Laporan wartawan TribunMadura.com, Ahmad Faisol
TRIBUNMADURA.COM, BANGKALAN – Bukan tanpa alasan kemudian Pemuda Kaffa diabadikan sebagai nama ruas jalan di jalur protokol masuk Bangkalan.
Ia tewas setelah meledakkan diri bersama ranjau untuk menghancurkan Jembatan Junok, untuk menghalau pasukan Belanda tidak masuk kota dari arah Timur.
Namun miris, makamnya di Jalan Pertempuran, Kelurahan Pejagan tidak terurus sebelum akhirnya dirawat warga secara swadaya.
Bagi sebagian besar masyarakat RW VIII Kelurahan Pejagan, Kota Bangkalan, Pemuda Kaffa merupakan sosok pahlawan. Namanya selalu menjadi perbincangan yang mengharukan di setiap momen agustusan.
Seperti halnya pada Peringatan Hari Kemerdekaan Ke-80 Republik Indonesia tahun ini, warga berkumpul menggelar renungan malam, doa bersama dan tabur bunga di Makam Pemuda Kaffa pada Sabtu (16/8/2025) malam. Nisan Pemuda Kaffa berlokasi di belakang Rutan Kelas II B Bangkalan.
“Jasad Pemuda Kaffa dimakamkan di situ, ditemukan warga sekitar enam tahun yang lalu. Makamnya tidak terurus, tidak layak sebagai pesarean seorang pahlawan. Ada kandang ayam, tapi sudah dibersihkan warga sekitar,” ungkap salah seorang tokoh masyarakat Kota Bangkalan, H Fathurrahman Said (64), kepada Tribun Madura, Senin (19/8/2025).
Pria yang akrab disapa Jimhur Saros itu menjelaskan, Belanda berupaya merangsek masuk Kota Bangkalan melalui tiga pintu. Pertama dari pintu Barat melalui jalur Sungai Bandaran hingga di depan rutan, kawasan tersebut diabadikan dengan nama Jalan Pertempuran.
“Pasukan Belanda juga berupaya masuk dari pintu Selatan, yakni dari pesisir Kecamatan Labang. Karena itu disebut labang atau pintu dalam Bahasa Madura. Ketiga, kawasan Junok dijadikan target pasukan Belanda masuk kota dari arah Timur. Di sinilah peran besar Pemuda Kaffa,” jelas Jimhur.
Ia memaparkan, Kaffa kala itu merupakan salah seorang anggota Pemuda Sosialis Indonesia atau Pesindo. Bersama masyarakat pejuang Bangkalan, Kaffa memasang ranjau yang ditanam di bawah Jembatan Junok.
Untuk meledakkannya, pemicu ditarik dengan tali panjang. Namun ketika pasukan kompeni Belanda mulai mendekati Jembatan Junok, ranjau gagal meledak meski pemicu telah ditarik sesuai prosedur yang telah matang direncanakan.
“Tanpa ragu, Pemuda Kaffa searing diri turun menghampiri ranjau dan menarik pemicu dengan tangannya. Jembatan Junok runtuh, pasukan Belanda tidak jadi masuk Kota Bangkalan. Pemuda Kaffa gugur dalam peristiwa itu,” kata Jimhur.
Ruas Jalan Pemuda Kaffa membentang ke arah Barat sebagai pintu masuk Kota Bangkalan dari Simpang Tiga Junok. Selain kawasan perniagaan, di sepanjang Jalan Pemuda Kaffa juga berdiri RSUD Syamrabu, Kantor UTD PMI Bangkalan, SMAN 1 Bangkalan, hingga Kantor Bawaslu Kabupaten Bangkalan.
Jimhur menegaskan, keberadaan Makam Pahlawan Pemuda Kaffa yang tidak terurus pernah dilaporkan kepada pemerintah melalui masa kepemimpinan tiga Bupati Bangkalan berturut-turut. Termasuk memberitahukan kepada pihak Kodim 0829 Bangkalan, karena salah seorang komandan kodim kala itu, M Moechtar turut berjuang bersama Pemuda Kaffa.
“Namun belum pernah ada perhatian dari Pemerintah Bangkalan, terkendala anggaran katanya meski hanya untuk merehab dan membuat papan nama pada makam pahlawan Pemuda Kaffa. Dulu informasinya sempat ada upaya memindahkan ke Taman Makam Pahlawan, namun keluarga besar Pemuda Kaffa tidak menginginkan,” pungkas Jimhur.
Sementara Ketua RW 08 Kelurahan Pejagan, Imam Musleh mengaku sangat bersyukur karena masyarakat di sekitar Makam Pahlawan Pemuda Kaffa masih meluangkan waktu untuk mengisi kemerdekaan dengan kegiatan positif. Salah satunya menggelar renungan malam, doa bersama dan tabur bunga.
“Insyaallah kami bertekad terus menjaga dan memelihara sehinga Makam Pemuda Kaffa tetap berada di lingkungan kami. Mudah-mudahan ada perhatian khusus dari pemerintah, sehingga perawatan makam ini nantinya tidak hanya swadaya masyarakat melainkan ada ulur tangan pemerintah daerah,” singkat Imam Musleh.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com