TRIBUNMADURA.COM - Seorang veteran pembela bernama Muljono (75) menceritakan kisah perlawanan terhadap Belanda di Pamekasan.
Veteran Pembela adalah warga negara Indonesia yang ikut serta dalam kesatuan bersenjata resmi yang diakui oleh pemerintah untuk membela kemerdekaan Indonesia.
Kisah tersebut diungkapkan Muljono di Taman Makam Pahlawan (TMP) di Desa Panglegur, Minggu (17/8/2025) sore di hadapan ratusan bikers dan santri yang dikomandoi RH. Lora Abas Muhamad Rofii.
Tanpa basa-basi, setelah mendoakan para pejuang, Muljono (75) berdiri gagah, seolah usia bukan mengalahkan semangatnya bercerita perjuangan pahlawan usir Belanda.
Baca juga: Tangis Paskibraka Gegara Bendera Merah Putih Terbalik saat Dibentangkan
Di tempat itu, Muljono tak sendirian.
Ia datang bersama sejumlah veteran dengan kostum pahlawan pejuang yang khas.
Muljono yang merupakan salah satu veteran pembela, dengan lantang, tegas tanpa bata-bata ia bercerita perang pada agresi militer Belanda ke II di Pamekasan.
"Saya diceritakan langsung oleh senior veteran hiruk pikuk dan mencekamnya perang di Masjid Agung Pamekasan saat melawan Belanda," tutur Muljono.
Penuh kobaran semangat ia bercerita, pada tahun 1946, Laskar Fisabilillah berusaha mengusir Belanda setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945.
Puncaknya, tahun 1947, Laskar Fisabilillah merencanakan penyerangan di malam hari ke asrama Belanda.
Saat itu asrama Belanda berada di samping kanan gedung Utama Karesidenan Madura.
"Namun rencana itu bocor, ada orang dari bangsa kita berkhianat membocorkan rahasia penyerangan ke pihak Belanda," ungkapnya.
Sehingga, pasukan belanda sudah siap dengan semua senjata api dan banyak pahlawan yang gugur.
Akibatnya, pasukan Laskar Fsabilillah mundur ke depan Masjid Agung dan merencanakan penyerangan selanjutnya.
Dengan tekad juang, rakyat Pamekasan berperang di depan Masjid Agung dan banyak korban berguguran.
Sehingga pasukan berhasil memukul mundur Belanda ke luar dari wilayah Pamekasan.
"Para pejuang saat itu banyak yang gugur dan dimakamkan di depan Masjid Agung, di sekitar monumen Arek Lancor," katanya.
Muljono menyampaikan, pada 1970, makam para pahlawan dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan di Desa Panglegur, Tlanakan.
Penggerak ratusan bikers dan santri, RH. Lora Abas Muhamad Rofii mengatakan, dia sengaja mengajak pemuda bikers dan santri mengenang jasa pahlawan pada momentum kemerdekaan RI ke-80.
"Kami ingin menumbuhkan spirit perjuangan pemuda dan santri dan mengenang jasa para pahlawan di hari kemerdekaan," kata Lora.
Dikatakan, para bikers dan santri bisa mendengar langsung cerita heroik pejuang mengusir Belanda saat agresi militer Belanda ke II pada tahun 1947 di lokasi pemakaman para pejuang.
Salah satu bikers, Rofik mengaku sangat penting mendengar cerita langsung cerita dari para veteran di masa perjuangan.
"Kita merasa malu sebagai pemuda jika tidak bisa memberikan sumbangsih untuk bangsa dalam hal apapun, dan kegiatan ini menumbuhkan semangat baru bagi kami," ucapnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com