu 2014 lalu, dia menyaksikan di televisi maupun billboard, tentang adanya seorang capres yang sangat aktif dan menggebu-gebu dalam berjanji.
"Menjelang Pemilu 2014, baik melalui televisi maupun billboard, ada seorang calon presiden yang sangat aktif dan menggebu-gebu dalam berjanji bahwa jika ia terpilih menjadi presiden pada tahun 2014 mendatang, Indonesia akan bersih dari korupsi," tulis SBY dalam buku itu.
SBY menganggap, kata-kata dan janji capres tersebut luar biasa.
"Secara implisit yang bersangkutan menuding yang lain tidak bersih, dan seolah hanya partai dan dirinyalah yang bersih," ungkap SBY.
Selain itu, SBY juga merasa khawatir.
"Maaf, melihat tayangan dan janji yang amat berlebihan itu saya hanya khawatir jika yang bersangkutan tidak bisa menepati janjinya. Terus tersang saya juga kurang yakin apakah Indonesia akan berubah seketika, terutama bebas dari kejahatan korupsi, apabila tokoh itu menjadi presiden mendatang," ucap SBY.
SBY juga berharap agar masyarakat tidak terkecoh dengan janji-janji semacam itu.
"Mudah-mudahan rakyat tidak terkecoh dengan janji-janji yang amat berlebihan itu," tandas SBY.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com