Berita Pamekasan
Petani Padi Mengaku Gembira Hujan Mulai Turun di Wilayah Pamekasan setelah 3 Bulan Kemarau
Seorang petani asal Desa Kolpajung, Kabupaten Pamekasan, Bunidin mengatakan, hujan yang mulai mengguyur membuat sawahnya kembali ada air.
Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
Laporan Wartawan TribunMadura.com, Kuswanto Ferdian
TRIBUNMADURA.COM, PAMEKASAN - Hujan mulai mengguyur lahan pertanian di Kabupaten Pamekasan setelah hampir tiga bulan dilanda kemarau membuat petani tidak bisa bercocok tanam.
Seorang petani asal Desa Kolpajung, Kabupaten Pamekasan, Bunidin mengatakan, hujan yang mulai mengguyur membuat sawahnya kembali ada air.
Padahal sebelumnya, Bunidin mengungkapkan, areal persawahan di daerahnya kering akibat kemarau.
“Tanaman padi saya sebelumnya sudah kering, dan rencana mau saya pompa air dari irigasi, tetapi sudah hujan kemarin itu jadi tidak harus lagi mengeluarkan uang untuk biaya bahan bakar mesin pompa,” katanya saat ditemui TribunMadura.com di sawahnya, Senin (28/1/2019).
• Forum Persatuan Mahasiswa Pamekasan Gelar Try Out Akbar untuk Pelajar SMA Jelang SBMPTN 2019
• Keuntungan Membeli Mobil Bekas, Hemat Uang hingga Dapat Garansi seperti Mobil Baru
Menurut Bunidin, petani di Desa Kolpajung harus mengeluarkan biaya antara Rp 40 ribu hingga Rp 60 ribu per sekali suplai air.
Hal itu tergantung luas tanaman padi petani, karena sebagian besar petani memanfaatkan pompanisasi untuk mengaliri air ke sawah mereka.
Bunidin menambahkan, hanya separuh lahan petani dari total seluruhnya yang dapat diakses air irigasi dengan mudah ke sawah mereka tanpa bantuan mesin pompanisasi.
Padahal pemerintah di Desa Kolpajung telah berupaya semaksimal mungkin agar air dapat diakses dengan mudah.
• Tren Pasar Mobil Bekas Terus Meningkat, Dukungan Leasing Berpengaruh Signifikan di Pasaran
• Sungai Brantas Kabupaten Malang Diharap Segera Lakukan Reboisasi Antisipasi Banjir saat Musim Hujan
“Itu sebabnya, kami sangat berharap agar adanya bantuan dari pemeritah seperti adanya tim ahli bidang pertanian yang dapat turun ke lapangan untuk mencari solusi keluhan para petani,” harapnya.
Bukan hanya petani padi saja yang mendapat berkah dengan mulai masuknya musim hujan.
Petani tebu di Desa Kowel juga merasa sangat terbantu dengan mulai turunnya hujan.
“Kalau tidak ada hujan, maka hampir setiap hari kami menyiram tanaman. Tetapi pasca hujan kemarin itu, kemungkinan besar sekitar satu pekan ke depan tidak lagi harus disiram, dan tanamannya juga akan subur,” imbuh Sadeli, petani tebu asal Desa Kowel.
• Pencarian Korban Mobil yang Jatuh ke Sungai di Tulungagung Terhambat Sampah Dasar Air
• Presiden Jokowi Janjikan Pelantikan Khofifah dan Emil Secepatnya Dilakukan untuk Pimpin Jawa Timur