Berita Terkini Sumenep
Kisah Mistis Asta Sayyid Yusuf Talango, Makam Keramat Ditemukan Lewat Cahaya Langit dan Daun Sukun
Sebuah kisah mistis dan penuh spiritualitas menyelimuti sebuah pesarean tua di Pulau Talango, Kabupaten Sumenep.
Penulis: Ali Hafidz Syahbana | Editor: Taufiq Rochman
Laporan Wartawan TribunMadura.com, Ali Hafidz Syahbana
TRIBUNMADURA.COM, SUMENEP - Sebuah kisah mistis dan penuh spiritualitas menyelimuti sebuah pesarean tua di Pulau Talango, Kabupaten Sumenep.
Di balik rimbunnya pepohonan dan semilir angin laut, berdiri tenang Asta (makam) Sayyid Yusuf bin Ali bin Abdullah Al Hasani.
Ia dikenal salah satu tokoh penyebar Islam yang dipercaya hidup berabad silam, dan kini menjadi salah satu destinasi wisata religi paling ramai di ujung timur Pulau Madura.
Setiap hari, ratusan peziarah datang dari berbagai penjuru Nusantara dan bahkan mancanegara, untuk menapak jejak sang wali yang keberadaannya ditemukan secara tak biasa: melalui seberkas cahaya dari langit.

Cerita ini bermula dari kisah spiritual Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat, Raja Sumenep pada abad ke-18.
Sekembalinya dari syiar Islam di Bali, sang Sultan melihat sinar terang memancar dari arah timur Pelabuhan Kalianget.
Seolah ada benda langit yang jatuh dan meninggalkan kilauan suci di tengah malam.
Baca juga: Kisah Mbah Kholil Muda, Terawang Isi Pikiran Kyai saat Salat Berjamaah: Kamu Benar Anakku
"Beliau menyaksikan cahaya itu seperti menyambung ke langit."
"Karena penasaran, beliau pun menyeberang ke Pulau Talango untuk mencari sumber cahaya itu," tutur Mutasim Billah, pengurus Asta Yusuf pada TribunMadura.com, Sabtu (6/9/2025).
Dengan niat mencari petunjuk lanjutnya, Sri Sultan menyusuri semak belukar hingga menemukan sebuah kuburan tua.
Di sana, ia mengucapkan salam dan mendengar jawaban meski tak menemukan satu pun manusia di sekitarnya.
Sebuah keanehan spiritual yang justru memperkuat niat sang Sultan untuk bermunajat meminta petunjuk kepada Allah SWT.
Doanya dijawab dengan keajaiban.
Sepotong daun sukun jatuh di pangkuannya, bertuliskan nama orang yang dimakamkan: Hadza Maulana Sayyid Yusuf bin Ali bin Abdullah Al Hasani.
Tulisan di atas daun sukun itupun seketika menghilang.
Namun, tetap tertanam kuat dalam ingatan sang Sultan.
"Sejak saat itu, dibuatlah batu nisan sesuai nama di daun sukun."
"Dan saat hendak berangkat kembali ke Bali, Sri Sultan menancapkan tongkat di dekat makam itu."
"Ajaibnya, tongkat itu tumbuh menjadi pohon besar yang masih berdiri kokoh sampai sekarang," kata Mu'tasim.
Sri Sultan sebenarnya berniat membuat cungkup atau pendopo kecil di atas makam tersebut.
Namun, cerita unik kembali terjadi.
Cungkup yang baru dipasang, keesokan harinya sudah berpindah tempat.
Seolah alam sendiri menjaga kesucian makam itu.
Seiringnya waktu berlalu, kabar keberadaan Asta Yusuf tersebar dari mulut ke mulut.
Salah satu cerita paling terkenal datang dari seseorang yang bermimpi agar datang ke makam tersebut.
Usai berziarah dan menyampaikan niatnya, hajatnya dikabulkan.
"Sejak itulah mulai ramai. Ada yang datang dari Jawa Barat, Sumatera, bahkan luar negeri."
"Pernah ada peneliti asal Australia yang datang khusus ke sini," kata Mu'tasim kembali menyebutkan.
Untuk menuju ke makam Asta Yusuf tidak bisa dijangkau langsung lewat jalur darat.
Pengunjung atau wisatawan harus menyebrang laut dari Pelabuhan Kalianget menuju Pulau Talango.
Meski hanya berjarak sekitar 11 kilometer dari pusat kota Sumenep, nuansa spiritual terasa begitu kental dalam perjalanan menuju makam.
Untuk masuk ke area pelabuhan, pengunjung dikenakan tarif Rp 3.000.
Kemudian, naik kapal tongkang atau perahu menuju Talango seharga Rp 2.500 per orang.
Pengendara mobil dikenai tarif Rp 15.000, sedangkan motor Rp 5.000.
Sesampainya di lokasi Asta Yusuf, suasana teduh langsung menyambut.
Pohon besar peninggalan Sri Sultan sampai saat ini masih tetap berdiri gagah, seperti penjaga waktu yang menyimpan rahasia masa lampau.
Di bawah rindangnya pohon bersejarah tersebut, pusara Sayyid Yusuf disemayamkan.
Para peziarah dengan khidmat yang datang dari berbagai latar.
Di balik kesakralan Asta Yusuf, ada kiprah sosial yang tak kalah penting.
Yayasan Sayyid Yusuf yang mengelola area makam, juga mendirikan lembaga pendidikan gratis.
Saat ini, ada sekitar 600 siswa yang belajar di Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) yang dikelola yayasan tersebut.
"Yayasan ini sudah berdiri sekitar 30 tahun. Alhamdulillah bisa memberi manfaat, tidak hanya untuk para peziarah. Namun, juga masyarakat sekitar," pungkas Mu'tasim.
Ziarah ke Asta Yusuf bukan sekadar perjalanan fisik. Ia adalah perjalanan batin menembus waktu, menapak jejak sejarah, dan memaknai ulang spiritualitas dalam sunyi dan damainya Pulau Talango.
Seberkas sinar dari langit berabad silam kini menjadi cahaya yang menuntun ribuan langkah setiap harinya.
Sosok Syahwan Effendi, Ditunjuk Menjadi Plt Sekda Sumenep |
![]() |
---|
Audiensi Bersama DPRD, Aliansi Masyarakat Sumenep Sampaikan 5 Tuntutan |
![]() |
---|
Petugas Puskesmas Turun Langsung, Vaksinasi Campak Door to Door di Sumenep |
![]() |
---|
Kunjungan ke Pasien Campak Jadi Media Penularan, Dinkes Sumenep Imbau Warga Tahan Diri |
![]() |
---|
Anggaran PJU Sumenep Capai Rp 1,3 Miliar per Bulan, Tapi Banyak Desa Masih Gelap Gulita |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.