Berita Madura Terpopuler

Madura Terpopuler: Duduk Perkara Sebenarnya Carok di Sampang hingga UTM Semakin Bertabur Guru Besar

Editor: Taufiq Rochman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Inilah berita Madura terpopuler Jumat (22/11/2024), terkuak duduk perkara sebenarnya carok di Sampang hingga UTM semakin bertabur guru besar.

TRIBUNMADURA.COM - Inilah berita Madura terpopuler Jumat (22/11/2024), terkuak duduk perkara sebenarnya carok di Sampang hingga UTM semakin bertabur guru besar.

Tiga orang pelaku pembacokan pendukung sekaligus saksi dari Paslon Bupati dan Wakil Bupati nomor urut 2 Slamet-Mahfudz di Desa Ketapang Laok, Ketapang, Sampang, berhasil ditangkap Anggota Polda Jatim. 

Para tersangka yang berhasil ditangkap anggota gabungan dari Ditreskrimum Polda Jatim dan Satreskrim Polres Sampang otu, diantaranya berinisial FS, AR dan MS.

Direktur Ditreskrimum Polda Jatim Kombes Pol Farman mengatakan, insiden pembacokan terhadap korban ditengarai karena adanya kesalahpahaman dan hasutan berita bohong. 

Kubu massa dari ketiga tersangka termakan hasutan adanya isu pemukulan yang dilakukan oleh kubu dari korban tewas Jimmy Sugito terhadap kiai mereka, bernama Kiai Hamduddin. 

Sehingga, kubu tersangka sekonyong-konyong melakukan penghadangan dan pengeroyokan disertai pembacokan menggunakan celurit terhadap kubu Jimmy. 

Luka parah disekujur tubuhnya membuat Jimmy meninggal dunia meskipun sudah sempat menjalani perawatan medis di RSUD Ketapang Sampang. 

"Nah tersangka ketiga ini memang termasuk santrinya Kiai Hamduddin. Ketika kiainya mereka dengar dipukul sehingga mereka spontan mengejar yang diduga dilakukan oleh Jimmy ini yang dianggap memukul jadi begitu kejadiannya. Sudah ada (celurit dibawa 3 tersangka). Iya (sudah disiapkan)," ujarnya di Mapolda Jatim, Kamis (21/11/2024). 

Lalu bagaimana kronologi awal kejadian tersebut bermula. 

Farman menerangkan, kejadian berawal dari kunjungan salah satu figur dari kubu Paslon Bupati dan Wakil Bupati nomor urut 2 Slamet-Mahfudz, yakni Slamet Junaidi ke salah satu tokoh masyarakat di desa tersebut.

Figur Kubu Paslon Cabup Slamet Junaidi bersama beberapa anggota tim dan pendukungnya bermaksud datang bersilaturahmi ke Pondok Pesantren Babussalam untuk bertemu salah satu pengasuhnya, yakni Kiai Mualif. 

Karena adanya kunjungan salah satu Figur Paslon Cabup Sampang itu, Kiai Mualif meminta Saksi Asrofi, salah satu santrinya untuk mengumpulkan jamaah zikir guna menyambut kedatangan figur Paslon Cabup Slamet Junaidi

Kedatangan kubu figur Paslon Cabup Slamet Junaidi yang dianggap mendadak itu, akhirnya diketahui oleh tokoh masyarakat lain yang bermukim di desa tersebut, yakni Kiai Hamduddin.

Karena, rombongan kubu figur Paslon Cabup Slamet Junaidi menuju padepokan Kiai Mualif itu, kebetulan melintasi depan rumah, Kiai Hamduddin. 

Ternyata, kedatangan yang mendadak dari Kubu Paslon Cabup Slamet Junaidi itu, menimbulkan ketidaksenangan bagi Kiai Hamdudin.

Selain, sosok Kiai Mualif cuma sebatas menantu keponakan Kiai Hamduddin, yang tentunya secara usia lebih muda. 

Kiai Hamduddin juga menganggap, kunjungan figur Kubu Cabup Slamet Junaidi ke padepokan itu, dianggap 'melangkahi' karena tanpa izin dari Kiai Hamduddin yang lebih tua. 

Karena hal tersebut, kubu massa Kiai Hamduddin melakukan blokade akses jalan yang akan dilewati rombongan kendaraan Kubu Figur Paslon Cabup Slamet Junaidi, menggunakan mobil Kijang LGX dan beberapa potongan kayu.

Tak pelak, upaya tersebut malah memicu percekcokan antara kubu massa Kiai Mualif yang terdiri dari Jimmy Sugito, Muadi, Mat Yasid, dan Abdussalam, melawan Kubu massa Kiai Hamduddin.

Bahkan sempat terlontar perkataan dari Saksi Muadi dengan kalimat berbahasa Madura; Mon Acarok Gih degik yeh. Artinya, kalau mau carok nanti saja. 

Kendati begitu, pihak kubu figur Paslon Cabup Slamet Junaidi memilih mencari akses jalan lain, meskipun memutar. 

Siasat tersebut, dilakukan oleh kubu Paslon Cabup Slamet Junaidi karena melihat adanya massa mulai bergerak dari arah kediaman Kiai Hamduddin menuju ke arah kendaraan rombongannya yang sedang berhenti. 

Sesaat rombongan Kubu Figur Paslon Cabup Slamet Junaidi meninggalkan lokasi tersebut melalui jalur jalan lain.

Ternyata terjadi percekcokan lanjutan antara Saksi Asrofi dari kubu Kiai Mualif dengan Kiai Hamduddin. 

Kubu Kiai Hamduddin merasa tersinggung atas perbuatan Saksi Asrofi yang tetap mengumpulkan para santri untuk melaksanakan zikir bersama, tanpa izin figur kiai yang lebih sepuh, Kiai Hamdudin.

Sempat terlontar percakapan diantara keduanya yang menandai adanya perseteruan. 

Kiai Hamduddin berkata, "kurang ajar, di sini kamu cuma pendatang kok mendatangkan orang. Kurang ajar."

Lalu dijawab saksi Asrofi, "Kurang ajarnya seperti apa? Wong di sini cuma mampir. Salahnya di mana? Masak mau ditolak kan tidak enak."

Ternyata, jawaban dari Saksi Asrofi itu jalan dibantah lagi oleh Kiai Hamduddin. "Diam kamu! Nanti tak tempeleng kamu."

Lalu, lanjut Farman, Saksi Asrofi kembali membantah perkataan Kiai Hamduddin itu, "coba kalau berani nempeleng."

"Dari keterangannya kami dapat karena kan di awal itu sudah ada bahasa yang tadi saya sampaikan itu bahwa; kalau mau carok nanti saja dulu. Dan itu dianggap sebagai tantangan. Nah itu yang dianggap sebagai pemicu juga," terang Farman.

Nah, percekcokan dan adul mulut antara Saksi Asrofi dengan Kiai Hamduddin, akhirnya dilerai oleh salah satu pengasuh padepokan yang lain, yakni Kiai Muhtar. 

Kiai Muhtar dibantu Korban Jimmy Sugito Putra berusaha menarik tubuh Saksi Asrofi agar tidak terjadi perkelahian atau kontak fisik. 

Bahkan, Korban Jimmy Sugito berusaha melindung Saksi Asrofi dari kejaran massa yang marah akibat percekcokan dan adu mulut dengan Kiai Hamdudin. 

Di tengah kemelut tersebut, mendadak berhembus isu yang tak terverifikasi kebenarannya.

Isinya, telah terjadi pemukulan terhadap Kiai Hamdudin, sehingga isu hoaks tersebut membuat massa sekonyong-konyong marah dan mulai menyerang Jimmy Sugito.

Tak pelak, lanjut Farman, pecahlah peristiwa pembacokan secara beramai-ramai terhadap Jimmy Sugito Putra.

Akibatnya, Jimmy Sugito mengalami luka parah hingga dibawa ke RSUD Ketapang. Namun, nyawanya tidak tertolong. 

"Kejadian pemukulan itu sendiri tidak ada, hanya saja kelompok ini itu terpisah, sehingga tidak mengetahui secara pasti isu tersebut."

"Tapi pada saat mereka merapat mendekati Kiai Hamduddin ada omongan-omongan mulut itu seolah-olah ada pemukulan terhadap Kiai Hamduddin makanya mereka spontan bereaksi melakukan pengejaran terhadap kelompok Jimmy korban," pungkasnya. 

Madura terpopuler berikutnya, Universitas Trunojoyo Madura (UTM) menggelar Rapat Senat Terbuka dalam rangka Pengukuhan Lima Guru Besar di Gedung Pertemuan RP Moh Noer UTM, Kamis (21/11/2024).

Di usianya yang genap 23 tahun, total jumlah profesor di kampus negeri yang berlokasi di DesaTelang, Kecamatan Kamal, Kabupaten Bangkalan tersebut saat ini sebanyak 23 Guru Besar.

UTM baru saja menjadi bagian dari 96 perguruan tinggi negeri dan swasta di seluruh Indonesia dengan predikat Akreditasi Unggul.

Seiring diterbitkannya Surat Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) bernomor 1819/SK/BAN-PT/AK/PT/IX/2024 tertanggal 24 September 2024.

Dengan tambahan 5 Guru Besar, tekad UTM dalam upaya meningkatkan penguatan performance menjadi lebih percaya diri.

Bahwa di masa mendatang, UTM bisa semakin baik dan semakin unggul.

Sebagaimana yang diharapkan Rektor UTM, Dr Safi’, SH, MH.

“Khususnya kepada para Guru Besar, untuk meningkatkan performance kinerjanya. Karena mereka itu kan diberikan tunjangan kehormatan dibandingkan dengan para dosen lainnya yang belum Guru Besar. Maka semestinya juga berbanding lurus dengan peningkatan performance kinerjanya, harus tiga kali lipat lebih berkualitas dari para dosen yang belum Guru Besar,” harap Dr Safi’  

Adapun kelima profesor yang dikukuhkan terdiri dari Prof Dr Ir Hj Siti Fatimah, MSi sebagai Guru Besar Bidang Pemuliaan Ketahanan terhadap Cekaman Faktor Abiotik, Prof Dr Rima Tri Wahyuningrum, ST, MT sebagai Guru Besar Bidang Pengolahan Citra Digital.

Selanjutnya, Prof Dr Zainul Hidayah, SPi, MApp Sc sebagai Guru Besar Bidang Sistem Informasi Geografis, Prof Dr Aeri Rachmad, ST MT sebagai Guru Besar Bidang Kecerdasan Buatan/Data Science, serta Prof Dr Achmad Amzeri SP, MP sebagai Guru Besar Bidang Pemuliaan Tanaman.

“Ke depan, riset-riset mereka tidak hanya berbasis output yang berupa publikasi jurnal saja. Tetapi lebih diarahkan pada outcome atau pada dampak perbaikan kehidupan masyarakat, sesuai risetnya,” jelas Dr Safi’.

Seperti halnya, lanjut Dr Safi’, riset Prof Amzeri berkaitan dengan pengembangan jagung asli Madura yang sebelumnya hanya menghasilkan 2 ton hingga 3 ton per hektar.

Namun melalui invasi risetnya, mampu meningkatkan produksi hingga lebih dari 100 persen, mencapai 6 ton hingga 7 ton per hektar.  

Sebelumnya, UTM melalui Fakultas Pertanian berhasil mengembangkan Jagung Hibrida Madura sebagai alternatif tanaman jagung lokal Madura.

Riset jagung lokal Madura hasil kerjasama dengan Balitsereal Maros Sulawesi mulai dilakukan sejak 2007.

Jagung lokal di seluruh Madura dieksplor untuk mendapatkan tetua yang akan dijadikan varietas unggul.

Hasil eksplorasi mendapatkan, sebanyak 16 kultivar (kelompok jagung lokal dengan kekhasannya) jagung Madura.

Tiga kultivar ditemukan di Bangkalan, tiga kultivar di Sampang, dua kultivar di Pamekasan, dan delapan kultivar di Sumenep.

Melalui metode seleksi dan selfing, 16 kultivar jagung lokal Madura itu menghasilkan variasi biji jagung dengan karakter morfologis berbeda pada setiap galurnya.

Varietas biji dengan galur unggul hasil dari metode itu kemudian disilangkan dengan beberapa genotip jagung unggul dari Balitsereal Maros (Sulawesi), tanpa menghilangkan karakter jagung lokal Madura yang toleran terhadap kekeringan, rendemennya tinggi, dan daya simpan lama.

Atas hasil riset itu, Dr Safi meminta Prof Amzeri serta Dekan Fakultas Pertanian UTM untuk segera membuat proposal tentang riset inovasi jagung yang ditujukan ke Kementerian Pertanian (Kementan).

Karena beberapa waktu sebelumnya, Dr Safi’ bersama 50 rektor se Indonesia menghadiri undangan Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman dan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi RI, Satriyo Soemantri Brodjonegoro

“Nah di kementan mempunyai program dalam rangka mendorong hilirisasi hasil riset di perguruan tinggi, dan itu siap didanai. Bahkan kementan akan melakukan offtaker atau pembelian."

"Karena Selama ini kita kan terkendala di situ, kalau kita punya produk pengembangan jagung nanti hasil panennya siapa yang mau membeli, nah kementan siap menjadi offtaker nya,” pungkas Dr Safi’.

Berita Terkini