Madura Terpopuler

Madura Terpopuler: 18 Desa di Pamekasan Berstatus KLB Campak hingga Kisah Asta Sayyid Yusuf Talango

Berikut ini adalah kumpulan berita Madura Terpopuler, Minggu (7/9/2025).   Dari 18 desa di Pamekasan berstatus

Penulis: Januar | Editor: Januar
TribunMadura.com/Ali Hafidz Syahbana
MAKAM KERAMAT - Makan Sayyid Yusuf di Desa Talango, Kecamatan Talango Kabupaten Sumenep Madura. 

TRIBUNMADURA.COM, MADURA- Berikut ini adalah kumpulan berita Madura Terpopuler, Minggu (7/9/2025).
 
Dari 18 desa di Pamekasan berstatus KLB campapk, hingga kisah mistis Asta Sayyid Yusuf Talango.
 
1. 18 Desa di Pamekasan Berstatus KLB Campak, 6 Anak Meninggal Dunia
 
Sebanyak 18 desa di Kabupaten Pamekasan, Madura berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit campak.

Ke 18 desa KLB tersebut di antaranya Batukalangan, Bugih, Campor, Dasok, Gladak Anyar, Groom, Jambringin, Jarin, Kramat, Larangan Badung, Majungan, Pamoroh, Bangkes, Panaguan, Pangbatok, Sumber Waru, Terrak, dan Polagan. 

Kepala Dinas Kesehatan Pamekasan, dr Saifuddin menjelaskan, kasus positif campak terbanyak tercatat di wilayah kerja Puskesmas Panaguan sebanyak 29 kasus.

Sementara secara kecamatan, Proppo menduduki posisi tertinggi dengan 40 kasus positif.

“Ada 18 desa yang berstatus KLB campak,” kata dr Saifuddin, Sabtu (6/9/2025).

Menurutnya, kasus penyakit campak di Kabupaten Pamekasan meningkat signifikan sepanjang Agustus hingga awal September 2025.
 
 
Data Dinas Kesehatan mencatat, hingga 4 September kemarin, terdapat 417 kasus warga Pamekasan suspek (terduga) terkena penyakit campak.

Di sisi lain, 160 warga Pamekasan dinyatakan positif campak dengan rincian 159 campak dan 1 rubella, serta enam anak dilaporkan meninggal dunia.

Pengamatan dr Saifuddin, kematian pasien campak menyebar di beberapa kecamatan dengan rentang usia 4 bulan hingga 4 tahun.

“Enam anak meninggal akibat campak, di antaranya satu dari Tlanakan, satu dari Kowel, dua dari Pasean, dan dua dari Panaguan,” jelasnya.

Dia merinci, kasus campak terbanyak ditemukan di kelompok usia anak-anak dengan distribusi hampir seimbang antara laki-laki 212 kasus dan perempuan 205 kasus.

Puncak kasus terjadi pada minggu ke-35, yakni 24 hingga 30 Agustus 2025.

Dari catatan capaian imunisasi campak (MR) sejak 2020 hingga 2025, angkanya cenderung fluktuatif.

Bahkan tahun ini baru mencapai 50,57 persen hingga Juli 2025.

Kondisi tersebut dinilai turut berkontribusi terhadap melonjaknya penyebaran campak.
 
 
2. Kisah Mistis Asta Sayyid Yusuf Talango, Makam Keramat Ditemukan Lewat Cahaya Langit dan Daun Sukun
 
Sebuah kisah mistis dan penuh spiritualitas menyelimuti sebuah pesarean tua di Pulau Talango, Kabupaten Sumenep.

Di balik rimbunnya pepohonan dan semilir angin laut, berdiri tenang Asta (makam) Sayyid Yusuf bin Ali bin Abdullah Al Hasani.

Ia dikenal salah satu tokoh penyebar Islam yang dipercaya hidup berabad silam, dan kini menjadi salah satu destinasi wisata religi paling ramai di ujung timur Pulau Madura.

Setiap hari, ratusan peziarah datang dari berbagai penjuru Nusantara dan bahkan mancanegara, untuk menapak jejak sang wali yang keberadaannya ditemukan secara tak biasa: melalui seberkas cahaya dari langit.
 
Cerita ini bermula dari kisah spiritual Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat, Raja Sumenep pada abad ke-18.

Sekembalinya dari syiar Islam di Bali, sang Sultan melihat sinar terang memancar dari arah timur Pelabuhan Kalianget.

Seolah ada benda langit yang jatuh dan meninggalkan kilauan suci di tengah malam.
 
"Beliau menyaksikan cahaya itu seperti menyambung ke langit."

"Karena penasaran, beliau pun menyeberang ke Pulau Talango untuk mencari sumber cahaya itu," tutur Mutasim Billah, pengurus Asta Yusuf pada TribunMadura.com, Sabtu (6/9/2025).

Dengan niat mencari petunjuk lanjutnya, Sri Sultan menyusuri semak belukar hingga menemukan sebuah kuburan tua.

Di sana, ia mengucapkan salam dan mendengar jawaban meski tak menemukan satu pun manusia di sekitarnya.

Sebuah keanehan spiritual yang justru memperkuat niat sang Sultan untuk bermunajat meminta petunjuk kepada Allah SWT.

Doanya dijawab dengan keajaiban.

Sepotong daun sukun jatuh di pangkuannya, bertuliskan nama orang yang dimakamkan: Hadza Maulana Sayyid Yusuf bin Ali bin Abdullah Al Hasani.

Tulisan di atas daun sukun itupun seketika menghilang.

Namun, tetap tertanam kuat dalam ingatan sang Sultan.

"Sejak saat itu, dibuatlah batu nisan sesuai nama di daun sukun."

"Dan saat hendak berangkat kembali ke Bali, Sri Sultan menancapkan tongkat di dekat makam itu."

"Ajaibnya, tongkat itu tumbuh menjadi pohon besar yang masih berdiri kokoh sampai sekarang," kata Mu'tasim.

Sri Sultan sebenarnya berniat membuat cungkup atau pendopo kecil di atas makam tersebut.

Namun, cerita unik kembali terjadi.

Cungkup yang baru dipasang, keesokan harinya sudah berpindah tempat.

Seolah alam sendiri menjaga kesucian makam itu.

Seiringnya waktu berlalu, kabar keberadaan Asta Yusuf tersebar dari mulut ke mulut.

Salah satu cerita paling terkenal datang dari seseorang yang bermimpi agar datang ke makam tersebut.

Usai berziarah dan menyampaikan niatnya, hajatnya dikabulkan.

"Sejak itulah mulai ramai. Ada yang datang dari Jawa Barat, Sumatera, bahkan luar negeri."

"Pernah ada peneliti asal Australia yang datang khusus ke sini," kata Mu'tasim kembali menyebutkan.

Untuk menuju ke makam Asta Yusuf tidak bisa dijangkau langsung lewat jalur darat.

Pengunjung atau wisatawan harus menyebrang laut dari Pelabuhan Kalianget menuju Pulau Talango.

Meski hanya berjarak sekitar 11 kilometer dari pusat kota Sumenep, nuansa spiritual terasa begitu kental dalam perjalanan menuju makam.

Untuk masuk ke area pelabuhan, pengunjung dikenakan tarif Rp 3.000.

Kemudian, naik kapal tongkang atau perahu menuju Talango seharga Rp 2.500 per orang.

Pengendara mobil dikenai tarif Rp 15.000, sedangkan motor Rp 5.000.

Sesampainya di lokasi Asta Yusuf, suasana teduh langsung menyambut.

Pohon besar peninggalan Sri Sultan sampai saat ini masih tetap berdiri gagah, seperti penjaga waktu yang menyimpan rahasia masa lampau.

Di bawah rindangnya pohon bersejarah tersebut, pusara Sayyid Yusuf disemayamkan.

Para peziarah dengan khidmat yang datang dari berbagai latar.

Di balik kesakralan Asta Yusuf, ada kiprah sosial yang tak kalah penting.

Yayasan Sayyid Yusuf yang mengelola area makam, juga mendirikan lembaga pendidikan gratis.

Saat ini, ada sekitar 600 siswa yang belajar di Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) yang dikelola yayasan tersebut.

"Yayasan ini sudah berdiri sekitar 30 tahun. Alhamdulillah bisa memberi manfaat, tidak hanya untuk para peziarah. Namun, juga masyarakat sekitar," pungkas Mu'tasim.

Ziarah ke Asta Yusuf bukan sekadar perjalanan fisik. Ia adalah perjalanan batin menembus waktu, menapak jejak sejarah, dan memaknai ulang spiritualitas dalam sunyi dan damainya Pulau Talango.

Seberkas sinar dari langit berabad silam kini menjadi cahaya yang menuntun ribuan langkah setiap harinya.
 
 
3. Sekolah Rakyat Pamekasan Mulai Aktif, 50 Siswa Dijatah Makan 3 Kali Sehari dari Katering
 
Sekolah Rakyat di Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur, sudah resmi beroperasi, Jumat (25/7/2025).

Namun hingga saat ini, kebutuhan konsumsi 50 siswa Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 29 Pamekasan masih sepenuhnya ditangani oleh pihak katering.

Hal tersebut disebabkan karena tenaga masak, dan fasilitas penunjang seperti dapur basah, maupun peralatan masak belum tersedia di Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 29 Pamekasan.

Kepala SRMP 29 Pamekasan, Aisyah Minoring Mukti memastikan jatah makan siswa tetap terpenuhi dengan baik, meski tanpa dapur sendiri.

Kata dia, sehari para siswa makan tiga kali.

Baca juga: Masa Depan Sekolah Rakyat Sumenep Masih Suram, Renovasi Gedung Jadi Kendala

Ditambah dua kali pemberian nutrisi.

“Aman karena masih menggunakan jasa katering,” kata Aisyah, Sabtu (6/9/2025).

Menurut Aisyah, hingga kini belum ada kendala dalam distribusi konsumsi makanan siswa.

Hanya saja, pengiriman dilakukan bertahap.

SRMP 29 Pamekasan masuk kategori tahap 1B.

Sementara saat ini baru tahap 1A yang didistribusikan.

“Memang pengiriman alat dapur dimulai dari tahap 1A, sedangkan kami masih di 1B. Jadi tinggal menunggu prosesnya,” terangnya.

Sekadar diketahui, jumlah siswa di SRMP 29 Pamekasan sebanyak 50 orang, terdiri dari 26 siswa dan 24 siswi.

Mereka terbagi dalam dua rombongan belajar dan ditangani oleh kepala sekolah, guru, wali asuh, tenaga pendidik, hingga wali asrama.

Termasuk dua orang juru masak yang nantinya akan bertugas di dapur sekolah rakyat serta petugas keamanan yang disediakan.
 
 
 
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved